25 - Rudolph Tramonde

1503 Words
“Bukankah kita seharusnya mengecek kamera yang ada di dalam gudang ? Mungkin dengan begitu kita akan mengetahui siapa pelakunya.” usul Warren. Mereka semua memandangnya selama beberapa detik lalu menyetujui idenya.             Mereka kembali ke ruangan CCTV dan memutar ulang kamera yang ada di gudang ketika Grissham jatuh terguling-guling dari tangga. Selena sedikit memalingkan wajahnya karena enggan melihat adegan yang mengerikan itu.             Gudang tetap sepi dan tatanannya tepat seperti yang Warren katakan. Karung-karung tepung ada di beberapa tempat secara terpisah. Mereka menyaksikan dalam diam saat tiba-tiba mereka dikejutkan oleh pintu gudang yang tiba-tiba terbuka dan Grissham ditarik secara misterius lagi di bagian belakang kerah bajunya ke dinding gudang. Gadis itu mengerang kesakitan saat punggungnya menghantam dinding dan mereka bisa melihat lebam-lebam akibat jatuh dari tangga tadi di sekujur tubuhnya. Tidak ada siapapun di sana dan mereka masih tidak bisa melihat siapa pelakunya sama sekali.             Mereka menarik napas dalam-dalam ketika melihat pemandangan yang lebih mengejutkan. Satu per satu karung tepung itu seperti terseret pindah sendiri ke arah Grissham dan menghantam tubuh gadis itu keras-keras. Gadis itu meringis lagi setiap terhantam karung-karung besar itu dan tubuhnya semakin terjepit. Hanya tangannya yang sedikit mencuat dari balik tumpukan karung.             Selena semakin menahan napas karena tegang menyaksikan rekaman itu. Rasanya tidak mungkin semua benda bisa berpindah seperti ada yang menarik mereka. Tapi, karung-karung itu berat dan dari tadi mereka melihat karung itu terseret dengan mudahnya hingga bisa menabrak Grissham.             Tangan Grissham masih meronta berusaha mendorong semua karung-karung itu. Tapi, tenaganya tidak cukup kuat karena semakin banyak karung yang menjepit tubuhnya dan hanya menyisakan satu lubang di atas kepalanya.             Mereka yang menyaksikan rekaman ini pun mengeluarkan suara terkejut saat melihat salah satu karung melayang di udara dan menumpahkan isinya ke lubang itu. Grissham tentulah sesak napas dikubur dalam tepung sebanyak 10 kg.             Mereka semakin terkejut saat melihat sekop yang ada di gudang melayang juga ke arah lubang tadi dengan ujung runcingnya mengarah ke bawah, tepat di atas kepala Grissham.             Sekop itu jatuh menancap kepala Grissham dalam-dalam dan mereka dapat melihat tangan Grissham mengejang sesaat. Mereka bisa menebak bahwa Grissham menjerit di dalam sana, akan tetapi mulutnya langsung dipenuhi oleh tepung dan mengakibatkan dirinya tersedak hingga kesulitan bernapas. Dengan dua faktor itu saja, hanya butuh beberapa menit untuk menghilangkan nyawa seseorang.             Tapi, mereka membelalak ketika melihat tangan Grissham yang terjulur tadi secara mendadak ditarik ke dalam tumpukan tepung hingga tidak akan terlihat ada mayat yang tersembunyi di baliknya. Ketiganya benar-benar menahan napas saat menyaksikan rekaman itu. Warren bahkan mengucek matanya beberapa kali hanya untuk memastikan bahwa benda-benda itu memang melayang sendiri dan bukan tipuan kamera sama sekali. “Ba... bagaimana mungkin...???” gumam Warren dan ia menutup bibirnya dengan sebelah tangan karena masih terkejut. “Sudah kukatakan bukan ? Ada iblis di tempat ini...” Selena menghela napas dan mengusap wajahnya yang letih. Ia tiba-tiba tersentak seakan tersadar oleh sesuatu. “Ah, aku dari tadi tidak melihat Thomas sama sekali. Apa dia masih tidur ? Dia harus tahu masalah ini juga.” kata Selena. Isabelle memandangnya. “Tuan Hemmington sedang menjalankan hukumannya di pondok belakang karena terlambat absensi pagi.” jawabnya. Selena menepuk keningnya seakan baru teringat hal itu. “Apa hukumannya tidak bisa ditunda lain kali saja ? Ini darurat karena 1 orang telah terbunuh !” Selena memandangnya tajam. “Mohon maaf nona, saya hanya menjalankan perintah.” jawab Isabelle dengan wajah datar. “Menjalankan perintah ??? Apa kau tidak sadar betapa bahayanya kondisi saat ini ??? Bagaimana mungkin ada salah satu peserta yang terbunuh di pulau dan kau tidak mengambil tindakan apapun ??? Kita semua berada di sini dalam keadaan waspada sementara Thomas di luar sana tidak mengetahui apa yang terjadi dan kemungkinan dia bisa diserang kapan saja tanpa dia sadari !” Selena langsung meledak marah mendengarnya. Ian kemudian menghela napas setelah diam beberapa lama. “Bawa dia kembali ke sini. Kita perlu memberitahunya.” kata Ian tiba-tiba hingga membuat Selena dan Warren menoleh padanya. Nada bicara Ian menunjukkan bahwa dia sedang memerintah Isabelle dan Selena kembali curiga akan hal itu. Ia melirik Warren yang mengernyitkan kening menatap Ian. Mungkin lelaki itu juga heran dengan tindakan Ian barusan. “Ya tuan.” Isabelle menunduk hormat dan keluar dari ruangan itu.             Tentu saja tindakan itu membuat Selena dan Warren semakin curiga. Isabelle terlihat sangat tunduk pada Ian. Tanpa aba-aba, Selena dan Warren sama-sama bertukar pandang seperti mengerti arti tatapan masing-masing.             Mereka memutuskan untuk kembali ke ruang bersantai dan menunggu Isabelle serta Thomas datang. Tapi, hingga hampir satu jam kedua orang itu masih belum datang juga. “Apa pondok belakang sejauh itu ? Kenapa mereka lama sekali ?” gumam Selena sambil memandang jam dinding berkali-kali. “Aku akan memeriksa keadaan mereka. Kalian tunggu saja di sini.” jawab Ian dan ia beranjak dari sofa. Ekspresinya mendadak menjadi sangat serius.             Selena mulai berpikir bahwa sepertinya ada yang tidak beres pada keadaan Isabelle dan Thomas hingga mereka belum kembali juga. Ia sedang melamun memikirkan hal itu sampai tiba-tiba Warren mengguncangkan bahunya perlahan. “Apa kau tidak merasa Ian sedikit aneh ?” tanyanya dengan suara kecil. Selena mengernyit padanya dan mendadak mengerti maksud Warren. “Ya, aku juga heran kenapa dia bisa menyuruh Isabelle seperti itu dan aku sering mendapati Isabelle terlihat takut pada Ian.” jawab Selena. “Apa mungkin dia panitia atau orang penting The Gamers ?” tebak Warren. “Aku tidak tahu. Aku pernah menanyakannya padanya dan dia bilang tidak. Tapi, entah kenapa aku tidak yakin dengan jawabannya. Kau lihat 'kan kalau setiap kali Ian menyuruh Isabelle, wanita itu tidak akan banyak bertanya dan langsung menjalankan perintahnya ?” Selena memutar tubuhnya memandang Warren yang mengangguk. “Dan aku juga heran saat tadi dia bilang akan memeriksa keadaan Isabelle dan Thomas ke pondok belakang. Bagaimana dia tahu lokasi pondok belakang ? Bukankah Isabelle pernah mengatakan bahwa  pondok itu terlarang dan hanya dimasuki oleh orang-orang yang terkena hukuman ?” lanjut Selena. “Itu juga yang kupikirkan. Bagaimana kalau kita mengikutinya ? Dia benar-benar mencurigakan sekali.” ajak Warren. Selena mengangguk dan mereka berdua beranjak dari ruang bersantai itu.             Keduanya keluar dari rumah dan mengendap-endap mencari siluet Ian. Warren menarik lengan Selena saat melihat pria itu berbelok ke belakang rumah. Mereka mengikutinya sambil menunduk beberapa kali untuk bersembunyi.             Ian terus berjalan ke hutan yang ada di belakang rumah dan tempat itu berbeda dari hutan yang biasanya mereka datangi. Tidak ada jalan setapak di sana hingga membuat mereka harus menyibakkan beberapa semak untuk melewatinya. Keduanya bahkan menjaga jarak cukup jauh dari Ian agar dia tidak mendengar bunyi semak yang mereka timbulkan.             Selena dan Warren mulai terengah-engah karena jarak antara pondok belakang dan mansion cukup jauh. Mereka akhirnya menemukan sebuah gubuk kecil yang gelap diapit oleh beberapa pohon besar dan semak-semak tak beraturan. Nampaknya tempat itu tidak dirawat sama sekali.             Mereka dapat melihat Ian membuka pintunya yang berderit dan masuk ke dalam pondok itu. Selena dan Warren kembali mengendap-endap mendekati rumah dan berusaha melihat dari salah satu jendela yang pecah. “Tu... tuan...!” suara Isabelle terdengar ketakutan dan kedua orang itu semakin menajamkan pendengaran. “Ssshh...” Ian menyuruhnya diam dan ia berjalan ke bagian yang lebih dalam dari pondok itu.             Selena dan Warren tidak bisa melihat lebih jauh karena tempat itu sangat gelap tanpa penerangan apapun. Mereka berpindah tempat untuk mencari posisi yang lebih memudahkan mereka mengintip ke dalam.             BRAK ! PRANG !             Tiba-tiba suara ribut muncul dari dalam pondok seakan ada perkelahian di dalam sana. Mereka dapat mendengar Thomas menjerit-jerit dan berusaha mendengarkan apa yang dikatakannya. “Jangan dekati aku ! Pergi kau iblis ! Kau tidak akan bisa mengambilnya dariku ! Ini milikku !!!” jeritan Thomas membuat mereka berdua saling bertatapan bingung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi ??? “Tenanglah... kau harus melepaskan cincin itu atau kau akan menjadi iblis kutukannya. Jangan kau pakai lagi. Kesadaranmu akan semakin menghilang jika kau terus memakainya.” sebuah suara aneh yang dulu pernah didengar oleh Selena membuat keduanya terkejut. “Tidak !!! Aku tahu kau berniat mengambilnya !!! Aku yang berhasil menemukannya !!! Aku yang akan mendapat hadiahnya, bukan kau !!! Dan cincin ini juga bukan milikmu, kenapa aku harus memberikannya padamu ??? Ini milik Sir Rudolph Tramonde !!!” jerit Thomas lagi.             “Karena aku adalah Rudolph Tramonde, jadi lebih baik kau berikan cincin itu padaku. Aku tetap akan memberikan hadiahnya padamu.” suara itu dengan tenangnya mengatakan demikian hingga Selena dan Warren membelalak satu sama lainnya. Mereka yakin sekali bahwa yang ada di pondok itu hanyalah Thomas, Ian dan Isabelle. Bagaimana mungkin orang yang sudah mati ada di sana ???             Tidak ada jeritan dari Thomas lagi dan mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di dalam sana. Mereka dapat melihat siluet Ian keluar dari bagian dalam pondok dan menghampiri Isabelle yang ketakutan. “Di... dia melempari saya dengan barang-barang saat saya kemari tuan... dan entah kenapa ia berhasil mendapatkan cincin itu di sini... padahal saya sudah mencarinya dengan teliti di tempat ini, tuan... tidak mungkin Gerald meninggalkan cincin itu begitu saja...” jelas Isabelle masih gemetaran. Selena menangkap nama baru yang belum pernah di dengarnya dan berniat menanyai pastur Jeremy besok. “Jangan bahas masa lalu lagi ! Jika dia mau meletakkan cincin itu di sana, biarkan saja dia melakukannya. Kau cukup pastikan bahwa dia meletakkannya sebelum malam tiba. Beritahu aku segera jika dia telah masuk ke kamar. Kita harus menghentikan permainan ini segera. Gerald tidak boleh sampai mengetahui cincin itu telah ditemukan.” kata Ian dan mereka berdua yakin sekali bahwa  bibirnya yang bergerak dan mengeluarkan suara parau aneh itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD