Sabar

1025 Words
Di depan papa dan omanya Saskia memang tidak terlalu berani. Tapi,saat hanya mereka berdua saja dia akan bersikap semena-mena kepada Dania. Dania sedih. Meskipun ia dan Saskia cuma beda dua tahun, tapi ia tetaplah kakak Saskia dari satu ayah. "Papa menamparku lagi!" Suara Saskia terdengar jelas di luar. Ia ditampar lagi oleh Rivan. Oma Reni pasti mengatakan pada Rivan tentang semua perbuatan Saskia yang tidak sopan kepada Dania. Itu juga sudah menjadi hal biasa yang dilakukan oleh Rivan. Menampar anak-anaknya bila bersikap tidak baik pada orang, apalagi pada saudaranya sendiri, namun ini juga akan berdampak pada Dania. "Mas, tega sekali kamu memukul anakmu sendiri," kata Kartika. Wanita itu memang tidak suka jika Rivan main tangan kepada anak-anak mereka. "Ini semua karena Saskia sudah keterlaluan pada kakaknya sendiri. Harusnya dia sopan pada Dania. Bagaimanapun juga Dania itu kakaknya." Kartika berusaha untuk meredam emosi Rivan. Ia sangat mengerti kemarahan suaminya itu. Jujur ia sendiri merasa kesal dengan kelakuan putri sambungnya itu. Tetapi , Kartika merasa bersalah karena sudah menyebabkan kematian Salsa dulu. Ia ingin Saskia tau jika dirinya menyayangi gadis itu dengan tulus. "Sudahlah, Mas. Aku bisa mengerti bagaimana perasaan Saskia. Kekasihnya yang akan menikah dengan Dania. Dan dia pasti merasa sakit hati," kata Kartika. "Tika, jangan selalu membela anak keras kepala ini. Dia ini kalau diikuti semua maunya kita juga yang akan celaka. Sejak dulu, almarhum Salsa selalu memanjakannya. Lihat sekarang bagaimana perilakunya. Tidak punya adat!" Saskia menatap sang ayah dengan tatapan penuh kebencian. Ia mengentakkan kaki dan langsung berlalu keluar tanpa permisi. Tak berapa lama terdengar deru kendaraan yang menjauh. Rivan hanya bisa mengelus d**a melihat kelakuan putrinya yang satu itu. "Kenapa Saskia tidak seperti Yunita dan Dania. Mereka anak-anak yang baik dan sangat penurut. Yunita mana pernah membentak mbak Aryani. Pun dengan Dania. Meski saat ini ia terpaksa harus dijodohkan dengan orang yang tidak ia cintai, dia mau dan ikhlas karena melihat kesulitan kita." "Akan tiba waktunya nanti di mana Saskia akan mengerti semua kesulitan dalam hidup, Mas. Selama ini dia tidak pernah susah. Jadi, dia berpikir hidup akan selalu berjalan seperti apa yang dia mau," kata Kartika. Rivan hanya dapat menghela napas panjang dan menatap sang istri dengan penuh tatapan penyesalan. Ah, betapa bijaknya pemikiranmu, Kartika. Rivan hanya bisa membatin. "Hari ini aku akan mengunjungi mbak Aryani dan mama. Kau mau ikut?" tanya Kartika. "Iya, sudah lama aku tidak bertemu ibumu, Tika." "Aku mau ajak Dania dulu." Kartika pun bangkit berdiri dan melangkah menuju kamar putrinya. Saat membuka pintu tampak Dania yang tengah berbaring di ranjang sambil menelungkup. "Dania, Sayang. Kau baik- baik saja, Nak?" tanyanya sambil membelai rambut putrinya itu. Dania membalikkan tubuhnya dan menatap sang ibu. "Bu, Dania ikhlas kok. Dulu Ibu pernah mengatakan jika jodoh dan takdir itu kita tidak bisa memilih. Kita juga tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan. Dania ikhlas menikah dengan putra om Hardiyata. Dan ya ... artinya siap juga menerima kemarahan Saskia." "Sejak dulu kau memang anak yang baik sekali, Nak. Sekarang kita ke rumah nenekmu yuk, sudah lama kan kita tidak ke sana. Sekalian juga ibu mau menyampaikan berita pernikahanmu bulan depan," kata Kartika. Dania mengangguk dan segera bangkit. Ia menutupi bekas lukanya dengan plester dan mengganti pakaiannya. ** "Jangan kaku dong, Dania sayang. Peluk saja Steven, dia kan calon suamimu," kata Nirmala saat melihat Dania tampak kaku dan ragu saat penata gaya mengarahkan mereka untuk difoto. Saat ini keduanya memang sedang menjalani sesi pemotretan untuk pra- wedding. Gemas karena Dania masih tampak malu, Nirmala pun menghampiri calon mantunya itu lalu menarik tangan Steve untuk memeluk pinggang Dania. Otomatis tubuh keduanya tak berjarak lagi, tanpa sengaja pandangan mata Steven bertemu dengan dua mata indah milik Dania. "Kau ikuti kata- kata mamaku. Ayo senyum," bisik Steven di telinga Dania. Saat itu juga darah Dania terasa berdesir dan berdegup kencang. Selama ini, belum pernah ada lelaki yang memeluk Dania kecuali Rivan- ayahnya. Jadi, Dania merasa sedikit gugup dan pipinya pun mulai merona merah. "Jangan jatuh cinta kepadaku," kata Steven lagi. Dania berjinjit sedikit lalu dengan sengaja mengalungkan tangannya di leher Steven, kemudian berbisik di telinga pemuda itu. "Aku tidak mungkin jatuh cinta pada pemuda b******k seperti dirimu," ujarnya lalu tersenyum menatap kamera membuat Nirmala girang bukan main. "Nah, begitu dong!" seru Nirmala dengan gembira. Dan selanjutnya Dania pun membuang rasa malunya. Ia mengikuti setiap arahan gaya dan melakukannya dengan sempurna. Sungguh akting yang luar biasa. "Fotonya semua bagus-bagus. Dania ternyata berbakat juga menjadi foto model, ya," komentar Nirmala sambil melirik pada Saskia yang kebetulan memang ada di sana. Mendengar sindiran dari ibu kandung Steven membuat Saskia mendelik kesal dan menatap sinis kepada Dania. Jika bukan di tempat ramai sudah pasti ia akan menjambak rambut kakaknya itu dengan keras. 'Munafik,' desis Saskia dalam hati. Dania bukannya tidak tau jika sang adik sedang menatapnya dengan sinis. Tapi, gadis itu justru sengaja menggandeng tangan Steven dengan manja. "Kau ini apa-apaan?" bisik Steven. "Ingat, kita harus bersandiwara dengan baik di depan kedua orang tuamu. Apa kau pikir jika mamamu akan tersenyum lebar seperti itu kalau yang mengandeng tanganmu ini adalah adikku?" jawab Dania penuh kemenangan. Sekali- sekali ia memang harus berani dan membuang rasa kasihan di hatinya. Adiknya itu memang harus diberi sedikit pelajaran supaya bisa lebih menghargai orang lain. "Kita makan siang dulu, Dania. Mama punya hadiah untuk calon menantu mama yang cantik ini," kata Nirmala sambil menggandeng tangan Dania. Steven yang memang tidak berani membantah ibu kandungnya itu hanya mengangguk tanpa peduli dengan tatapan geram dari Saskia. "Jeng Kartika, kita berempat di mobil Steven saja. Biar Mas Hardi bersama mas Rivan dan Saskia. Tidak, apa kan?" kata Nirmala sambil menarik tangan Kartika untuk masuk ke dalam mobil membuat Saskia yang baru saja akan naik mundur kembali. Steven hanya mampu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menghela napas panjang. Mereka pun segera menuju ke restoran yang sudah dipesan sebelumnya oleh Nirmala. "Dania, mama bangga sekali punya menantu seorang dokter. Teman- teman arisan mama itu tidak ada yang memiliki menantu dokter cantik dan pintar seperti dirimu. Nanti kau boleh melanjutkan S2- mu ke mana saja yang kau mau. Mama yang akan membiayai semuanya," kata Nirmala. Dania tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih banyak, Ma," ujarnya yang dijawab senyuman oleh Nirmala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD