CALON ISTRI MAXIME

1041 Words
"Mommy, kenapa datang ke sini? Malam-malam pula," tanya Maxime heran. Tidak biasanya Sonya menyusul Maxime ke lokasi syuting. "Hm, Mommy ingin mengenalkanmu pada seseorang," kata Sonya. Ia lalu melambaikan tangannya ke arah mobil Mercy miliknya, memanggil seseorang. Kaki jenjang tampak lebih dulu turun dari mobil itu, kemudian menampilkan seorang wanita bergaun silver yang sangat cantik. Wanita itu berjalan dengan anggunnya ke arah Sonya dan Maxime. "Helena, kenalkan. Ini Maxime, anak tante," kata Sonya memperkenalkan Helena pada Maxime. Mereka berdua pun berjabat tangan sembari tersenyum. Manik mata Maxime berpindah menatap ibunya. "Ini siapa ya, Mom?" tanya Maxime. "Hm, ini calon istrimu." "Hah?" Mata Maxime seketika terbelalak. "Calon istri?!" Maxime tersenyum ke arah Helena yang tentu saja dibalas dengan senyuman manis oleh Helena. "Helena, kamu tunggu disini dulu ya," kata Maxime. Lalu dengan cepat Maxime merangkul bahu ibunya dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan. "Apa maksud Mommy, mengatakan jika Helena adalah calon istriku?" tanya Maxime. Ia tampak tidak terima dengan apa yang dilakukan ibunya. "Kenapa kamu begitu terkejut?" "Aku tidak tertarik menikah dengan wanita mana pun." "Eits, kamu lupa dengan surat perjanjian itu?" Maxime menatap ibunya dengan wajah bingung. Ia hampir lupa jika perjodohan itu masuk ke dalam perjanjian yang ia buat. Maxime terlalu menikmati skandal gay yang ia buat untuk menutupi hubungannya dengan banyak wanita. Hingga ia lupa tentang tujuannya utamanya tentang skandal gay itu, untuk menghindari perjodohan. Sonya menghela napas panjang. "Sepertinya kamu memang lupa. Biar mommy ingatkan kembali tentang perjanjian itu. 8 tahun yang lalu sebelum kamu berangkat ke Amerika, kamu sendiri yang menandatangani perjanjian itu demi mendapatkan semua fasilitas dan segala hal yang kamu inginkan. Termasuk tentang kuliahmu di The Juilliard School di Amerika. Dan setelah kamu lulus dari kuliahmu, kamu harus melakukan sebuah pekerjaan berdasarkan perjanjian itu. Sayangnya, kamu gagal. Sehingga terbitlah perjanjian baru jika kamu akan melunasi semua hutangmu pada Mommy. Dan hari ini, tepat 5 tahun dari perjanjian itu. Tapi, kamu belum mampu melunasi hutangmu. Jadi, sesuai dengan kesepakatan, kamu harus menikah dengan wanita pilihan Mommy," jelas Sonya panjang lebar. "Tapi, aku tidak bisa menikahi orang yang bahkan aku tidak memiliki ketertarikan dengannya sama sekali. Itu hanya akan menyiksa wanita itu. Menikahi lelaki yang bahkan tidak memiliki hasrat untuk menyentuhnya," tegas Maxime. Ia menatap lekat mata ibunya, seolah meyakinkan ibunya tentang perkataannya. "Hahhahahaaa," kekeh Sonya mendengar kalimat Maxime. Maxime mengernyitkan dahinya. Seharusnya apa yang ia katakan itu bisa membuat ibunya bimbang. Karena biasanya ia menggunakan hal itu sebagai senjata. "Maxime ..., Maxime ..., Mommy sudah tahu semuanya," kata Sonya. "Apa maksud Mommy?" "Kamu berpura-pura tidak memiliki ketertarikan pada perempuan, dan kamu sengaja bergaul dengan orang-orang yang memiliki orientasi terhadap sesama jenis. Hanya untuk meyakinkan semua orang jika kamu tidak tertarik dengan lawan jenis. Padahal kenyataannya itu hanya sandiwara yang kamu lakukan untuk menolak perjodohan dengan wanita pilihan Mommy. Iya kan?" Maxime tersentak terperangah. Ia tidak menyangka kedoknya terbongkar. "Janji adalah janji. Lakukan saja kewajibanmu. Okay?" lanjut Sonya. Ia kemudian keluar untuk kembali menemui Helena. Meninggalkan Maxime yang masih terpaku. Tak berapa lama Sonya kembali menghampiri Maxime. "Mommy tunggu kamu di mobil." "Memangnya mau ke mana?" "Kamu kira untuk apa Mommy datang kesini? Mommy ingin mengajakmu makan malam dengan Helena. Jangan lama-lama." Maxime mengangguk. Ia tidak memiliki pilihan lain selain setuju. * BRAAAK!!! Maxime masuk ke apartemen milik Edward dengan membanting pintu keras. Sepulangnya dari makan malam bersama Sonya dan Helena. "Apa maksud lu, hah?!" sentak Maxime pada Edward. Edward yang kala itu tengah membaca buku di sofa, hanya menghela napas panjang. Ia melirik Maxime sesaat lalu kembali pada buku bacaannya. "Lu ngadu kan ke nyokap gue tentang skandal yang gue buat ke media?" cerca Maxime dengan meninggikan suaranya. "Skandal yang mana?" "Bisa-bisanya, lu tanya skandal yang mana? Lu kira gosip mana yang sengaja gue sebar tentang diri gue, hah?" Edward mengernyitkan dahinya, ia lalu melepas kacamatanya dan meletakkan bukunya ke atas meja yang ada di hadapannya. "Maksud lu gosip yang mengatakan jika 'Maxime, artis papan atas diduga menyukai sesama jenis' itu?" "Ya!" "Kenapa memangnya? Bukannya Bu Sonya percaya dengan gosip itu? Terlebih gosip itu terus menggema, setelah lu putus dari Gaby dan setelah itu lu tidak terlihat menjalin hubungan dengan wanita manapun," kata Edward dengan santainya. "Jadi lu tidak membongkar rahasia gue?" "Untuk apa gue melakukannya? Sebenarnya apa yang terjadi?" Maxime mendesahkan napas lesu lalu mengisut duduk di sofa. "Mommy tahu, jika gue tidak memiliki kelainan apapun. Dan itu menyebalkan, kini ia mencoba menjodohkan gue dengan Helena." "Helena? Helena Jesica?" tanya Edward dengan mata berbinar. "Ya." "Pemeran Srikandi di film best seller 'Panah Srikandi' itu?" "Yaaaaa! Kenapa sih lu? Tertarik banget sama cewek itu," decak kesal Maxime. "Hhhh. Harusnya lu mintain gue tanda tangan Helena sebelum lu menolak." "Gue belum menolak. Lu besok juga ketemu sama si Helena itu." Edward tersenyum manis. "Yess!" "Woy! Ini masalah serius buat gue!" "Ini kan karena ulah lu sendiri." "Memang berapa sisa hutang gue ke Mommy?" Edward membuka ponselnya, melihat kembali catatan di ponselnya. "Hm, masih sekitar 23 miliar," kata Edward. "Kalau dikurangi dengan honor yang gue terima dari sinetron Arranged Marriage?" "Masih sekitar 15 miliar." "Bagaimana bisa? Gue dibayar 20juta per episode. Jika sinetron Arranged Marriage itu 800 episode, harusnya gue bisa menerima 16 miliar! Dan hutang gue harusnya sisa 7 miliar!" ralat Maxime. "Woy! 16 miliar honor 800 episode itu masih terpotong untuk pihak Sena Management 30%. Kemudian dipotong lagi untuk manager dan asisten. Yaitu jatah gue 15 %. Dan masih dipotong lagi uang yang lu gunakan untuk berfoya-foya selama satu setengah tahun terakhir yang totalnya hampir 1,3 miliar. Jadi sisanya 8,1 miliar. Jadi dari 800 episode itu lu hanya bisa membayar 8,1 miliar ke Bu Sonya. Yang artinya, hutang lu ke Bu Sonya masih sekitar 15 miliar!" Tubuh Maxime terasa lemas ia mengisut merebahkan dirinya sejenak ke sofa. Lalu seketika terduduk kembali. "Lu nggak korupsi kan?" "Apa lu bilang?" Edward memicingkan matanya ke arah Maxime. "Nggak. Nggak jadi bilang," kilah Maxime. Ia takut jika Edward murka karena tuduhannya. Terlebih Maxime sebenarnya tahu jika Edward tidak akan melakukannya. "Lu lebih baik menerima perjodohan itu. Jika lu menerimanya, hutang lu dianggap lunas, dan lu mendapatkan kembali uang yang sudah lu bayarkan ke Sonya," saran Edward. "Gue gak bisa dan gue gak mau." "Ya, nikmati saja posisimu sebagai sapi perah," ujar Edward santai, lalu kembali mengambil buku bacaan dan kacamatanya.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD