atasanku manis, atasanku jutek
wida pov
"Sial...!!! aku kesiangan...."
Hari ini seharusnya aku interview di perusahaan baru. Tapi kepala ini masih saja pusing sisa semalam.
Ya, semalam bersama teman-teman segank ku. Kami biasa menghabiskan malam dengan kobam(baca dari belakang) bersama.
Entah bagaimana.. jika sehari saja tidak kobam,, badan ini terasa sakit semua. Namun jika rutinitas itu kami jalankan, badan terasa begitu segar pagi harinya. Walaupun kepala sedikit pusing tentunya.
Benar saja, langsung aku bergegas menuju kamar mandi. Melakukan aktivitas secepat kilat. Lalu menuju kamar adik ku Fifi, hanya sekedar numpang bercermin. Karna adik ku adalah sosok yang feminim. Segala macam peralatan dandan ada disana. Sedangkan aku adalah seorang wanita tomboy, berambut cepak, dan selalu memakai celana, kaos untuk dalaman + kemeja untuk luaran. Dan itu cukup menarik hati ciwi-ciwi yang berpapasan denganku.
Setelah dirasa cukup ganteng, aku langsung berlari menuju stanplat.
Ada yang tau stanplat itu apa? itu adalah tempat berhentinya angkot. Entah bagaimana ceritanya sehingga tempat itu bisa diberi nama stanplat.
Sepertinya dewi fortuna sedang bersamaku. Sampai distanplat sudah ada angkot yang menungguku. Angkot langsung jalan ketika aku sudah duduk. "Cepetan ya pak,, saya sudah telat..! "
"Oke mas,," jawab pak supir.
Aku sudah terbiasa dengan panggilan mas, om, nang, apapun itu. Karna memang jika hanya melihat dengan mata telanjang, orang tak akan tau kalau aku perempuan.
Dengan langkah tergesa sampailah aku di perusahaan yang baru pertama ini aku datangi. Setelah kemarin aku kirim surat lamaran melalui pos. Sampai disana, ternyata ada lumayan banyak yang akan di interview hari ini.
Baik itu laki maupun perempuan banyak yang melamar disini. "Sepertinya akan menarik kerja disini" batinku.
Mataku mulai menyapu barisan gadis-gadis berbaju putih, tanda kalau mereka karyawan baru. "Hhmmm,, siapa tau ada yang nyantol"jiwa ini mulai berpetualang.
Reni pov
Hari ini aku diperbantukan ke bagian penerimaan karyawan baru. Iya, karena pekerjaanku sedang tidak banyak, akhirnya akupun enjoy saja.
Aku memang tak banyak bicara jika tak penting. Sering orang berpikir aku sombong. Padahal tak lebih itu karena aku yang tak pandai bersosialisasi. Karena masa kecilku yang serba kekurangan, membuat diri ini tumbuh menjadi jiwa yang rendah diri. Dikelilingi orang-orang kaya disekitarku, keluargaku bisa dibilang yang termiskin waktu itu. Dan itu bertahan sampai aku menginjak SMP. Sampai akhirnya keluargaku pindah di kampung halaman ibundaku. Disana semua orang menghargai aku dan keluargaku. Aku yang sekolah dikota menjadi cukup populer dikampung. Walaupun tak banyak yang ku kenal, tapi aku merasa nyaman dengan hanya beberapa teman wanita saja.
Ceklek...
Pintu ruangan interview ku buka. Semua mata tertuju kepadaku, cuek, aku langsung berjalan menuju meja tempat berkas-berkas dikumpulkan. Disana sudah ada Nur, Ari, dan Beti. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab dalam penerimaan karyawan baru. Nur orang yang sabar, penyayang, berstatus istri dan ibu dari 2 anak. Tentu saja itu membuat Nur memang yang paling sabar diantara kami. Ari berstatus janda dengan dua anak kembar. Entah benar atau tidak, suaminya meninggal karna saat Ari melahirkan, sang suami mencuci kotoran Ari di sendang terlarang. Pulang dari sendang suaminya kerasukan, dan akhirnya meninggal. Namun kini Ari sudah sedikit melupakan kejadian itu. Dia sudah bisa mengisi hatinya dengan yang lain. Ya, dia memang sejak dulu sedikit genit. Teringat saat aku masih menjadi karyawan baru, Ari sudah sangat populer kala itu.Dan aku cukup memperhatikannya dulu. Tak pernah kusangka kini kami bekerja bersama dalam satu team. Beti yang super galak. Namun tak cukup menguasai pekerjaan nya. Entah kegalakannya itu untuk menutupi kemampuan skill nya atau bagaimana. Dia tak segan berteriak keras jika ada yang dirasanya salah. Namun untuk penyelesaian dia selalu minta bantuan kami.
Bahhh..... apalah ini.
"Dasar Beti Lafea" umpat kami jika itu terjadi. Beti memang dekat dengan kepala Team. Karna dia adalah salah satu karyawan pertama sejak perusahaan ini dibuka. Dan itu sering dijadikan alasan untuknya berbuat sesuka sendiri.
Sesampainya dimeja,, aku mendengar mereka bertiga sedang berbisik. Bahwa ada satu cewek tomboy masuk keperusahaan kita. Langsung aku ambil cv nya. Aku baca teliti, tak ada yang menarik. Lalu aku letakkan lagi begitu saja. Ya, aku memang tak perduli dengan sekitarku. Jika itu tidak ada hubungan nya denganku, mau sampai dunia ini berputarpun aku tak perduli.
Semua karyawan baru dipersilahkan duduk. Setelah selesai di interview Beti, semua akan dikenalkan dengan pekerjaan masing-masing nantinya.
Aku, Ari, dan Nur mulai berkeliling mengajari mereka satu per satu. Sampai Nur datang kepadaku, dan memohon untuk tuker tempar. Nur kedapatan bagian mengajari sitomboy.Nantinya kami memanggil dia dengan sebutan sitom. Ternyata nur kewalahan mengajarinya. "Dia susah diajari, dan itu kakinya selalu dinaikkan terus"seru Nur.
"Ok"jawabku
Aku memang suka tantangan. Langsung aku berjalan menuju meja sitom. Sampai disebelahnya aku lalu melihatnya dari bawah sampai atas.
"Kamu niat kerja gak? "tanyaku
"niat kak.."jawabnya lembut
"kalau niat dengerin omonganku baik-baik.
Turunin itu kakimu..!! dan perhatikan!! " gertak ku.
"Ma.. ma.. maaf kak... su su dah kebiasaan kakiku begini"
"Mulai sekarang jangan dibiasakan!... "
"iya... "katanya sambil menurunkan kakinya.
Mulai aku mengajarinya setelah posisi duduknya benar. Sebenarnya wajar sih, karyawan baru masih kesusahan dalam pekerjaannya. Toh ini kan memang baru bagi mereka. Dan itu menjadi tugas kami sebagai trainer untuk mengajari mereka.
"Ternyata tak begitu sulit mengajari sitomboy ini" batinku.
Hanya perlu ketegasan supaya dia sedikit takut dan menurut.
Author pov
Hari ini berlalu begitu saja. Tak ada yang berkesan dihati Reni. Karna jam kerja sudah selesai, setelah melakukan checkbody untuk karyawan baru, Reni lalu menuju lokernya. Dia berdandan sebelum keluar kantor. Reni selalu ingin tampil segar. Walaupun pulang kantor namun dia tak mau terlihat kucel. Apalagi dihadapan Dion. Lelaki yang dipacarinya hampir empat tahun ini. Memang menjadi rutinitas Dion untuk menjemput kekasihnya itu setiap kali jam kantor selesai.
Dion sudah menunggu didepan gerbang kantor saat Reni berjalan keluar. Dari kejauhan Dion memandang kagum kekasihnya itu. Selalu terlihat cantik, dan manis. Sambil tersenyum Reni berjalan cepat kearah Dion. Langkah Reni semakin cepat. Tak memperhatikan sekitarnya, Reni ternyata melewati segerombolan karyawan baru. "Sore kakak....!! " seru mereka bersamaan.
Reni hanya menoleh sekilas sambil tersenyum. Ternyata ada sitom dikelilingi ciwi-ciwi baru juga. Sepertinya dia sukses tebar pesona dihari pertamanya masuk kerja. Sitom berada ditengah-tengah dan dikelilingi cewek-cewek abg yang tersenyum kagum kepadanya.
"Yaelah.... "batin Reni saat melihat pemandangan itu.
Sampainya didepan Dion, Reni langsung nangkring dimoge milik Dion.
Dion memang tak punya mobil. Namun Reni sangat suka setiap kali naik motor bersamanya. Apalagi jam pulang kantor seperti ini. Macet dimana-mana jika dia naik mobil.
"Mau kemana kita beb...? " tanya Dion.
"Aku mau beli kebutuhan bulanan ya yank... anterin.... " rengek Reni.
Bersama Dion, Reni berubah menjadi jiwa yang manja. berbanding terbalik dengan ketika bekerja tadi.
Motor Dion memasuki parkiran swalayan besar dikota itu. Mereka lalu turun dari motor dan bergandengan menuju market. Dion mengambil troli dan mendorongnya dibelakan Reni. Reni dengan asyiknya mengambil barang-barang yang dirasa diperlukannya.
"Busyet... udah penuh ini trolinya beb..! "teriak Dion yang melihat Reni masih saja asyik memilih-milih.
Bibir Reni manyun, dan langsung berjalan menuju kasir diikuti Dion.
Setelah menyelesaikan pembayaran, Reni mengajak Dion untuk makan malam. Di pujasera baik Dion maupun Reni masing-masing memilih makanan nya sendiri-sendiri. Dion dengan makanan desa, dan Reni dengan makanan kota. Sebenarnya Reni pemakan segalanya. Namun memang Reni lebih suka makanan kota. Mereka tidak pernah saling memaksakan makanan masing-masing. Pernah suatu ketika Dion sampai muntah-muntah saat Reni memaksanya mencicipi pizza kesukaan Reni. Dan sejak saat itu Reni tak pernah lagi memaksa Dion untuk mencicipi makanannya.
"Aku pulaaannggg... "
Reni lalu masuk kerumah dengan tiga kantong besar belanjaan. Dion langsung berpamitan pulang karena waktu sudah menunjukan jam 9 malam. Waktu untuk mereka istirahat karna esok mesti kembali bekerja. Walaupun sesampainya mereka dikamar masing-masing,, mereka tetap saling mengirim pesan. berlanjut saling menyapa lewat video call sampai salah satu tertidur.
Pagi-pagi Dion sudah sampai dirumah Reni. Waktu masih menunjukan pukul enam, Reni sedikit tergesa karena Dion sudah menunggu nya. Ibunda Reni lalu memasukkan sarapan reni ke kotak bekal untuk dibawa kekantor. Ibunda Reni tau, Reni tak akan memakan sarapannya kalau seperti itu. Dion sendiri bekerja di sebuah Wedding Organiser, pagi ini dia harus survey lokasi. Jadi memang Dion sengaja menjemput Reni pagi-pagi.
Sesampainya dikantor, Reni langsung menuju lokernya. Reni berjalan melewati segerombolan pria berbaju putih, yang berarti dia adalah karyawan baru. Mereka berbisik saat Reni lewat. Namun Reni tetaplah Reni. Dia hanya berlalu tanpa menggubris sedikitpun.
"Eeehhh....,,???"
Ada yang mengganggu sudut matanya. Ditengah-tengah segerombolan pria tadi ada sosok yang dikenalnya. Wida.
Wida berada ditengah-tengah sekumpulan pria. Dia wanita satu-satunya disana. Namun tak ada yang tau kalau sosok itu adalah wanita. Lebih tepatnya itu adalah laki-laki jadi-jadian. Dengan santainya Wida berbagi rokok dengan laki-laki disitu.
"Ohh... no..!! " gumam Reni "mau jadi apa makhluk itu" lanjutnya.
Hari itu Reni kembali mengajari anak baru. Reni lebih fokus ke anak baru kemarin. Salah satunya wida. Reni sedikit kesal dengan wida. Apa yang diajarkan kemarin sepertinya sama sekali tak masuk dikepala Reni. Jadi hari ini Reni harus mengajari kembali dari awal.
"Huuffftthhh..... " gerutu Reni.
Dalam hatinya Wida berpikir kalau atasan nya ini manis juga. "Tunggu waktumu nona,, kau akan bertekuk lutut padaku.." batin Wida.