Pricilla bersama dengan keluarga besar sedang pergi menjelajahi wisata yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pricilla mau jalan-jalan, sebab tidak mengeluarkan uang sama sekali. Semua biaya sudah ditanggung oleh salah satu kerabat Pricilla.
Mereka menjelajah daerah Bantul untuk menikmati pantai-pantai yang ada di sana. Terutama, Pantai Parangtritis dan Gumuk Pasir yang paling populer di telinga orang-orang. Pricilla bersama dengan Arum sibuk mengambil gambar sampai merasa lelah sendiri. Sekitar pukul setrngah sebelas siang, keduanya berjalan mencari penjual makanan.
Namun, Pricilla sadar tidak menyukai makanan yang berbahan dasar ikan. Sampai akhirnya, kaki gadis itu berpijak di depan penjual bakso kuah keliling. Dia membeli dua porsi dibungkus dengan plastik. Mungkin, hal ini terasa aneh. Tapi, lebih baik daripada membuang-buang makanan.
“Astaga, Pris ... Orang kalau ke pantai itu ingin menikmati olahan ikan laut. Lah, kamu malah beli bakso doang. Tahu begitu beli di dekat rumah juga ada yang jual,” kata Arum sembari berjalan mencari tempat teduh.
“Ayo, kita beli makan siang,” kata salah satu kerabat Pricilla dengan kaos polos warna putih.
Satu-per-satu anggota keluarga Pricilla mulai beranjak dari duduk. Lantas, Pricilla harus berbuat apa? Dia sudah mendapatkan menu makanannya. Sampai akhirnya, Arum pun ikut melangkahkan kaki mengikuti langkah kaki anggota keluarga yang lainnya. Pricilla pun memutuskan untuk mengikuti mereka mencari makan siang.
“Kamu mau pesan apa?” tanya ibu Arum yang duduk di sebelah Pricilla.
“Tidak, Pricilla sudah ada bakso,” jawabnya sembari tersenyum.
“Pricilla enggak suka ikan, Bu,” timpal Arum yang sedang memainkan ponselnya.
Dua jam kemudian, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata yang lainnya. Mereka menuju Gumuk Pasir yang tidak jauh dari pantai. Menikmati indahnya ciptaan Tuhan di tempat itu. Pricilla disibukkan dengan kamera ponsel.
Beberapa saat kemudian, salah satu anggota keluarga yang saat ini menggunakan topi putih itu mengajak pulang. Hari sudah sore dan dikhawatirkan akan jatuh hujan. Memang, mereka tidak akan kehujanan, akan tetapi bisa membahayakan diri jika berkendara dengan cuaca yang tidak baik-baik saja. Beruntung, Pricilla sudah merasakan puas di dua tempat yang hari ini disinggahi.
“Pris, besok pulang saja, ya, tadi Mama dapat pesanan untuk tiga hari lagi,” kata ibu Pricilla setelah sampai di rumah Arum.
Ya, Pricilla tinggal di rumah Arum sejak hari pertama sampai di Yogyakarta. Rencana satu minggu di kota yang dikenal dengan makanan khas bernama gudeg. Kini, diganti menjadi tiga hari saja. Artinya, Pricilla sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya kota itu. Akan menjadi kenangan paling indah dalam hidup, entah kapan lagi Pricilla bisa ke Yogyakarta.
“Oke. Nanti Pricilla bicarakan maksud kedatangan kita ke keluarga,” kata Pricilla mengambil sebuah karet rambut. Dia bersiap untuk membersihkan diri.
Gadis itu menghabiskan waktu setengah jam untuk memanjakan diri dengan air hangat. Kini, dia duduk di sebuah bangku yang ada di kamar. Menghadap ke cermin, meraih sisir untuk merapikan rambut yang masih basah. Dia tidak membawa pengering rambut, jadi hanya mengandalkan handuk saja.
Pricilla keluar dari kamar untuk bergabung dengan keluarga yang sedang menikmati jamuan makan malam. Mereka makan dengan menu yang dibeli siang tadi. Artinya, Pricilla harus mandiri membuat menu makan malam sendiri. Namun, dia memilih untuk ikut bergabung di meja makan. Duduk di dekat ibunya. Mulai mengucapkan maksud kedatangannya. Di mana Pricilla meminta doa untuk kelancaran segala urusan yang ada di Jakarta. Mulai dari sekolah dan urusan usaha yang sudah mulai dirintis.
Keesokan harinya, Pricilla sudah sampai di stasiun di pagi hari. Dia membeli tiket. Kemudian, bersama ibunya duduk di bangku menunggu jadwal keberangkatan. Mereka saling bercerita untuk menghilangkan rasa sunyi. Tidak lama kemudian, Pricilla merasa tidak nyaman dengan tubuhnya.
“Ma, aku ke toilet dulu,” katanya sembari melihat jam tangannya yang menunjukkan masih ada satu jam menuju waktu keberangkatan ke Jakarta.
Sepuluh menit, Pricilla selesai menuntaskan panggilan alam. Setelah itu, Pricilla menuju ke ruangan sebelumnya. Dia duduk bersama ibunya lagi. Mengambil ponsel untuk menghilangkan rasa suntuk. Dia terkejut dengan informasi yang ada di ponsel. Di mana kode harus segera diselesaikan. Pihak sekolah sudah menagih lebih dari dua kali selama satu hari. Sedangkan, kode baru terangkai dua digit.
Pricilla mengirimkan pesan kepada Anara bahwa hari ini dia kembali ke Jakarta. Artinya, dia akan berusaha untuk ikut menyelesaikan hukuman itu. Bagaimanapun dia sendiri memiliki tanggung jawab atas hal itu. Sebuah risiko yang harus diterima sampai tuntas.
Beberapa menit kemudian, Pricilla sudah mendengar suara yang menyuruhnya untuk segera masuk ke gerbong. Dia membantu ibunya membawa berbagai barang yang diberi oleh kerabatnya sebagai oleh-oleh. Padahal, Pricilla tidak menginginkan barang-barang itu, sebab dia merasa kewalahan dalam membawanya.
“Pris, ini ditaruh di situ saja,” kata ibu Pricilla menunjuk sebuah tas kecil berwarna biru yang digunakan untuk membungkus makanan khas Yogyakarta seperti bakpia, wajik, dan lainnya.
Lima menit kemudian, Pricilla memilih memejamkan matanya. Dia merasakan kantuk dan lelah secara bersamaan. Dia tidak ingin ketika sedang membahas tentang kode malah kelelahan dan berakhir mengacaukan. Baru saja terpejam, ibu Pricilla sudah membangunkannya.
“Tidurnya nanti agak siang, masih pagi pamali kalau tidur,” ujarnya sembari membuka sebuah bungkus keripik. “Bawa makan camilan saja,” sambungnya.
Pricilla memilih menikmati pemandangan yang disuguhkan di kuar kaca. Dia mengalihkan rada kantuknya dengan memainkan ponsel. Namun, dasarnya sudah merasa kantuk berat pun membuatnya ingin menidurkan diri beberapa menit. Akhirnya, dia menghadap ke luar agar bisa tidur tanpa diganggu oleh ibunya.
Beberapa waktu kemudian, kereta berhenti di salah satu stasiun. Mengangkut beberapa penumpang kemudian melanjutkan perjalanan. Pricilla pun masih saja tertidur dengan tenang. Ibu pun tidak menyadari jika anaknya tertidur sejak beberapa jam yang lalu.
Akhirnya, gadis itu terbangun karena mendengar ada dering telepon dari Anara. Temannya menanyakan keberadaan Pricilla saat ini. Karena belum juga sampai di Jakarta, akhirnya Anara memilih mengundurkan jadwal untuk bertemu. Di mana dialihkan malam hari.
“Kamu tidur atau main hp?” tanya ibu Pricilla sembari menguap. Tidak bisa dibohongi bahwa dirinya sendiri merasakan kantuk berat seperti halnya Pricilla. “Mama tidur bentar,” sambungnya meraih jaket yang menutup tubuhnya untuk menutupi wajahnya agar tidak mengeluarkan aib.
Pricilla pun mengikuti ibunya kembali tidur. Namun, dia tidak bisa terlelap kembali. Pricilla memasang handset agar bisa mendengarkan musik dengan nyaman. Tanpa mengganggu penumpang lain. Gadis itu sembari membaca materi ujian yang sudah disimpan di ponselnya.
“Alhamdulillah,” ucapnya setelah sampai di Jakarta. Pricilla dan ibunya bersiap untuk merapikan barang-barangnya agar tidak ada yang tertinggal.