WAJAH MALU SASKIA

795 Words
"AHAHAHAHAHAAAAA ..." Gelak tawa semua orang di ruangan itu, sontak menggema. Beberapa dari mereka, ada yang berada di lokasi syuting saat Saskia memerankan peran bodoh itu. Saskia ikut tertawa untuk menutupi perasaannya canggungnya. Padahal di dalam hatinya, ia sudah menangis beraung-raung dan berharap dirinya menghilang dari ruangan itu. Malu sekali ketika hal yang seharusnya berada di belakang layar malah ditampilkan secara gamblang di depan banyak orang. Adegan itu terjadi saat ia benar-benar baru berkecimpung di dunia artis. Sial! "Pak Adi paling keras ketawanya. Pak Adi ya yang jadi sutradaranya?" goda salah satu pemain extras yang lainnya. "Enak saja. Mana mungkin aku tega menyuruh Saskia yang sudah cantik begini dan diminta memunggkuk tertutup kardus dan kain hijau," bantah Pak Adi. Maxime tampak masih terkekeh sembari memegangi perutnya. "Hahahhaha, jadi batu. Hahahaha. Ya lord. Saskia ... Saskia ...." Saskia melirik sebal ke arah Maxime dan berganti ke arah kru lain yang masih terpingkal-pingkal. "Lu syuting dimana sih itu? Hahahaha, sumpah. Gue kira jadi peran pengganti masuk ke sungai keruh itu sudah paling totalitas. Ini ... hahahahah ... jadi batu." Saskia menghela napas panjang, berusaha ikut tertawa meskipun dalam hatinya mengumpat habis-habis. Sialan memang mereka semua, batin Saskia. "Waktu itu di studio. Itu FTV budget-nya murah. Jadi adegan kecelakaan dilakukan di studio untuk menghemat biaya transportasi," jelas Saskia. "Hahahaha, masih nggak masuk akal. Seharusnya bisa kan menggunakan properti lain kemudian di-edit," bantah Rino. "Tunggu," sahut Maxime sembari menghentikan tawanya, ia membuka ponselnya. "Aku pernah punya dokumentasi FTV berbiaya rendah. Dan ada yang berperan menjadi kursi." Maxime kemudian menyerahkan ponselnya pada Rino. Kru yang lain berkumpul di belakang Rino untuk menyaksikan video dari ponsel Maxime. Video itu menampilkan semua drama kolosal. Hampir semua latar belakang menggunakan green screen. Tampak seseorang dengan kostum hijau duduk membungkuk. Dan seorang wanita yang berpakaian seperti putri datang dan duduk di singgasana. Wanita yang berpakaian seperti putri itu lalu menopangkan kakinya ke atas punggung seseorang yang membungkuk. Hingga adegan selesai, dan seseorang yang membungkuk tadi berdiri, melepas topeng warna hijau yang ia kenakan. Menampilkan wajah Saskia. Sontak gelak tawa kembali riuh terdengar. "Hahahha, lah ini kan Saskia juga? Hahahaha," kejut Rino tidak menyangka. "Masa sih? Gue nggak perhatian." Maxime lalu mengambil ponselnya kembali. Menonton video koleksinya lebih seksama. "Lah, iya bener, ini Saskia. Haahahahha." Saskia memejamkan matanya sesaat. Ia benar-benar ingin menghilang dari ruangan ini sekarang. Namun, Saskia mencoba bertahan. Mengingat ini adalah hari terakhirnya di lokasi syuting. "Saskia, besok kamu jadi tempat payung ya," ledek Adi sang sutradara. "Hahahah, beres!" jawab Saskia. Ia sengaja meninggikan volume suaranya. Ia tampak tertawa padahal ia sedang sangat kesal. Sekali lagi, yang terdengar hanya gelak tawa riuh di ruangan itu dan membuat Saskia jengah. "Aduh, mules nih, mau ke toilet, latihan jadi kloset," sinis Saskia lalu permisi meninggalkan para kru dengan candaan mereka tentang Saskia. Saskia mengunci pintu rapat-rapat. Ia duduk di atas kloset. Menangis sejadinya. Dulu ia sangat menginginkan untuk bisa masuk ke dunia entertainment meski Rivan menentang dengan keras ia tidak peduli. Hingga akhirnya ia bisa sampai ke titik sekarang ini. Di mana namanya mulai diakui sebagai foto model yang berbakat dan juga seorang artis sinetron dan film yang mumpuni meski ia belum bisa mengalahkan Alena dan belum pernah mendapatkan peran utama. Hati Saskia terasa sakit ketika kepayahannya dijadikan bahan candaan. Bukan karena ia ingin mengambil peran sembarangan. Ia hanya sadar diri jika dirinya memang tidak punya pilihan. Dan semua orang yang berada di ruang tengah itu tidak tahu. Lagi pula, apa salahnya menjadi pemeran extras. Bukankah setiap produksi film atau sinetron juga akan kelimpungan jika tidak ada peran extras? Bahkan, para artis yang terlibat di dalam syuting sinetron Pernikahan Kontrak ini, tidak pernah memerankan peran konyol. Paling remeh peran para pemain extras di sinetron ini hanya sebatas pembantu rumah tangga, tukang sapu, dan lainnya, yang setidaknya masih berwujud manusia normal. Tidak ada satu pun dari mereka yang memerankan sebuah properti. Saskia menarik napas dalam beberapa kali untuk menghentikan tangisnya. "Tenang Saskia, abaikan. Ini hari terakhir. Besok kamu akan mengundurkan diri dan fokus pada karir barumu dengan bantuan Nyonya Sonya . Tenang Saskia. Mereka semua hanya tidak tahu," ujar Saskia pada dirinya sendiri. Saskia beranjak ke wastafel. Menatap wajah dirinya dan menghapus air matanya. Ia kemudian mengambil tisu dan membasuh wajahnya dengan tisu yang sudah ia basahi dengan air. Ia tidak ingin menampilkan kesedihannya dihadapan semua orang. Ketika Saskia kembali, hanya tersisa 2 orang pemain extras. Sedangkan Maxime dan kru yang lain telah kembali untuk mengambil gambar. "Lama sekali kamu di kamar mandi?" tanya salah seorang pemain extras yang masih asik menyantap pizza. "Iya, agak susah. Sepertinya aku harus banyak makan makanan berserat," jawab Saskia sembari memegangi perutnya. Berpura-pura sedang memiliki masalah pencernaan. "Makanan lu pizza mulu sih," ujar salah seorang pemain extras itu. Saskia hanya tertawa singkat dan ikut makan bersama rekan sejawatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD