Menginap

1363 Words
Karena melihat hanya mereka berdua yang aktif, aku mencoba menghubunginya dengan telpon biasa, namun hasilnya sama saja, malahan nomornya tidak aktif sekarang. "Kenapa ya?" Pikirku aku masih sibuk dengan pikiranku. Telpon video dari grup membuat aku tersadar kembali. "Yaelah lo angkatnya lama banget sih dodol!" Seru Restu. Aku memutar bola mata jengah. "Lagian sih, gue tau pasti si Vina lagi mikirin pacarnya yang off. Hhhh!" Bagas tau aja isi pikiran ku. "Emang bener say?" Tanya Lola penasaran. "Nih nih gie tebak dari ekspresianya aja gue bisa tau kalau yang di bulang Bagas itu bener." Skak mat. Kalau Neni yang udah omong jarang banget buat meleset. "Yahhh cukup lo pada paham aja. Tapu nih bay the way kok tumben Rendra off ya, biasanya dia nggak pernah kayak gini, apa ada masalah, kalau ya tolong kasih tau gue dong." Pintaku memelas. Hhhhhhhhhh Tawa dari mereka semua membuat aku kesal aja, "Emang ada yang lucu ya? Kok pada ketawa sih."  "Bucin lo kentara banget Vin." Ledekan dari Restu tak aku perdulikan. "Serius gue,  Rendra kemana?" Tanyaku serius. "Dia tuh lagi ada acara, tadi sebelum kita pisah dia dah bilang, dia juga tadi titip pesen buat  lo, soalnya nggak sempat  kasih tau." Jelas Bagas. Aku cukup menghela napas lega. Bamun yanf menjadi beban pikiranku sekarang adalah kenapa Rendra sampai lupa buat kasih tau aku secara langsung ya. "Woooowww dodol! Malah ngelamun. Lho dengerin gue apa nggak kata Bagas  tuh?" Tanya Restu.  "Yaya gue denger. Tapi nih emang dia punya acara apa sih?" Tanyaku. "Dia sih nggak kasih tau gue soal itu, yang penting dia nggak kenapa napa." Ujar Bagas. "Udalah say, lo posotof thingking aja, Rendra nggak mungkin nyakitin lo, tauapun kecewain lho." Neni mencoba menenagkan. "Nah bener tuh, kalau dia sampe nyakitin lo apalagi bikin lo nangis, gue sendiri yang bakalan hajar dia sampe babak belur, dan sekarang mendingan lo bobok cantik aja, gue juga mau ngerjain sesuatu dulu, gimana beb?" Tanya Restu sambil mengedipkan matanya jahil. "Dasar kurang kerjaan." Timpal Neni. Kami pun akhirnya mengakhiri telpon itu dengan ucapan selamat malam. ***** Hari ini sudah hampir jam delapan aku telat bangun gara-gara kelamaan tidur semalam. Setelag bersiap aku segara menegmasi semua alat tulis serta tak lupa tugas yang beberapa hari lalu guru sedeng itu berikan. Mungkin nanti besok dan lusa aku bisa menegerjakan tugas sisanya jika tak ada tugas yang lainnya lagi. Ku turuni anak tangga secepat mungkin. "Vina sarapan dulu." Suara itu tak aku hiraukan. Aku segera mengambil mobil dan menyalakannya tanpa akuvpanaskan lebih dulu. Soal rusak bisa aku minta papa buat perbaiki bukan. Mobil ku sudah membelah jalan raya. Aku tak tau bahkan sampai tadi pagi chat ku tak ada yang Rendra balas. Aku cukup khawatir padanya rakut ada apa-apa. Segera aku lajukan secepat yang aku bisa, namun mau apalagi kini aku terjebak macet. Aku mencoba menghubunginya beberapa kali namun tak ada jawaban.pikitanku semakin kacau saja. Saat mobil-mobil di depanku mulai berjalan aku segera menancap gas mobilku, hingga rak sampai sepeuluh menit aku sudah berada di halaman sekolah. Setelah aku parkir dan mengunci mobil  ku, aku bergegas ke kelas untuk meletakkan tas dan segera ke gudang.  "Say!" Seru Lola. Ku milhat kiri kanan tak ada Rendra disana. "Cari siapa?" Tanya Bagas. "Yaelah palingan jiga cari pacarnya!" Ujar Restu.  "Rendra belum dat..." ucapanku terhenti karena ada seseorang yang menutup mataku. "Siapa ayo tebak!" Ucapnya. "Sayang." Ucapku. Lantas tangan itu perlahan mengendur, aku pun membalikkan badan. Ternyata orang yang dari semalam aku rindukan yang menutup mataku. "Kenapa kamu nggak aktif dari semalem? Chat aku cuman di read doang? Kamu tega baget." Keluhku sambil memukul dadanya beberapa kali. Dia hanya tersenyum. "Maaf." Ujarnya bersalah. Dia pun memeluk ku. "Semalam aku ada acara, lupa kasih tau kamu, pas dah kelar aku lihat hp dan baca chatmu aku berniat buat bales, tapi baterai hp ku lobet, jadi aku charger dulu, tadi pagi, aku bangun nggak sempet buka hp, jadi aku bawa ke sekolah, dan liat sampe sekarang aku belum aktifin." Jelasnya sambil memperlihatkan hpnya yang masih mati.  "Aku tuh khawatir tau, tumben banget kamu kayak gini."  "Emang Bagas nggak kasih tau kamu ya?"  '" Ehh, gue dah kasih tau ya, cuman dia aja yang suka kepikiran." Bantah Bagas yang nggak mau di salahin. "Iya emang semalem Bagas sah kasih tau, tapi tetep aja kan aneh banget kamu." "Iya maaf deh, lagian kan acaranya mendadak, jadi aku nggak sempet yang."  "Makanya besok-besok janfan kayak gitu Ndra, lo di kiea selingkuh tau." Ujar Restu. Rendra diam beberapa saat sebelum berkata.  "Aku nggak mungkin nyakitin kamu sayang, apalagi duain kamu, karena hati aku cuman buat kamu." Ucapnya. "Tuh denger!" Seru Restu. "Dah gue bilang kalau dia sampai nyakitin lo, gue sendiri yang bakalan bikin dia babak belur." Ucwp Restu yakin. Setelah pertemuan kami di gudang untuk beberapa saat, kami akhirnya kembali ke kelas masing-masing. Aku bersyukur untuk hari ini sekolah cukup lancar rak terlalu menguras orak meski ujian akhir masih setengah tahun lagi, tapi aku bisa ikut olimpiade kimia empat bulan kedepan. Mobil terparkir mulus di halaman rumah. Aku segera bergegas ke kamar. Aku kira ini hari keberuntungan ku, tak pulabg telat, dan tak mendapat omelan dari Ratu Nova, cukup membuat pikiranku tenang. Setelah mengganti baju, aku mempersiapkan beberapa paket dan alat tulis untuk ierja kelompok hari ini. Ku turuni anak tangga, meletakkan semuanya di halaman belakang dan kembali ke dapur untuk makan siang. "Mau makana apa cah ayu?" Tanya Mbok. "Apa aja mbok, ohh ya, entar temen-temen aku mau datang lagi, tolong siapin keripik pisang ya mbok, sama kacang asin." Ujarku. "Baik cah ayu, nanti mbok siapkan."  "Maksih mbok." Balasku. Masakan mbok emang selalau enak,  mbok emang selalu bisa buat aku nyaman, sama seperti mama dulu. Setelah semua selesai aku bersiap ke halaman belakang. Anak-anak sudah dalam perjalanan. "Vin!" Suara itu mengehmtikan aku di ambang pintu. "Iya, ada apa?" Tanyaku. "Kerja kelompok lagi?"  "Iya, tugas masih banyak." Jawabku singkat. "Jangan bawa kayak kemren lagi." Perintahnya. "Kita liat aja nanti." Ucapku. Aku kembali berjalan tanpa aku tau rauh wajahnya. Derttttt... Gawai di depanku bergetar, ternyata ada nana Neni disana.  "Iya say?" Tanyaku. "Lo keluar gih, nyokap lo di depan tuh." Ucapnya sebrang sana. "Iya, gue kesana sekarang." Aku segera ke depan setelah sambungan itu terputus. "Hay guys!" Seruku. Mungkin mendengar sapaan ku, mama Nova berdiri.  "Mama harap kali ini kamu denger ucapqn mama." Bisiknya Aku abaikan ucapnnya. Aku mendekati mereka semua membantu membawa minuman yqng telah kami beli tadi siang. "Vina, jangan bawa barang haram itu kerumah." Ucapnya. Ia menarik tangan ku, menahan langkah ku yang ingin masuk, semetara mereka sudah lebih dulu sampai. "Lepasin." Perintahku sambil melihat tajam ke arah tangannya. "Nggak akan sebelum kamu keluarin minuman itu dari rumah." Tegasnya. "Jika kamu nggak suka, kamu bisa keluar dari rumah." Ujarku. "Vina jaga bicara kamu." Ucapnya tajam. "Kalau aku nggak mau gimana?" Tanyaku. "Mama bakalan bersikap tegas."  "Terserah aku nggak perduli. Ku hempaskan tangannya dan melanjutkan langkah kaki ke halaman belakang. **** Tak terasa sang surya sudah tak terlihat hanya gemerlap bintang dan indahnya sang rembulan yang  terlihat. Restu sudah mabuk dan terkapar, sedangkan Bagas asik tidur di pangkuan pacarnya. "Yang jadi nginep kan?" Tanyaku pada Rendra. "Iya sayang jadilah." Jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya. "Iya udah deh, mendingan kita cabut aja dulu, besok malem kita lanjutin lagi, lagian ini tinggal bentar lagi kok, mungkin lusa dah kelar." Ujar Lola. "Lho anter Restu ya, entar gue anter Bagas, besok gue jalan sekolah lewat sini, seklain ambil mobil." Ucap Neni. "Sip deh, Ndra, bantuin gue angkat Restu ya, berat banget tau."  "Sip deh."  Rendra pun membantu Restu ke mobil sedangkan Bagas berjalan dengan sempoyongan. Ku bereskan sisa makanan dan minuman membantu mbok agar segera istirahat. "Mbok mama kemana?" Tanyaku. "Ibu di kamar mungkin cah ayu. Ada yang bisa mbok bantu lagi?" Tanyanya. Aku menggelang. Setelah semua selesai aku masuk ke kamar. Disana sudah ada Rendra di pulau kapuk milikku. Aku bergegas membersihkan diri dan mengganti baju dengan piyama.  "Aku sayang kamu Ndra." Lirihku. Aku mencium kedua mata yang sudah terpejam itu bergantian. "Aku juga sayang kamu yang." Balasnya. Aku baru tau ternyata dia hanya berpura-pura tidur. "Ihhh kamu nyebelin." Aku memukul dadanya beberapa kali. "Tapi sayang kan?" Tanyanya menahan kedua tanganku. Aku hanya tersenyum malu, dia pun membawa aku kedalam pelukannya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD