13

615 Words

Aku melewati Mas Danu yang berdiri di ambang pintu kemudian mengenyakkan diri di sofa, langsung bertingkah cuek dengan mengeluarkan hasil buruan dari supermarket tadi. "Dari mana saja seharian?" Aku masih kesal padanya, jadi aku menyahutnya dengan ketus. "Apa nggak lihat aku beli baju?! Kamu memberiku banyak uang, jadi aku membelanjakannya." Ia mengacungkan kedua ibu jarinya ke udara. "Bagus. Kamu memang tidak bisa munafik." Tentu aku tak terima dengan penghinaannya, tapi memilih bungkam. Lagian juga percuma menjelaskan. Persepsinya padaku telah telanjur negatif. "Tapi aku tidak suka kamu pergi tanpa ijin." Aku membalas tatapannya lalu menyentak napas, memberinya kode bahwa aku tak suka terus diganggu. "Tadi kamu tidur." "Tetap saja kamu harus ijin," sahutnya tak mau kalah. "Sehar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD