"Mammy!" Damian seketika berlari ke arah Bu Laura, setelah mendengar suara lirih wanita yang kini terbaring lemah di atas ranjang pasien. Damian langsung memeluk Bu Laura, tapi ia berusaha untuk tidak menekan luka di tubuh Mammy-nya. "Sa--sayang, Mammy merindukanmu," sambut Bu Laura, dengan derai air mata yang tidak bisa dibendung lagi. Bu Laura berusaha membalas pelukan Damian, meskipun itu sangat sulit sekaligus menyakitkan. Karena jika ia bergerak, luka di tubuhnya akan terasa menyakitinya. Namun, sebisa mungkin Bu Laura menahan rasa sakit itu di dalam hatinya. Karena ia tidak ingin putra yang ia sayangi, cemas atau pun mengkhawatirkan dirinya. Dalam benaknya ia hanya ingin melihat senyuman putranya, ia sama sekali tidak suka saat melihat air mata di wajah putranya. "Mammy kenapa