Chapter Four

7226 Words
Pagi harinya Steaven bangun paling pertama, dia langsung pergi mandi setelah itu dia membangunkan Lion, Ryuzaki dan Andrew. Setelah mereka semua bangun, mereka begantian mandi dan bersiap-siap untuk sarapan yang kemudian dilanjutkan dengan lomba lari. Mereka semua sarapan bersama Nicole dan Naysha yang kebetulan sudah berada diruang makan duluan jadi mereka tidak perlu repot mencari tempat duduk. Mereka pun makan sambil mengobrol dan bersenda gurau, mereka tampak sangat akrab membuat orang lain iri pada mereka. Para siswi iri pada Nicole dan Naysha yang bisa dekat dengan siswa-siswa yang paling populer disekolah mereka sementara para siswa iri pada Andrew, Ryuzaki, Lion dan Steaven yang bisa dekat dengan Nicole dan Naysha yang merupakan siswi populer di sekolahnya. Tak jauh dari tempat Andrew dan teman-temannya, Rudolf, Hendrick, dan Edward sedang menikmati sarapan mereka dengan dikerubungi oleh para siswi dari sekolah mereka. Mereka sudah terbiasa dengan keberadaan siswi-siswi didekat mereka. Bagi mereka ini adalah keuntungan dari paras mereka yang bisa dibilang sangat tampan. Meskipun mereka kadang merasa terganggu oleh ulah para siswa itu tapi mereka selalu mencoba menampilkan image yang baik didepan para penggemar mereka. Ketiga orang ini tidak pernah menampilkan image yang menurut mereka dapat merusak citra mereka sebagai idola disekolahnya, walaupun tidak dipungkiri ada sedikit rasa sombong pada diri mereka. Semua siswa telah selesai sarapan dan mereka hendak pergi dari ruang makan. Tapi sebuah pengumuman menahan mereka, isi dari pengumuman itu adalah peraturan lomba lari pada siswa lelaki diubah dari lomba lari sendiri menjadi lomba lari sambil menggendong seorang siswi dipunggung mereka. Panitia merasa kalau lomba lari biasa terlalu mudah untuk siswa mereka jadi mereka merubah peraturan itu. Sontak itu membuat para siswi dari SMA Pluvon mengerubungi Andrew dan teman-temannya mereka berlomba-lomba untuk menjadi pasangan Andrew pada lomba lari tersebut. Tapi karena Andrew tidak terlalu suka jika harus memilih diantara mereka jadi dia mencoba memilih dari salah satu temannya. “Naysha kau saja yang jadi pasanganku.” Perkataan Andrew sontak itu membuat siswi lain tak rela. Mereka pikir karena ini adalah lomba berpasangan, mereka akan mendapat kesempatan mendekati Andrew. “Tidak bisa Naysha akan menjadi pasanganku! Kau dengan Nicole saja, biasanya juga dengan dia!” bantah Ryuzaki, dia tidak ingin berpasangan dengan Nicole. Nicole itu sangat cerewet, bisa-bisa dia kesal saat menggendongnya. “Aku tidak mau lagipula dia bisa memilih dari siswi-siswi itu!” kata Nicole kesal, mereka menolaknya seolah dia tidak pernah berada di sana sama sekali. Mereka pikir mereka siapa pikir Nicole. “Ayolah lagipula kau seperti tak tahu Andrew saja!” bujuk Steavent, dia tahu kalau Andrew kurang bisa beradaptasi jika dengan orang baru. Andrew tidak mungkin mau berpasangan dengan dengan siswa lain selain Nicole atau Naysha. “Baiklah! Asal dia minta maaf karena tadi sudah mengataiku cerewet!” Kata Nicole. “Baiklah, maafkan aku!” pinta Andrew pasrah dia yakin kalau dia beradu argumen dengan Ryuzaki soal Naysha hanya akan membuang tenaganya karena Ryuzaki tak akan menyerah. Dan lagi Ryuzaki memang lebih dekat dengan Naysha dibanding Nicole, jadi wajar jika dia lebih memilih Naysha. Sementara itu para siswi yang mendengar Andrew memilih Nicole langsung kecewa dan membubarkan diri pergi ke lapangan lari. “Dan kau Lion kau mau dengan siapa?” tanya Steaven penasaran, karena tinggal Lion yang belum mendapatkan pasangan. “Aku akan mengajak temanku, mungkin dia akan mau.” Jawab Lion tersenyum. “Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke lapangan!” ajak Ryuzaki pada mereka, mereka pun mengangguk dan pergi ke lapangan tempat pertandingan lari akan dilaksanakan. Sementara itu Edward, Rudolf dan Hendrick masih memilih siswi mana yang akan menjadi pasangan mereka dilomba lari. Terlalu banyak siswi yang menginginkan jadi pasangan mereka sampai akhirnya ada tiga orang gadis yang menyuruh kerumunan siswi lain menyingkir dari jalan mereka. “Edward, bagaimana kalau kau berpasangan denganku?” Kata gadis yang paling cantik dari ketiga siswi tersebut. “Baiklah Cesile, lagipula tak ada ruginya bagiku.” jawab Edward sambil tersenyum pada Cesile. “Lalu kalian berdua bisa memilih teman-temanku!” ujar Cesile sambil menunjuk kedua temannya. “Tanpa kau suruh pun kami akan memilih! Aku ingin kau Lidya.” Rudolf  menunjuk siswi yang paling tinggi diantara ketiganya. “Kalau begitu aku memilihmu Rosie.” Ujar Hendrick pada gadis yang satunya lagi. “Kalau begitu ayo kita ke lapang dan kalahkan SMA Pluvon!” seru Lidya. “Tentu saja.” Kata mereka semua sambil berjalan menuju ke lapang sambil sesekali bercanda. Mereka yakin bisa mengalahkan SMA Pluvon untuk pertandingan kali ini. Sesampainya di lapangan, para peserta telah bersiap di garis start. Edward, Hendrik, dan Rudolf beserta pasangannya langsung berlari kearah start. Seluruh peserta jumlahnya 10 orang, 5 orang dari SMA Piogia dan 5 orang dari SMA Pluvon. SMA yang menang ditentukan dari banyaknya siswa yang berlari lebih cepat beserta waktunya lalu di rata-rata dan waktu SMA mana yang paling cepat maka itulah yang menang. Wasit memberi aba-aba kalau pertandingan akan segera dimulai, semua peserta mulai menggendong pasangan mereka masing-masing. Setelah semua peserta telah menggendong pasangannya wasit mulai menghitung mundur lalu meniup peluit tanda pertandingan dimulai. Semua peserta mulai berlari secepat mungkin mereka harus berlari dua putaran dan finishnya adalah garis awal. Tidak ada peserta yang mau mengalah semuanya saling susul-menyusul dan yang memimpin adalah yang pertama Andrew, posisi kedua Rudolf, ketiga Edward dan keempat Ryuzaki. Ryuzaki sengaja tak mengeluarkan kecepatannya secara maksimal karena dia ingin mengawasi Andrew, dia khawatir kaki Andrew akan sakit lagi. Dan ternyata dugaan Ryuzaki benar, kaki Andrew sakit lagi ketika dia menyelesaikan 1 putaran. Tapi bukan Andrew namanya kalau dia menyerah karena rasa sakit itu, dia tetap tidak mengurangi kecepatannya dan itu membuat kakinya semakin sakit. Nicole menyadari kaki Andrew sakit saat setengah putaran dilaluinya, dia tahu hal itu karena Andrew mulai meringis kesakitan. “Ketua kakimu sakit lagi?” tanya Nicole khawatir karena Andrew terlihat kesakitan. “Jangan perdulikan kakiku yang penting sekolah kita bisa menang!” jawab Andrew sambil menahan sakit. “Tapi kakimu bisa tambah parah.” Nicole sama sekali tidak mengerti Andrew, seharusnya dia menyerah saja jika sakit. Masih ada Ryuzaki dan Lion yang menggantikannya. “Kau itu benar-benar cerewet sekali! Itulah sebabnya tadi aku lebih memilih Naysha.” keluh Andrew. “Sudah jangan memaksakan kakimu lagi, kita berhenti lari saja.” Nicole tidak menghiraukan perkatan Andrew, yang lebih penting sekarang adalah kaki Andrew. “Aku tidak mau sekarang tinggal seperempat putaran lagi, jadi diam saja!” perintah Andrew. Nicole pun akhirnya menyerah dan diam, jujur dia sebenarnya khawatir apalagi melihat muka Andrew yang pucat. Andrew terus berlari, saat hampir memasuki garis finish Andrew sempat limbung tapi dia berhasil menjaga keseimbangannya. Tapi setelah dia melewati garis finish, dia sudah tidak dapat menjaga keseimbangannya dan jatuh bersama Nicole. Ryuzaki yang melihat itu langsung menambah kecepatannya., itu membuat Naysha takut dan ingin marah pada Ryuzaki. Tapi, setelah melihat kearah garis finish dia mengerti kenapa Ryuzaki tiba-tiba melakukan itu. Sementara itu Rudolf dengan santainya berlari melewati garis finish sambil menyeringai kearah Andrew, dia senang melihat Andrew kesakitan. Tak lama kemudian Ryuzaki datang diurutan ketiga, dia langsung menurunkan Naysha dan berjalan kearah Andrew dan memeriksa keadaannya. “Kenapa kau memaksakan diri!” teriak Ryuzaki kesal, dia benar-benar panik sekarang. Wajah Andrew sangat pucat, dan dia terus meringis kesakitan. “Aku tidak suka kalah!” jawab Andrew. “Kau tahu kakimu bisa patah hah!” Ujar Ryuzaki frustasi, dia tidak mengerti kenapa Andrew malah mementingkan egonya saat dia sakit seperti itu. Dia seharusnya menyerah saja, dan membiarkan yang lain mengatasi hal itu untuknya. Tapi dia malah memaksakan diri sampai roboh seperti ini. “Sudahlah Ryu, lebih baik kau bawa ketua ke kamar.” Kata Nicole mencoba menenangkan Ryuzaki. Dia tahu Ryuzaki pasti sangat kesal karena Andrew. “Baiklah.” jawab Ryuzaki, dia masih kesal. Tapi membiarkan Andrew disana hanya akan membuat Andrew menjadi tontonan siswa lain. Dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Saat akan membopong Andrew, Ryuzaki baru sadar kalau kulit Andrew memerah seperti kepanasan. Tapi dia tidak ingin menanyakan keadaan kulit Andrew disini, dia harus secepatnya membawa Andrew ke kamar. Setelah mereka sampai di kamar dia merebahkan tubuh Andrew di kasur dan memeriksa lagi kaki Andrew. “Sihir.” Ujar Ryuzaki tiba-tiba. “Ternyata kau menyadari hal itu juga!” kata Andrew sambil terkekeh. “Jadi kau sadar kalau ada yang membuat kakimu sakit lagi dengan sihir?” tanya Ryuzaki tidak percaya, seharusnya Andrew lebih berhati-hati apalagi ini berhubungan dengan sihir. “Iya! Tapi aku membiarkannya karena jika aku memasang pelindung orang itu pasti akan curiga.” jelas Andrew, Ryuzaki hanya menghela napas. Dia sudah tahu jika Andrew akan mengatakan hal itu. “Dia yang di posisi duakan?” cerca Ryuzaki. “Benar.” Jawab Andrew “Pantas aku merasakan dia mengeluarkan sihir tadi, tapi kenapa kau menahan prisaimu agar tidak keluar apa kau ingin tubuhmu melepuh dengan sendirinya hah?” omel Ryuzaki kesal. “Bukan begitu Ryu, tapi kekuatan prisainya jadi besar jika prisai itu keluar ada kemungkinan dia akan sadar.” jelas Andrew, dia tidak ingin Ryuzaki marah karena hal itu. Lagipula tugas mereka adalah menyembunyikan sihir mereka, jika hal seperti ini saja membuat mereka mengeluarkan sihir. Maka pasti akan banyak yang curiga. “Tapi dia memang sudah curiga padamu dan juga Edward kau tahu juga kan hal itu.” cerca Ryuzaki tak mau kalah. “Aku tahu.” Kata Andrew lirih. “Ya sudah istirahatlah! Jangan dulu keluar, nanti saat makan siang biar aku bawakan kesini kakimu jadi sangat parah aku khawatir kau tidak akan bisa jalan dengan baik dalam waktu lama.” omel Ryuzaki. “Iya aku mengerti.” “Tidurlah.” Kata Ryuzaki sambil beranjak meninggalkannya pergi. Andrew pun tidur, dia tidak ingin membuat sahabatnya lebih khawatir lagi dari ini. Dia sadar kalau Ryuzaki memang jadi sangat overprotektif jika dirinya sakit, apalagi jika hal itu disebabkan olehnya. Ryuzaki pernah trauma karena kehilangan adiknya karena sakit, dia tidak pernah mau hal itu terjadi lagi pada temannya terutama Andrew yang sudah dia anggap saudara sendiri. Ryuzaki meninggalkan Andrew yang tertidur dan kembali kelapangan, dia berharap usaha yang diberikan sahabatnya membuahkan hasil yang baik bagi sekolah. Sesampainya di lapang dia bergabung dengan teman-temannya sambil menunggu hasilnya keluar. “Bagaimana keadaan ketua?” Tanya Lion khawatir, keadaan Andrew tadi sangat kacau jadi wajar jika dia khawatir. “Dia sudah agak baikan, sekarang sedang tidur.” jelas Ryuzaki pada mereka. “Syukurlah kalau begitu.” Ujar Steaven lega. “Bagaimana dengan pertandingannya?” tanya Ryuzaki “Ketika melihat ketua kesakitan semua peserta dari SMA kita panik, sekaligus kagum mereka langsung berlari secepat mereka bisa agar pengorbanan ketua tidak sia-sia.” jelas Nicole. “Syukurlah kalau begitu.” Kata Ryuzaki Ketika mereka sedang asyik mengobrol, pengumuman pemenang lomba lari akhirnya diumumkan. Pemenangnya adalah SMA Pluvon, mereka menang baik dari segi urutan maupun waktu. Para peserta SMA Pluvon rupanya sangat menghargai usaha Andrew sehingga semangat mereka akhirnya terpacu. Sementara itu SMA Piogia merasa kesal karena sudah dua kali mereka kalah dari SMA Pluvon, tapi mereka masih punya 8 pertandingan lagi. Mereka bertekad tidak akan kalah lagi dari SMA Pluvon. Hari ini mereka akan mengikuti 4 pertandingan lagi dan besoknya 4 lagi. Setelah perlombaan lari mereka akan mengikuti perlombaan renang, semua siswa berbondong-bondong menuju kolam renang. Disana sudah menunggu para peserta lomba renang, mereka langsung memulai pertandingan ketika semua peserta siap. Lomba renang berlangsung dengan seru dan pemenangnya adalah SMA Piogia nampaknya mereka bersungguh-sungguh tak ingin kalah dari SMA Pluvon. Tidak terasa sekarang sudah waktunya makan siang, dan sudah tiga pertandingan yang diadakan pada hari ini, skor yang dimiliki kedua SMA ini sama. Tak ada satupun dari mereka yang mau mengalah, dan ketika waktu makan siang datang mereka memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mereka langsung menyerbu ke ruang makan untuk mengisi tenaga mereka, terkecuali Ryuzaki, Lion, Naysha, Steavent dan Nicole. Mereka membawa makanan mereka ke kamar Andrew, mereka merasa kurang jika makan tak bersama ketua mereka. Setelah membawa makanan masing-masing dan tentu saja makanan untuk Andrew mereka bergegas pergi ke kamar Andrew. Ketika sampai dikamar Andrew, mereka melihat Andrew masih tertidur diranjangnya. Merekapun membangunkan Andrew dan mengajaknya makan bersama mereka. “Andrew, ayo bangun kita makan dulu.” Ujar Ryuzaki, Andrew menggeliat pelan lalu membuka matanya. Saat matanya terbuka sempurna dia kaget karena teman-temannya ada disini semua. “Kenapa kalian semua disini?” tanya Andrew kaget. “Kami ingin makan bersamamu ketua.” jawab Lion dengan cengiran lebar di wajahnya. “Huh, jangan panggil aku ketua!” Andrew kesal karena masih ngotot memanggilnya ketua. “Lagipula apa bedanya makan denganku dan tidak denganku kalian bisa tetap makan kan?” tanya Andrew heran dengan teman-temannya. “Kami sudah terbiasa makan bersamamu, jadi kami merasa ada yang kurang jika kau tak ada.” Kali ini Naysha yang menjawab. “Oh, ya sudahlah, ayo makan.” Ajak Andrew. “Ayo.” Kata mereka kompak. Mereka pun akhirnya makan dikamar sambil bercanda tawa bersama. Sementara itu diruang makan Rudolf, Hendrick dan Edward merasa aneh karena tidak ada kelompok Andrew yang menurut mereka selalu berisik disana. “Kemana gerombolan itu tumben sekali tidak ada?” tanya Hendrick sambil melihat ke sekelilingnya. “Aku juga heran kenapa mereka tak ada.” Kata Edward, dia memang bingung kenapa Andrew tidak ada di ruang makan. “Mungkin mereka sedang berkumpul disuatu tempat bersama ketua mereka!” ejek Rudolf terkekeh karena para siswa itu seolah mengerumuni Andrew. “Benar atau mungkin berkumpul dikamar ketua mereka.” Ujar Edward, dia berpikir begitu karena sepertinya Andrew akan kesulitan berjalan setelah lomba lari tadi. Wajahnya sangat pucat tadi, dan itu membuat Edward khawatir. “Iya mungkin saja, aku dengar kaki ketua mereka cedera parah.” Hendrick tertawa puas karena berhasil mencelakai Andrew. “Benarkah?” Edward tambah khawatir saat mendengar perkataan Hendrick. Apa benar kaki Andrew separah itu pikirnya. “Itu benar, mungkin karena orang bodoh itu memaksakan diri untuk lari.” Cibir Rudolf. “Benar dia memang orang bodoh.” Ejek Hendrick menyeringai. “Benar-benar bodoh.” Kata Edward untuk menyembunyikan kekhawatirannya. Dia ingin melihat Andrew, tapi itu pasti akan mencurigakan. Karena itu sebisa mungkin dia menahan dirinya. “Kau benar, huh akhirnya dunia ini tenang juga.” Kata Hendrick. “Kau benar.” Kata Rudolf sambil tersenyum mengerikan. Rudolf merasa menang dari Andrew, entah kenapa semenjak awal dia bertemu dengan Andrew dia tidak suka padanya. Dan diapun mulai memikirkan cara melenyapkan Andrew, dia pikir Andrew adalah penghalang baginya. Dan dia merasa puas karena telah melukai kaki Andrew dengan sihir yang dimilikinya. Waktu makan sudah berakhir semua siswa mulai kembali untuk pertandingan selanjutnya, mereka tampak sibuk dan berusaha keras agar sekolah mereka menang. Skor kedua sekolah inipun saling berkejaran, tak ada yang mau mengalah untuk skore yang mereka dapat. Pertandingan hari inipun berakhir dengan hasil SMA Piogia memimpin perolehan skor. Semua siswa nampak kelelahan oleh sederetan pertandingan yang mereka ikuti, merekapun pergi ke kamar mereka untuk istirahat. Keesokan harinya, seperti biasa para siswa sarapan dulu sebelum menyambut pertandingan mereka. Setelah sarapan selesai, mereka mulai berbondong-bondong kelapangan futsal. Karena sebentar lagi pertandingan futsal dimulai semua siswa bersemangat melihat pertandingan ini karena pemainnya sama dengan pemain tim basket hanya saja tanpa Andrew, Ryuzaki dan Steavent awalnya tidak ikut pertandingan futsal tapi mereka dipaksa ikut karena para siswa lain merasa takut berhadapan dengan Edward, Hendrick dan Rudolf. Ryuzaki pun terpaksa ikut, dia datang ke lapang paling terakhir sambil memapah Andrew. Andrew memaksa ingin melihat pertandingan ini alhasil Ryuzaki yang merupakan sahabatnya membantu Andrew yang kakinya masih sakit. Andrew duduk bersama dengan Nicole dan Naysha, Ryuzaki sengaja mengatur tempat duduk dengan mereka berdua agar dia tidak khawatir. Diapun meninggalkan Andrew bersama dengan Naysha dan Nicole lalu menyusul teman-temannya dilapangan futsal. Pertandinganpun dimulai, mereka mulai memperebutkan bola untuk mencetak angka sebanyak-banyaknya di gawang lawan. Mereka tidak ada yang mau mengalah, tidak mudah bagi kedua tim untuk merebut angka mereka terus memperebutkan bola. Pertandingan sudah mendekati saat-saat terakhir, kedua tim semakin gencar melakukan serangan mereka saling membalas serangan. Hingga waktu tinggal satu menit lagi pertandingan imbang, satu gol saja sangat penting pada saat seperti ini. Terlihat Ryuzaki sedang menggiring bola ke gawang lawan, mereka tidak tinggal diam pemain tim SMA Piogia menghadang Ryuzaki. Tapi dengan mudah dia melewatinya, lalu disusul oleh Edward yang melakukan tackle tapi gagal karena Ryuzaki melompat. Lalu dihadang lagi oleh Hendrick tapi lagi-lagi Ryuzaki berhasil menghindar yang terakhir Rudolf, dia mencoba menghalangi Ryuzaki tapi dengan cepat dia melewatinya dengan cepat dia sampai di depan gawang. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan dia langsung menendang bola tersebut dan gol. Tendangan yang dibuat oleh Ryuzaki menghasilkan kemenangan bagi timnya, seluruh anggota tim menyerbu Ryuzaki dan memeluknya. Mereka terlalu senang dengan kemenangan ini akhirnya mereka bisa menyamakan skor sekolah mereka. Ryuzaki, Lion dan Steaven pun menghampiri Andrew, Nicole dan Naysha dipinggir lapangan. Sementara Rudolf dan teman-temannya hanya bisa mendengus kesal, karena kekalahan mereka. Ryuzaki tersenyum kearah teman-temannya. “Kau sudah berusaha dengan baik.” Kata Andrew sambil menepuk bahu Ryuzaki bangga. “Tentu saja, tapi itu lumayan susah karena biasanya aku selalu bekerja sama denganmu!” ujar Ryuzaki sambil tersenyum pada Andrew. “Kau terlalu merendah Ryu, pada dasarnya kau memang hebat.” Puji Andrew. “Sudah-sudah ayo kita ke tempat pertandingan berikutnya.” Kata Lion, disetujui oleh yang lainnya Merekapun ketempat pertandingan berikutnya sambil memapah Andrew, pertandingan ini pun tak kalah seru semua peserta bersemangat memenangkan setiap pertandingan agar sekolah mereka bisa menang. Setiap pertandingan dilalui dengan semangat, hingga akhirnya tiba dipertandingan terakhir yaitu cerdas cermat. SMA Pluvon tertinggal satu poin mereka harus memenangkan pertandingan ini jika tidak ingin dicela oleh murid SMA Piogia. Setiap grup dipertandingan ini terdiri dari empat orang, dan semuanya berhak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pembawa acara. Perwakilan SMA Pluvon adalah Andrew, Ryuzaki, Nicole dan Naysha sementara itu perwakilan SMA Piogia adalah Hendrick, Edward, Rudolf dan Cesile. Mereka memulai pertandingan dengan pertanyaan untuk setiap tim pertama-tama untuk tim Andrew. Mereka semua bisa menjawab semua pertanyaan, walaupun bisa dibilang hanya Andrew dan Ryuzaki yang selalu menjawab. Nicole dan Naysha akan menjawab pertanyaan itu sudah dijawab oleh kedua sahabat itu. Lalu tiba pertanyaan untuk tim Edward, mereka hanya bisa menjawa tiga per empat dari seluruh pertanyaan dan itu menjadikan SMA Pluvon memimpin. Mereka mulai lagi dengan pertanyaan rebutan, dan lagi-lagi SMA Pluvon memimpin. SMA Piogia terlalu lambat dalam memencet bel jadi mereka tertinggal skore cukup jauh dari SMA Pluvon dan itu cukup membuat mereka gusar apalagi waktunya tinggal sedikit lagi. Mereka mulai takut kalau SMA Pluvon akan menyamakan skor mereka dan ketakutan mereka menjadi kenyataan saat waktu dari pertandingan ini habis. Dan skor mereka akhirnya sama, tidak ada yang menang dan tak ada yang kalah dalam rekreasi kali ini. SMA Pluvon dapat membuktikan mereka sama baiknya dengan SMA Piogia. Setelah pertandingan ini selesai mereka mulai kembali ke kamarnya  untuk mengemasi barang-barangnya. Tapi saat mereka sedang sibuk mengemasi barang-barangnya sebuah pengumuman menghentikan aktifitas mereka isinya adalah sebagai berikut. “Kepada semua siswa kami sebagai panitia meminta maaf karena bus yang akan menjemput kalian besok tidak dapat datang, sehingga kami meminta pada semua siswa untuk menghubungi orang tua kalian untuk dapat menjemput kalian disini. Sekali lagi kami meminta maaf atas ketidak puasannya atas kegiatan ini.” Kata orang dari sumber suara itu. Sontak semua siswa langsung menghubungi orang tua mereka masing-masing begitupun dengan Andrew, Ryuzaki, Lion dan Steavent yang bergantian untuk menelpon orang tua masing-masing. Dan yang pertama adalah Andrew, dia memberi isyarat agar teman-temannya diam. “Hallo Oma.” Kata Andrew saat telponnya tersambung Ryuzaki mengisyaratkan agar dia menloudspeakerkan telponnya. “Kenapa kau menelpon malam-malam?” tanya Oma Maria kesal. “Oma jemput aku dan Ryu besok di tempat rekreasi kami.” Jawab Andrew “Memangnya kenapa?” tanya Oma ketus, tapi Andrew tahu jika Oma Maria tidak bermaksud begitu. Nada Oma Maria memang terkadang terdengar ketus. “Bus yang seharusnya menjemput kami tidak dapat datang, jadi Oma harus menjemputku dan Ryuzaki.” jelas Andrew pada Oma Maria. “Ya sudah, aku akan menjemputmu jam berapa aku harus menjemputmu?” tanya Oma Maria. “Sekitar jam 8 Oma.” Kata Andrew “Baiklah.” Jawab Oma Maria, Andrew pun memutuskan telponnya dengan Oma Maria. Setelah Andrew selesai mereka bergantian untuk menelpon orang tua mereka, begitupun dengan Edward, Hendrick dan Rudolf. Mereka sibuk dengan HP masing-masing, mereka menelpon orangtua mereka masing-masing. Keesokan harinya setelah sarapan, mereka menunggu jemputan masing-masing dihalaman masion tersebut. Satu persatu mobil jemputan mulai berdatangan, dan siswa-siswi dari masing-masing sekolahpun mulai berkurang. Dan kini tinggal Andrew, Ryuzaki, Lion, Nicole, Rudolf, dan Edward yang belum dijemput. Sampai akhirnya tiga mobil ke mansion tersebut, mobil itu adalah milik Oma Maria, Sein, dan orangtua Ryuzaki. Ryuzaki tidak tahu kalau orangtuanya menjemput, dia malah memapah Andrew ke mobil Oma Maria. Sementara itu Denish, sopir dari Oma Maria melihat tuan mudanya di papah oleh temannya langsung mengambil alih tugas Ryuzaki. Dan orangtua Ryuzaki keluar dari mobilnya untuk memanggil anaknya tersebut. “Ryu, kemari!” seru Haruka ibu Ryuzaki saat melihat anaknya keluar dari vila. “Mom, Dad kapan kesini?” tanya Ryuzaki bingung, orangtuanya biasanya memberi kabar jika ingin bertemu dengannya. “Kemarin! Kami mendengar dan Oma Maria kalau kau perlu dijemput!” jawab Kenzo ayah Ryuzaki. Sementara itu Sein dan Clarisa yang baru keluar dari mobil kaget melihat Andrew yang dipapah oleh Denish dan mereka juga kaget melihat teman lama mereka. Tapi mereka mencoba menyembunyikan rasa kaget dan khawatir mereka. Sein dan Clarisa menyapa Kenzo untuk mengalihkan perasaan mereka. “Kenzo lama tak bertemu!” Kata Sein tersenyum kemudian menjabat tangan Kenzo. “Iya lama tak bertemu, mana anakmu?” tanya Kenzo penasaran, dia tahu Andrew karena mereka sudah sering bertemu. Tapi dia hanya pernah bertemu dengan Edward saat dia kecil. “Itu dia, Edward kemari!” Sein memanggil Edward yang baru saja keluar dari mansion. Andrew hanya tersenyum miris melihat ayahnya memanggil kembarannya tanpa melihatnya sedikitpun. Dia sedikit sakit hati, tapi dengan mudah dia menyembunyikan hal itu. “Tuan muda apa kau tidak ingin berpamitan pada Tuan Ryu?” Tanya Denish pada Andrew. “Oh iya aku lupa.” Jawab Andrew dia pun dibantu menemui Ryuzaki oleh Denis. Dia dan Edward sampai ditempat Ayahnya yang juga tempat Ryuzaki berada. “Andrew apa yang terjadi padamu?” Tanya Haruka khawatir melihat Andrew yang berjalan dipapah oleh Denish. “Aku hanya kurang berhati-hati bi! Jadi kakiku terkilir benarkan Ryu?” jelas Andrew sambil meminta bantuan Ryuzaki untuk menjelaskan situasinya tentu saja dengan sedikit bumbu kebohongan. “Benarkah?” tanya Kenzo curiga. “Benar Dad, Mom dia kurang berhati-hati tepatnya tidak berhati-hati saat bermain basket!” Kata Ryuzaki sambil menekan kata tidak berhati-hati untuk menyindir Andrew. “Ehm... Lain kali berhati-hatilah apa kau ingin dimarahi oleh Omamu? Kau tahukan dia tidak suka kau terluka.” Omel Haruka, dia memang sudah biasa mengomeli Andrew seperti itu. Andrew sudah dia anggap sebagai anak sendiri, karena itu dia berani mengomelinya jika Andrew nakal atau sakit karena ceroboh. Di sisi lain, Sein dan Clarisa hanya bisa memandangi anak mereka dengan tatapan khawatir. Mereka juga ingin bertanya kepada Andrew, mengomelinya seperti Haruka. Tapi mereka tidak bisa melakukan hal itu. “Iya bi, paman lain kali aku akan berhati-hati.” Jawab Andrew patuh. “Oh iya, apa kau sudah mau berangkat?” tanya Kenzo. “Iya, Oma pasti sudah menunggu lama dimobil.” Jawab Andrew sambil melihat ke arah mobilnya. Dia yakin Oma Maria sudah kesal menunggunya. “Ya sudah berangkatlah duluan, nanti kita bertemu kalau aku sudah sampai di rumah!” Kata Ryuzaki “Iya, kalau begitu paman, bibi, Ryu aku berangkat dulu ayo paman Denis.” Pamit Andrew. “Iya hati-hati dijalan dan siapkan telingamu untuk omelan Oma!” ujar Ryuzaki disambut dengan jeweran dari ibunya, dia kesal karena Ryuzaki malah meledek Andrew disaat seperti ini. “Jangan dengarkan anak nakal ini hati-hati dijalan.” Kata Haruka sambil melambaikan tangan kanannya, tangan kirinya masih setia menjewer telinga Ryuzaki. “Iya bi.” Jawab. Andrew “Kalau begitu kami berangkat dulu.” Kata Denis pamit lalu membawa Andrew masuk ke mobil. “Mom lepaskan telingaku!” protes Ryuzaki telinganya sangat sakit karena Haruka menjewernya dengan keras. “Salah sendiri berbicara yang tidak-tidak!” ujar Haruka kesal. “Itu kenyataan Mom!” jawab Ryuzaki yang membuat telinganya semakin dijewer keras oleh Haruka. Ryuzaki hanya bisa mengaduh kesakitan karena ulah ibunya itu. “Sudah apa kalian tidak malu disini masih ada Sein, Clarisa dan anaknya.” Kata Kenzo mencobe melerai pertengkaran anak dan istrinya. “Eh Iya aku lupa.” Haruka tersenyum sambil melepaskan jeweran dari telinga anaknya, sementara itu Ryuzaki hanya bisa mengelus telinganya yang memerah. “Kau benar-benar tidak berubah selalu tak memperdulikan keadaan disekitarmu.” Ujar Clarisa terkekeh karena ulah Haruka yang nampaknya masih tidak peka seperti dulu. Haruka hanya bisa tersenyum karena malu mendengar perkataan Clarisa. “Apa ini Edward dia sudah besar sekarang!” kata Haruka saat die melihat kearah Edward, dia tidak peka disana ada Edward karena terlalu khawatir pada Andrew. “Iya dia Edward.” Jawab Sein sambil menepuk pelan bahu Edward. “Anakmu tampan dan gagah sekarang padahal dulu dia terlihat cengeng.” Kata Kenzo sambil tersenyum ke arah Edward. “Iya tapi dia masih cengeng seperti dulu!” Sein meledek Edward. “Aku tidak seperti itu.” Ujar Edward kesal karena dikatai cengeng oleh ayahnya. “Benarkah?” tanya Haruka tidak percaya. “Tentu saja, aku sudah besar.” Jawab Edward bangga. “Mom sampai kapan kita akan disini aku lelah!” keluh Ryuzaki, dia sudah bosan dengan acara reuni antara orangtuanya dengan orangtua Andrew dan Edward. “Ryu kau tidak sopan!” peringat Kenzo kesal, anaknya itu kadang berbicara seenaknya tanpa dipikirkan apa itu sopan atau tidak. “Tak apa lagi pula Edward juga pasti lelah!” Clarisa menjawab, dia yakin mereka lelah karena rekreasi gabungan itu. Jadi wajar baginya jika Ryuzaki mengeluh cape. “Ya sudah sampai bertemu lagi, dan kapan-kapan main ke rumah kami!” Kata Haruka. “Iya, pasti kami main.” Kata Sein. “Ya sudah sampai jumpa.” Pamit Kenzo. “Sampai jumpa.” Pamit Sein Merekapun memasuki mobil mereka masing-masing, dan pergi dari mansion tersebut. Sementara itu Rudolf memandang kepergian mobil itu dengan senyum mengerikan, dia mulai yakin kalau Andrew dan Edward  kembar walau kedua orang itu tampak tidak saling mengenal tapi melihat orang tua Edward melihat Andrew dia jadi sangat yakin. Di sisi lain saat Andrew masuk ke mobil, dia sudah mempersiapkan telinganya untuk omelan dari Oma Maria dia sangat yakin kalau Oma pasti akan sangat marah sebab Oma paling tidak suka melihat orang terluka. Tapi tebakannya salah, Omanya justru memeluknya dengan erat. “Oma, kau kenapa?” tanya Andrew heran. “Jangan iri padanya.” Kata Oma Maria tiba-tiba, dia tahu Andrew menahan perasaannya sedari tadi. Karena itu dia memeluk Andrew untuk menguatkannya. “Apa maksud Oma?” tanya Andrew yang masih belum mengerti maksud perkataan Oma Maria. “Aku tahu kalau kau juga ingin diperlakukan seperti itu oleh Sein dan Clarisa iya kan? Jangan bohong pada Oma, kau terluka saat melihat mereka memanggil adikmu.” ucap Oma Maria sambil melihat wajah Andrew. “Oma..” Ujar Andrew tidak bisa melanjutkan perkataannya. Mata berkaca-kaca, jujur dia paling tidak bisa membohongi Omanya, Oma Maria selalu tahu apa yang dia rasakan. “Menangislah, tak ada yang melihatmu! Setelah kau menangis jangan pernah merasa terluka karena hal itu karena kau masih mempunyai Oma ingat itu.” Oma Maria menenangkan Andrew. “Iya Oma.” Kata Andrew menangis sambil memeluk Oma Maria. Sepanjang perjalanan Andrew terus menangis dalam pelukan Oma Maria, sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur. Oma Maria sengaja tak membangunkannya, dia tahu kalau cucunya itu memerlukan hal itu sekarang. 13 tahun terpisah dari kedua orangtuanya dan mendapatkan sedikit kasih sayang dari keduanya. Belum lagi ketika dia sakit, kedua orangtuanya belum tentu bisa menjenguknya karena adiknya yang tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Beruntung ada Haruka, ibu Ryuzaki yang selalu membuat Andrew lebih merasakan apa itu kasih sayang orangtua. Walaupun Haruka bukan ibu kandungnya, tapi Haruka menyayangi Andrew sama seperti dia menyayangi Ryuzaki. Bahkan Ryuzaki kadang cemburu ketika Haruka lebih membela Andrew daripada dirinya. Tapi itu tak membuatnya jadi membenci Andrew, justru karena hal itulah dia jadi sangat menyayangi Andrew bahkan seperti saudaranya sendiri. Dia sangat tahu apa yang Andrew rasakan itu karena orangtuanya tidak bisa sering bersamanya walaupun tak separah Andrew. Tidak terasa Andrew dan Oma Maria sudah sampai dirumahnya, Oma Maria menyuruh Denish untuk menggendong Andrew ke kamarnya. Oma Maria sengaja tidak membangunkan Andrew, dia merasa Andrew pasti sudah lelah dan butuh istirahat. Denish pun menuruti keinginan Oma Maria dia membawa Andrew ke kamarnya dan merebahkan tubuh Andrew di ranjang. Setelah selesai merebah tubuh Andrew dia memeriksa kaki Andrew dan alangkah terkejutnya dia ketika tahu kalau kaki Andrew jadi separah itu dikarenakan sihir. Diapun segera melepaskan sihir yang ada di kaki Andrew dan menyembuhkan luka Andrew dengan sihir penyembuhannya. Setelah selesai dia mengompres kaki Andrew dengan air hangat lalu meninggalkannya di kamar. Denish keluar dari kamar Andrew dan hendak menemui Oma Maria, dia mencari Oma Maria. Sampai akhirnya dia menemukan Oma Maria di taman belakang. “Nyonya ada yang ingin saya katakan!” ucap Denish serius. “Ada apa Denish?” tanya Oma Maria penasaran, tidak biasanya Denish sangat serius saat bersamanya. Denish memang selalu berbicara formal, tapi nadanya selalu santai. “Nyonya luka yang dialami tuan Andrew adalah karena sihir.” Kata Denish “Aku sudah tahu!” Oma Maria memang sudah tahu jika Andrew terluka karena sihir. Dia bisa merasakan energi sihir lain dari kaki Andrew, tapi dia tetap diam. “Lalu kenapa anda membiarkannya?” tanya Denish bingung, biasanya Oma Maria sangat tidak suka jika melihat Andrew ataupun Ryuzaki terluka seperti sekarang. “Orang yang melakukan sihir tersebut sengaja untuk memancing kekuatan Andrew keluar, atau membuat kita gegabah menggunakan sihir. Apa kau tahu apa jadinya jika itu terjadi?” tanya Oma Maria retoris. “Iya saya tahu! Nyawa tuan Andrew mungkin akan terancam. Tapi saya sudah membebaskan sihir itu barusan.” Jelas Denish, dia tahu resiko apa yang akan Andrew dapatkan. Tapi dia juga tidak tega jika Andrew terus kesakitan karena sihir tersebut. “Tak apa, dia tak akan bisa mendeteksi kekuatanmu! kau tahu bahkan sihirnya dia latih hanya dengan buku. Dan kau tahu apa artinya jika sihir hanya dilakukan dari buku?” tanya Oma Maria lagi. “Sihir itu tak akan berkembang, dan dia tidak akan mendeteksi sihir yang dia lakukan pada seseorang jika sihir itu dipatahkan oleh orang yang tak ada hubungan darah dengan orang itu.” Jawab Denish, sihir yang didapatkan hanya dari teori buku memang sedikit lebih lambat perkembangannya dibandingkan sihir yang diajarkan oleh seseorang. “Jadi kau tak perlu khawatir yang kau lakukan sudah benar.” Oma Maria menenangkan Denish, dia tahu jika Denish merasa ragu apakah apa yang dia lakukan sudah benar atau tidak. “Tapi darimana nyonya tahu kalau dia belajar sihir dari buku?” tanya Denish penasaran. “Kebanyakan pengguna sihir hitam mempelajari sihirnya dari buku, karena diantara mereka tidak ada yang bisa mengajarkannya pada generasi berikutnya.” Jawab Oma Maria, sangat sedikit orang yang menggunakan sihir hitam. Karena itu sangat sedikit orang yang bsia mengajarkannya secara langsung. Untuk saat ini kebanyakan ornag mempelajarinya dari buku. Sementara itu Rudolf yang menyadari sihirnya telah dipatahkan, merasa sangat kesal karena dirinya tak bisa menemukan dari mana asal sihir itu. Tapi dia tidak akan menyerah untuk membuktikan kalau orang yang dia cari itu adalah Andrew dan Edward. Itu karena dia merasakan dalam diri Edward terdapat sihir yang sangat kuat, walaupun dia tidak bisa merasakannya pada Andrew tapi dia yakin akan hal itu. Dan dia harus melenyapkan mereka jika tidak ingin Raja Ronald murka padanya. Dilain tempat Edward telah sampai di rumahnya, dia langsung pergi ke kamarnya karena kelelahan. Dan Sein serta Clarisa langsung menelpon Oma Maria untuk menanyakan keadaan Andrew. Mereka sedari tadi khawatir dengan keadaan Andrew, apalagi Andrew terlihat pucat tadi. “Mom bagaimana keadaan Andrew?” tanya Clarisa sesaat setelah telponnya diangkat oleh Oma Maria. “Dia sudah baikan, Denish sudah menyembuhkannya kalian tidak perlu khawatir.” Kata Oma Maria menenangkan anak dan menantunya itu. “Dimana dia sekarang kami mau bicara!” tanya Sein suaranya terdengar sangat khawatir. “Dia sedang tidur sepertinya kelelahan!” jelas Oma Maria, Andrew memang masih tidur dari saat sihirnya dihilangkan oleh Denish. “Oh, baiklah kalau begitu kami akan kesana besok tolong jaga dia Mom.” Pinta Sein. “Baiklah.” Kata Oma Maria. Oma Maria pun memutuskan sambungan telpon dengan Sein dan Clarisa lalu mulai memasak untuk makan malam. Ketika dia sedang sibuk mempersiapkan makan malam, Ryuzaki datang sambil berteriak-teriak. “OMAAAAA KAU DI MANA.” Teriak Ryuzaki. “Aku di dapur jangan teriak-teriak.” Kata Oma setengah berteriak karena kesal. Ryuzaki memang selalu membuat keributan di rumahnya, untung saja dia menganggapnya cucu. Jika tidak, dia mungkin sudah menggantungnya. “Oma bagaimana keadaan Andrew?” tanya Ryuzaki ketika sampai di dapur, dia duduk di salah satu kursi di meja makan. “Dia sudah disembuhkan oleh Denish dan sekarang sedang tidur, makanya jangan teriak-teriak nanti dia bangun.” Peringat Oma Maria mengingat Ryuzaki tidak bisa tenang sedetik pun. “Oh, Oma apa dia tidak apa-apa. Aku yakin dia pasti terluka karena Paman Sein dan Bibi Clarisa tadi!” tanya Ryuzaki penasaran, dia sebenarnya khawatir karena Andrew terlihat murung saat melihat Sein dan Clarisa tadi. “Dia memang terluka, tapi tenang saja Oma sudah menenangkannya!” jelas Oma Maria. “Oma tak memarahinya kan? Ayolah Oma jangan memarahinya, dia terluka bukan karena salahnya sendiri.” Cerca Ryuzaki, meski tadi dia mengejek Andrew dia sebenarnya khawatir jika Andrew di marahai Ryuzaki. Bisa dibilang jika Ryuzaki ini sedikit tsundere. “Kau itu bertanya atau ingin menceramahiku sih?” tanya Oma Maria kesal karena dia terus dicekcoki pertanyaan yang tidak pernah berhenti dari Ryuzaki. “Sebenarnya tidak keduanya.” Ryuzaki nyengir tidak jelas, Oma Maria menghela napas menenangkan dirinya. Berbicara Ryuzaki selalu saja membuat tekanan darahnya menjadi tinggi karena emosi. “Aku tak memarahinya, kau puas?” tanya Oma Maria kesal. “Syukurlah Oma.” Ryuzaki benar-benar bersyukur karena Oma Maria tidak memarahi Andrew tadi. “Tapi bagaimana dia bisa cedera?” tanya Oma Maria penasaran. “Itu karena dia melindungiku saat pertandingan Basket Oma!” jawab Ryuzaki lirih. “Memangnya kau kenapa?” tanya Oma Maria. “Aku di incar oleh salah satu tim lawan saat itu, sebenarnya target utamanya bukan aku tapi Andrew dan karena dia tak fokus saat menembakkan bola dia dicederai oleh orang itu.” Jelas Ryuzaki, dia merasa bersalah karena Andrew jadi cedera karena melindunginya. “Seharusnya kau yang melindunginya bukan dia yang melindungimu!” Ujar Haruka yang entah sejak kapan berada di sana bersama dengan Kenzo. “Mom, Dad kapan kalian kesini?” tanya Ryuzaki kaget, karena Haruka dan Kenzo yang datang tiba-tiba. “Baru saja, kami tahu kau akan betah disini jadi kami menyusulmu kemari!” jawab Kenzo. “Kalau begitu kalian makan malam disini saja.” Ajak Oma Maria, sudah lama mereka tidak makan malam bersama. Jadi sekalian saja, lagipula mereka sudah terlanjur datang ke rumahnya. “Baiklah Bi, sini biar aku bantu  memasak.” Kata Haruka. “Baiklah, dan kalian para pria tunggu saja di ruang tengah kalau kami sudah selesai nanti kami panggil!” titah Oma Maria. Kenzo dan Ryuzaki pun mengangguk kemudian pergi ke ruang tengah. Sesampainya Kenzo dan Ryuzaki di ruang tengah, mereka langsung menonton televisi untuk menghilangkan bosan. Mereka sangat serius menonton TV sampai-sampai mereka tak menyadari kalau Andrew berjalan kearah mereka dengan kaki yang setengah diseret karena kakinya masih sedikit sakit. “Paman, Ryuzaki kapan kalian datang?” tanya Andrew membuat mereka berdua kaget. “Kau membuat kami kaget saja Andrew, kami baru saja datang.” jawab Kenzo setelah mengatasi rasa kagetnya. “Oh, dimana Oma?” tanya Andrew karena dia merasa belum bertemu dengan Oma Maria. “Dia sedang memasak, duduklah apa kau tidak pegal berdiri terus dengan kaki yang masih sakit?” tanya Ryuzaki karena Andrew tidak kunjung duduk juga. “Seharusnya kau membantu dia duduk Ryu!” tegur Kenzo pada anaknya, dia heran kenapa anaknya itu sangat tidak peka. “Baiklah.” Kata Ryuzaki diapun membantu Andrew untuk duduk. Merekapun menonton TV bersama-sama, sambil sesekali bercanda. Tidak terasa makan malam sudah siap, Haruka dan Oma Maria memanggil mereka semua untuk makan. Dia juga memanggil Denish yang sedang memeriksa mesin mobil milik Oma Maria. Merekapun makan dengan suasana yang hangat. “Andrew, jangan dulu bawa mobil ke sekolah mulai besok sampai kakimu sembuh kau akan diantar oleh Denish.” titah Oma Maria pada Andrew. “Baiklah Oma!” jawab Andrew patuh. “Oma, kenapa harus dengan paman Denish. Kenapa tak denganku lagipula Mom dan Dad sudah membelikanku mobil.” Protes Ryuzaki kesal, mereka masih bisa berangkat bersama. Tapi Oma Maria malah menyuruh Denish mengantar Andrew sekolah. “Supaya Denish bisa menerka situasi di sekolahmu, dia merasakan ada pergerakan sihir hitam di dunia manusia. Dan karena itulah dia datang kesini lagi.” jelas Oma Maria. “Jadi kau datang ke sini hanya untuk tugas?” tanya Kenzo tak percaya, dia heran apakah disalam otak Denish isinya hanya tugas. Setiap mereka bertemu pasti dia sedang menjalankan tugas. “Memang tuan pikir saya ke sini untuk apa?” tanya Denish. “Aku pikir kau akan liburan di sini, lagipula apa kau tak bosan terus menjalankan tugas? Sesekali kau butuh liburan.” Nasihat Haruka, dia sudah bosan mendengar Denish menjalankan tugas inilah itulah tapi tidak pernah terdengar mengambil libur. “Benar paman, dari dulu paman selalu seperti itu.” Timpal Andrew menyetujui perkataan Haruka. “Mau bagaimana lagi, aku ini hanya penyihir tingkat bawah aku hanya bisa melakukan apa yang tuanku suruh. Selain itu tidak ada hak bagi kami untuk liburan.” jelas Denish. “Itulah sebabnya ketika Yang Mulia memerintahkanku pergi ke dunia manusia aku langsung menyanggupinya. Peraturan di sana kadang tak berperikemanusiaan, hanya karena kau penyihir bawah kau hanya bisa menjalankan pemerintahan! Tak hanya itu kalian juga hanya dijadikan b***k bagi penguasa padahal dalam segi sihir kalian bisa melebihi mereka.” Kata Oma Maria kesal dia terkadang tidak mengerti dengan jalan pikiran para penguasa dunia sihir. Itu memang bukan peraturan tertulis, tapi mereka para penguasa sangat memegang teguh hal itu. “Nyonya terlalu berlebihan, tidak semua seperti itu buktinya Nyonya, Tuan Kenzo, Tuan Ryuzaki, Tuan Andrew dan Nyonya Haruka tidak. Kalian selalu menganggapku sama dengan kalian dan itu kadang membuatku tak percaya diri.” Elak Denish, memang tidak semua penguasa di dunia sihir seperti itu. Tapi memang kebanyakan dari mereka begitu. “Kau tahu semua makhluk itu sama, yang membedakan hanya kepribadian mereka saja. Janganlah tidak percaya diri hanya karena kau seorang penyihir kalangan bawah, aku sama dengan kami punya pikiran dan perasaan.” Jelas Kenzo, dia memang menganut paham bahwa tidak ada derajat untuk semua makhluk. Baginya yang membedakan mereka hanyalah sifat mereka. “Terima kasih atas kebaikan kalian semua, aku yakin kalian adalah keluarga terbaik yang dimiliki kerajaan Luce.” Kata Denish terharu, hanya disinilah dia merasa diterima dengan sangat baik. “Kau terlalu memuji paman.” Jawab Andrew malu karena pujian Denish. “Itu benar, setidaknya untuk orang yang pernah aku temui kalianlah yang memiliki hati yang bersih.” Ucap Denish tersenyum tulus. “Itu berarti masih ada yang lebih baik dari kami hanya saja kau belum bertemu dengan mereka.” Kata Andrew membalas senyum Denish. “Mungkin saja.” Kata Denish di sambut dengan tawa oleh mereka semua. Denish memang merasa nyaman dengan keluarga ini, bukan karena hanya kebaikan hati mereka tapi karena mereka selalu menganggap semua orang itu sama. Dia ingat dia pernah di marahi oleh Oma Maria karena dia merasa kalau dia tak pantas berada di lingkungan keluarga Oma Maria. Oma Maria yang tersinggung langsung memarahinya dia merasa kalau Denish terlalu memandang tinggi keluarganya dan itu membuatnya tersinggung sebab baginya keluarganya bukan apa-apa jika bukan karena dukungan dari orang-orang kalangan bawah seperti Denish. Oma Maria sudah menganggap Denish bagian dari keluarganya, semenjak pertama dia menemukan Denish kecil yang ditinggal orangtuanya sebab mereka tak mampu membiayai hidup Denish. Sejak saat itu pula dia mempercayai Denish, dia melihat kalau Denish adalah anak yang baik dan pantas untuk dipercaya. Begitupun dengan Sein dan Kenzo yang sudah menganggap Denish sebagai teman mereka, mereka mempunyai sifat yang sama dengan Oma Maria yang itu rendah hati. Dan itu membuat mereka jadi disegani dan di hormati oleh semua orang baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas. Makan malam sudah selesai, Denish membantu Andrew untuk berjalan ke kamarnya. Dia memapah Andrew dengan sangat hati-hati, dia tidak ingin tuannya itu terluka. Denish memang sangat menyayangi Andrew seperti sayang seorang ayah pada anaknya. Denish tidak mempunyai anak, karena keinginannya untuk tidak menikah. Dia berpikir akan terus mengabdikan hidupnya untuk keluarga Andrew, meskipun keinginan Denish awalnya di tolak oleh keluarga Oma Maria yang menginginkan Denish untuk menikah tapi akhirnya mereka menyerah karena Denish cukup keras kepala. Dan oleh karena itula dia sangat menyayangi Andrew dan Ryuzaki, dia merasa memiliki anak meskipun mereka bukan anak kandungnya. Tapi mereka selalu memperlakukannya secara hormat, dia tak berharap kalau kedua anak dari majikannya itu akan memberikan kasih sayang yang sama dengan yang mereka berikan pada orangtua mereka. Tapi cukup melihat mereka sehat saja itu sudah cukup bagi Denish, dia tidak ingin melihat kedua anak itu terluka bahkan dia rela terluka asal keuda anak itu tetap sehat. Sesampainya di kamar Andrew, Denish membantu Andrew untuk merebahkan tubuhnya di kasur. Lalu menyelimutinya dengan hati-hati setelah itu dia beranjak untuk pergi keluar. “Paman.” Panggil Andrew ketika Denish hendak pergi dari kamarnya. “Ada apa tuan Andrew?” tanya Denish mendudukan dirinya di samping ranjang Andrew. “Bisakah paman tak memanggilku dengan sebutan tuan? Aku sangat risih dengan hal itu.” Pinta Andrew. “Anda mengatakan hal yang sama dengan tuan Sein dan tuan Kenzo dulu.” Kata Denish sambil tersenyum. “Apakah paman bisa?” tanya Andrew pensaran. “Maaf aku tak bisa tuan, itu sudah menjadi peraturan dan aku tidak suka melanggar peraturan tuan.” jawab Denish tegas, dia memang membuat peraturan untuk memanggil mereka dengan sebutan hormat. Dan dia tipe orang yang menjunjung peraturan yang telah di buat, jadi sangat sulit membuatnya melenceng dari aturan. “Paman!” panggil Andrew lagi. “Ada apa lagi tuan Andrew?” tanya Denish kembali menghampiri Andrew. “Biaskah kau menemani aku tidur malam ini, aku merasa kesepian terus tidur sendiri! Dad tidak pernah bisa menemaniku tidur. Bisakah kau melakukannya sebagai gantinya?” tanya Andrew setengah memohon, dia selalu ingin merasakan tidur bersama ayahnya. Tapi karena mereka terpisah mereka tidak bisa melakukan hal itu. “Tapi tuan bagaimana kalau nyonya tahu dia mungkin bisa marah saya tidur dengan cucunya.” Tolak Denish segan, dia tidak mungkin tidur dengan orang yang dianggapnya sebagai tuan. “Ayolah paman, sekali ini saja aku mohon paman.” Andrew memohon dia memang merasa kesepian tanpa keadaan orangtuanya. Dia juga kadang iri ketika hendak ke kamar Ryuzaki dan mendapati Ryuzaki tidur dengan Kenzo. “Tapi...” “Ayolah paman, sekali saja aku janji hanya sekali ini saja.” Pinta Andrew memelas. Karena tak tega melihat Andrew seperti itu Denish pun akhirnya menerima permintaan Andrew untuk menemani Andrew tidur. Tanpa mereka sadari Oma Maria mendengar semua yang mereka bicarakan, dan alangkah sakitnya hati Oma Maria melihat cucunya itu kesepian jauh dari orangtuanya. Dia sadar memisahkan Andrew dari kedua orangtuanya adalah hal yang salah, tapi waktu itu mereka tak ada cara lain. Karena sebuah alasan yang mereka tak bisa katakan, akhirnya Andrew harus tinggal terpisah dengan orangtua dan adiknya. Ia tahu walaupun Andrew tidak pernah mengeluh karena hal itu, tapi di dalam lubuk hatinya dia selalu merindukan kasih sayang kedua orangtuanya. Andrew selalu terlihat biasa saja saat bersamanya, karena itu dia merasa kalau cucunya itu baik-baik saja. Tapi dia salah, seharusnya dia tahu jika cucunya itu terluka. Seharusnya dia tahu jika Andrew juga seorang anak yang akan merindukan orangtuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD