CHAPTER 3

2083 Words
Suasana di gedung Britania High School kini menjadi begitu sepi lantaran para siswi telah dipulangkan olah pihak sekolah disebabkan kasus pembunuhan tersebut. Terkecuali ruang dewan siswi yang kini terasa tegang, di sana masih ada tiga siswi yang tengah saling melempar tatapan tajam. Filiae, Noel dan Noa. Ketiga siswi yang notabene-nya bukan manusia ini, masih saling diam tanpa ada seorang pun yang memulai percakapan. Mereka tengah menunggu guru pembimbing yang harusnya sudah datang justru belum juga terlihat sampai sekarang. KRIET... Suara pintu terbuka, membuat ketiga siswi itu menoleh menatap pada pria yang baru saja datang membuka pintu ruang dewan siswi itu. "Maaf aku datang terlambat Noel," ucap pria itu sambil mengusap tengkuknya merasa tidak enak. Sementara Filiae justru menahan napas, ia terkejut melihat kehadiran Wiliam Quercus. "Tidak apa-apa, Wiliam. Kemarilah, kita mendapat seorang 'tamu'." Noel berkata sambil menekan kata 'tamu' semata-mata memberi kode kepada Wiliam bahwa tamu yang mereka maksud bukan seorang manusia. Wiliam tersenyum begitu ia bertemu muka dengan Filiae. "Ya, bagaimana kabarmu, Nona Morte." Rasanya agak senang bisa bertemu lagi dengan gadis yang menarik perhatiannya belakangan ini. Pria itu kemudian mendekati ketiga siswi tersebut, duduk di salah satu sofa yang tersedia. Sedangkan Filiae buru-buru menyembunyikan keterkejutannya dan memberi anggukan kecil membalas sapaan Wiliam. "Kamu mengenal, Nona Morte?" tanya Noa. "Ya, jangan khawatir Noa, Nona Morte berada di pihak kita, aku sudah mendengar tentang kasus tadi pagi. Seorang Vampire tengah berpesta di wilayah kita dan keberadaan Nona Morte akan sangat membantu." "Bagaimana mungkin kamu bisa begitu yakin Nona Morte dapat dipercaya, sedangkan kami bahkan tidak dapat menebak dengan pasti ia berasal dari ras apa." Noel mulai ikut beradu mulut, dahinya mengerut. Kenapa pembimbing mereka justru membela Filiae? Walau mungkin memang bukan gadis itu pelakunya, tapi kejelasan mengenai siapa ia masih belum diketahui. "Nona Morte berasal dari kerajaan, kita dapat mempercayainya. Bukan begitu, Nona?" ujar Wiliam tenang namun membuat Green bersaudara terkejut, Filiae sendiri hanya menyeruput tehnya tanpa berkata-kata dari tadi. Ia hanya mengangguk kecil membenarkan ucapan Wiliam. "Kalau begitu kamu berasal dari ras apa, Nona Morte? Kerajaan tidak mudah menerima sembarang ras, terutama untuk ditugaskan melindungi manusia." Filiae meletakkan cangkir teh yang sedari tadi ia genggam, gadis itu menatap tepat di hadapan Noel yang bertanya padanya. "Witch," jawab Filiae singkat. Hal itu membuat Noel maupun Noa terheran-heran. Jika Filiae seorang Witch kenapa ia memiliki aura hitam? Witch termasuk dalam ras netral. Itu artinya mereka menggunakan kekuatan yang diperoleh dari diri mereka sendiri, dalam darah yang mengalir di urat nadi mereka. Berbeda dengan mereka yang merupakan bangsa Elf maupun Wiliam yang merupakan kaum Druid, keduanya berasal dari ras terberkati yang berarti mereka memperoleh kekuatan murni dari alam. Lain halnya lagi dengan ras terkutuk yang memperoleh kekuatan dari jiwa orang mati, darah manusia, kebencian dan bahkan kutukan seperti bangsa Demon, Vampire, Succubus dan sejenisnya. "Lalu dari mana datangnya aura hitam itu bila kamu seorang Witch, Nona Morte?" Noel mulai lagi dengan interogasinya, curiga Filiae menggunakan sejenis sihir terlarang yang mengubah inti dari kekuatan gadis itu. Keadaan kembali menjadi rancu, hingga ketika seorang wanita tua memunculkan dirinya, Membuat Filiae mengalihkan fokus pada wanita tua itu. Wiliam, Noel dan Noa pun segera berdiri menundukkan kepala mereka, memberi hormat kepada wanita tua di hadapannya. Menyambut kedatangan atasan mereka tersebut. "Saya rasa kamu dapat menebaknya, Madam Yudea atau harus kupanggil Fallen Angel terakhir?" Selanjutnya, perkataan yang dilontarkan oleh Filiae dengan sopan itu membuat semua orang di ruangan ini terkejut, bagaimana gadis itu bisa mengenali Madam Yudea? "Bagaimana kamu bisa mengenalku, sedangkan aku bahkan yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya?" Dengan terheran-heran, Madam Yudea bertanya kepada Filiae. Wanita tua itu tak ingat pernah bertemu dengan Filiae sebelumnya, ia tak mengerti kenapa gadis itu bisa bersikap seolah-olah mengetahui segala sesuatu tentangnya. "Karena Fallen Angel telah nyaris punah lebih dari 800 tahun yang lalu, menyisakan seorang dari mereka yang tertua, Madam Yudea. Aku begitu yakin aura putih yang menyeruak dari dirimu adalah aura seorang Fallen Angel. Itu berarti, hanya seorang di dunia ini yang memilikinya." Noel dan Noa saling lirik, mereka tidak mengerti kenapa Filiae bisa membedakan dengan jelas ras mereka hanya dari aura yang mereka keluarkan? Normalnya, makhluk immortal yang bertemu dengan Madam Yudea hanya akan tahu bahwa ia berasal dari ras terberkati, bahkan tidak jarang yang mengira wanita tua itu sebagai seorang Elf atau Fairy. Tak pernah sekali pun ada yang bisa tahu ras Madam Yudea hanya sekali lihat sebelumnya, tapi kenapa Filiae bisa tahu bahwa wanita tua itu seorang Fallen Angel? Tidak terkecuali Madam Yudea sendiri, tidak mudah membedakan ras hanya dengan berhadapan dengannya, lain lagi ceritanya bila mereka melakukan kontak fisik. Jika demikian, maka wanita tua itu tidak akan heran kenapa gadis bertubuh mungil itu bisa mengetahui siapa dirinya sebenarnya. "Bagaimana caranya kamu bisa membeda aura kami? Itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dibedakan," ucap Madam Yudea menyelidik. "Karena kamu bukanlah satu-satunya Fallen Angel yang pernah aku temui." Filiae menatap mata wanita tua itu tanpa keraguan, ia menunjukkan dengan jelas karismanya sebagai seorang anggota keluarga kerajaan dan seketika itulah, Madam Yudea mengenali siapa Filiae sebenarnya. "Yang Mulia Tuan Putri, maafkan kelancanganku tidak mengenalimu, sudah lebih dari 1.000 tahun sejak terakhir kali aku melihatmu." Wanita tua itu segera menundukkan kepalanya hormat. Namun, bukan itu yang dipedulikan oleh Filiae, ia kembali dikejutkan. Bertanya-tanya, apakah ia pernah bertemu dengan Madam Yudea sebelumnya? Kenapa ia tidak dapat mengingatnya? Ia mungkin mengenali siapa wanita tua itu dari sejarah dan cerita yang ia kenal, tapi tidak dari pribadi Madam Yudea itu sendiri. Sedangkan di sisi lain, Green bersaudara tengah sibuk dengan pikiran mereka sendiri, mencerna informasi yang baru saja mereka dengar. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya, Madam Yudea?" tanya Filiae. "Ya, Tuan Putri. Bahkan aku ikut membantu saat kelahiranmu. Begitu juga dengan persalinan Yang Mulia Ratu yang lainnya." Terjawab sudah rasa penasaran gadis itu. Masalahnya adalah kenapa wanita tua ini bersama dengan Wiliam? Apakah ia tahu bahwa Wiliam diberi keabadian bersamaan dengan kelahirannya? Melihat semuanya hanya diam membisu, Wiliam mulai mengusulkan untuk memulai pembicaraan awal mereka yang tertunda. Alhasil, setelah pembicaraan cukup lama di antara kelima makhluk immortal itu, Filiae memutuskan untuk menerima tawaran Madam Yudea yang memintanya bergabung dengan dewan siswi. Di sini, Filiae baru tahu kalau ternyata, wanita tua itu adalah pemilik sekolah yang sekaligus merupakan sebuah organisasi perkumpulan makhluk immortal yang bertugas melindungi wilayah di area sekitar sekolah. ∞ Malam hari setelah kejadian pembunuhan oleh seorang Vampire itu, ketiga siswi anggota dewan siswi memutuskan untuk berpatroli di area sekolah. Sekolah telah diliburkan selama satu minggu untuk memberi waktu kepada polisi guna menyelidiki kasus tersebut. Hal ini membuat hampir seluruh siswi penghuni asrama dipulangkan ke rumah masing-masing. Menyisakan beberapa siswi yang rumahnya terlalu jauh untuk pulang dan tiga orang anggota dewan siswi yang bertugas membantu polisi yang menyelidiki kasus itu. Tentu hal ini memberi keuntungan tersendiri untuk gadis-gadis muda itu, lebih mudah berpatroli di gedung asrama dan sekolah bila penghuninya sedikit. Sudah hampir lewat tengah malam, tapi sayangnya tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk yang mereka cari. Melihat keadaan ini, Noel selaku ketua memutuskan untuk memberi instruksi agar rekannya beristirahat sejenak. Mereka bertiga kemudian berjalan memasuki ruang dewan siswi, duduk dan menikmati minum teh tengah malam sambil melihat bulan yang terpantul jelas dari jendela besar di ruangan itu. "Menurut kalian apakah ada yang bisa kita curigai di antara para siswi?" tanya Noa memecah keheningan. "Aku pikir tidak, tapi ada satu staf pengajar yang aku curigai," tutur Filiae. "Benarkah? Siapa itu?" tanya Noel. Filiae kemudian kembali menatap bulan, pandangan matanya menerawang jauh. Sedangkan Green bersaudara hanya diam menunggu Filiae meneruskan kata-katanya. "Aku tidak tahu, tapi di hari pertama sekolah aku tidak sengaja menabrak seorang pria berambut cokelat tua, dari mulut pria itu tercium bau darah segar manusia dan terlebih lagi ia mengeluarkan aura hitam." Ketiganya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Terutama Noel, gadis Elf berambut pendek itu tengah berpikir keras. Ia yakin telah mengecek sendiri semua staf pengajar di sekolah ini, tapi tidak pernah ia bertemu dengan seorang pria yang mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya. "Kamu yakin, Filiae? Aku sudah mengecek semua staf pengajar dan tidak ada makhluk immortal di antara mereka." Hingga Noel kembali bertanya, ia perlu informasi pasti, bukan hanya dugaan. Filiae kemudian mengangguk kecil, mempertegas pernyataannya, "aku yakin. Awalnya tidak terasa, tapi begitu aku tidak sengaja bersentuhan dengan tangannya... samar-samar aura hitam itu terasa." Noel ingin kembali bertanya, sayangnya sebelum rangkaian kata di otaknya tersalurkan, Filiae kembali melanjutkan kata-katanya memberi penjelasan. "Segel kekuatan pria itu nyaris sempurna, aku bisa mengerti bila kalian berdua tidak bisa merasakannya meski telah melakukan kontak fisik." "Dari mana asal keyakinan itu? Jadi menurutmu kami tak mampu membedakan jenis makhluk immortal lebih baik dari mu, Filiae?" Noa tersinggung mendengar kata-kata Filiae, ia membalas dengan sarkastik. Ia tidak peduli jika gadis yang berada di hadapannya itu seorang putri raja bangsa Witch, emosinya telah terbangun. Sejak kecil gadis Elf itu sudah memiliki sifat pemarah dan nyali yang besar berbanding terbalik dengan Noel kakaknya yang memiliki sifat lebih tenang dan terkontrol. "Tidak. Bukan itu maksudku Noa, tolong jangan tersinggung," ucap Filiae lembut. Ia sungguh tidak bermaksud merendahkan kedua Elf yang kini telah menjadi sekutunya itu, Filiae hanya ingin menyampaikan pemikirannya. "Tidak? Jelas-jela-" Noa masih saja panas, mencoba memperburuk suasana. Untungnya, Noel segera menghentikan kembarannya itu, "diam Noa! dan tolong berikan penjelasan atas kata-katamu, Filiae." Noel memerintah Noa untuk berhenti sebelum hubungan mereka yang baru dibangun malah jadi buruk. Tentunya ia juga bersikap netral dengan meminta penjelasan pada Filiae. Menuruti Noel, Noa yang tadinya telah berdiri memelototi Filiae kini kembali terduduk di kursinya setelah Noel menekan kedua bahunya menuntunnya kembali untuk duduk, dan kini Noellah yang mengambil alih pembicaraan setelah menyuruh adik perempuannya untuk diam. Noa merenggut tidak suka, ia bersedekap d**a, memandang Filiae dengan muka cemberut. Sementara Filiae menatap Green bersaudara dengan pandangan penuh arti sebelum akhirnya ia memutuskan untuk sedikit terbuka kepada mereka berdua. "Kalian berdua merasakan sendiri bukan, aura hitam milikku, sesuatu yang tidak wajar dimiliki oleh kami bangsa Witch. Terlebih darah murni seperti ku, sejak lahir aku memiliki kekuatan khusus yang tidak dimiliki oleh bangsa Witch lainnya dan kekuatan ini membuatku lebih mudah untuk melihat sosok asli berbagai makhluk. Bahkan ketika mereka menyegel kekuatannya dalam bentuk manusia." Sebelum melanjutkan kata-katanya, Filiae menatap Green bersaudara. Ia mencoba menilai reaksi mereka, menerka-nerka apa yang ada di dalam pikiran mereka. Kedua kakak beradik itu hanya diam menatap Filiae penuh tanya, tidak terlihat kecurigaan maupun kemarahan lagi dari mata Noa, hal itu membuat Filiae tersenyum tipis merasa lega dan kembali melanjutkan ceritanya. "Selain kekuatan murni bangsa Witch yang kumiliki, aku juga memiliki kekuatan bangsa terkutuk. Kekuatan dari jiwa mereka yang telah mati. Makhluk apa pun yang terbunuh oleh tanganku, jiwanya tidak akan termurnikan ataupun binasa. Melainkan terikat pada jiwaku, mereka menyatu dan menjadi kekuatan tambahan bagiku. Itulah asal aura hitam yang menyeruak dari ku. Kekuatan itu juga yang membuat semua indraku berubah lima kali lipat lebih peka dibandingkan makhluk immortal lainnya." "Bagaimana mungkin? Itu adalah kekuatan bangsa Demon, mereka yang dikutuk untuk hidup selamanya oleh Sang Pencipta." Ketiga gadis muda itu kembali diselimuti kebingungan, bahkan Filiae. Sampai saat ini, tuan putri itu masih juga tidak mengetahui kenapa ia memiliki kekuatan bangsa Demon, sementara ia adalah anak kandung raja dan ratu bangsa Witch. "Apakah kamu telah melakukan perbuatan yang paling terkutuk dan k**i hingga mendapatkan kekuatan kutukan itu, Filiae?" Noel kembali bertanya setelah pikirannya cukup tenang. Filiae kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya menjawab pertanyaan gadis itu. "Tidak. Bahkan kekuatan ini sudah ada sejak lahir, bukan dari suatu hukuman kutukan. Dan bila ini adalah hukuman warisan... harusnya, salah seorang dari orang tuaku juga memilikinya, tapi nyatanya, mereka tidak." Ia tidak ingat pernah melakukan hal yang buruk semumur hidupnya. Kenyataan kembali menghempaskan dugaan mereka, tidak akan ada akhir dari pembicaraan ini, bahkan pemilik kekuatan itu pun tidak mengetahui sebabnya. Akhirnya Noel memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan yang lebih berguna saat ini. Asal-muasal kekuatan Filiae bukanlah urusannya. "Baiklah. Aku anggap informasimu benar, jika demikian kita perlu menyelidiki pria yang dimaksud." Noel lebih memilih untuk kembali membahas permasalahan mereka saat ini. "Apa ada usul?" tanya Noel kembali saat sadar bahwa tidak ada yang bersuara menanggapi ucapannya. "Aku kira kita perlu mengecek ulang para staf pengajar saat sekolah di mulai kembali, karena tidak mungkin dilakukan sekarang saat sebagian besar staf pengajar ikut pulang bersama para siswi." Noa yang telah tenang memberikan pendapatnya. "Aku setuju dengan pendapat Noa," tambah Filiae. "Baiklah, sepertinya cukup untuk hari ini. Kita kembali berpatroli selama satu jam dan setelah itu kembali ke kamar masing-masing, kumpul kembali besok jam dua belas siang untuk membahas rencana pengecekan staf pengajar bersama dengan Wiliam." Setelahnya, Noel memberi perintahnya dan ketiga siswi itu berpencar dan memulai kembali patroli mereka.                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD