BAB 3. MENIKAH DEMI IBU

1255 Words
. . . "Buk, kenalin ini pak Mohtar atasan Azka di Jakarta. Sedang ini Ibu Nesya, istri pak Mohtar ... kalau ini ...." Azka mematung saat kedua netranya bertatapan dengan gadis manis itu. Bahkan dia lupa harus berkata apa. "Ini anak saya, namanya Karmila bu. Masih jomblo dia," ucap Pak Mohtar mencoba membuat suasana mencair. Karena dia merasa Azka sedikit sungkan padanya dan keluarganya. "Ih Abi ini. Kan Abi sendiri yang pesan anak gadis nggak boleh pacaran dulu," protes Karmila. Gadis cantik itu memayunkan bibirnya. Sikapnya menggemaskan di mata Azka. Apapun ekspresi Karmila tetap menarik mata Azka. Pemuda tampan itu tak bisa mengalihkan matanya dari menatap Karmila. Debaran di dadanya kian menggila. Ada apa ini? batinnya bertanya. "Namanya punya anak gadis ya memang gitu, ada ketakutan tidak bisa menjaga anak gadis kita. Apalagi kamu kan kuliahnya di Kairo. Abi nggak mau saja kalau kamu sampai salah pergaulan, iya nggak buk Maryam?" ucap pak mohtar. Dia juga meminta pendapat kepada ibu dari Azka akan tindakannya. "Bener banget, pak. Saya punya dua anak gadis juga. Rasanya selalu khawatir kalau mereka keluar dari rumah. Kalau bisa mungkin kita ingin ikut kemanapun mereka pergi hanya untuk memastikan apa yang mereka lakukan. Siapa yang mereka temui dan ketakutan lainnya," sahut bu maryam membenarkan. "Walau anak lelaki juga tak kalah khawatirnya pak. Sama saja sih kalau saya," ucap bu Maryam lagi. "Saya salut sama ibu, ibu sendirian menjaga, merawat, membesarkan dan mendidik anak-anak ibu dengan sangat baik. Buktinya nak Azka tumbuh menjadi pemuda yang baik dan sangat bertanggung jawab. Andai saja putri saya berjodoh dengannya," ucap Pak Mohtar secara tersirat mengatakan keinginannya. Azka yang mendengarnya menatap ke arah pemilik perusahaannya itu dengan tatapan tidak percaya. Ah, pasti pak Mohtar hanya becanda saja. Mana mau non Karmila dengan karyawan rendahan sepertiku, jangan bermimpi Azka, pikir Azka sedikit terbawa perasaannya. "Anak saya ini kan hanya karyawan biasa pak. Mana mau non Karmila dengan putra saya," ucap Bu Maryam terkekeh dengan ucapan bos dari anaknya itu. "Ibu ini merendah saja. Kalau bagi saya dan istri pekerjaan seseorang bukan sebagai patokan. Asal Azka bertekad dan mau bekerja keras saya yakin dia bisa jadi orang yang hebat. Kalau soal putri saya, ibu bisa bertanya padanya," sahut pak Mohtar melirik ke arah putrinya yang sedari tadi hanya diam menunduk. "Gimana nduk? Kamu mau sama anak ibu?" tanya ibu Maryam langsung kepada Karmila. Karmila yang ditanya hanya bisa memainkan kedua tangannya. Dia tak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi dia tak keberatan saat bertemu langsung dengan sosok Azka yang begitu dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Tapi di satu sisi lainnya dia tak terlalu yakin dengan perasaannya. Bukankah dalam islam perempuan diberi waktu untuk meminta petunjuk kepada Allah? "Boleh saya diberi waktu? Saya perlu meminta petunjuk kepada Allah?" tanya Karmila kembali. "Masyaallah, tentu nduk," ucap bu Maryam tersentuh akan akhlak yang dimiliki oleh pengusaha di depannya itu. Bu Maryam semakin dibuat kagum akan sosok Karmila. Dia berandai-andai kalau saja Azka dan Karmila berjodoh, tentu dia tak akan khawatir akan kebahagiaan putranya. Dia yakin kalau Azka menikah dengan pacarnya maka anaknya hanya akan dipermainkan saja. Bu Maryam sudah banyak mendengar tentang keluarga Gendis yang terkenal matre dan murahan. Sudah jadi rahasia umum kalau ibu Gendis juga menjalin hubungan dengan juragan Jamal. Begitupun dengan Gendis, selain berpacaran dengan putranya Gendis juga dikabarkan menjadi simpanan dari juragan Jamal dan anak pak lurah. Bu Maryam sendiri tidak mau menuduh tanpa bukti. Makanya selama ini dia diam saja tanpa pernah melarang hubungan putranya dengan Gendis. Tapi sejak dua hari yang lalu, sebelum akhirnya dia sakit karena melihat video yang dikirim oleh kerabatnya sendiri. Dia langsung bertekad tidak akan membiarkan Azka berhubungan dengan gadis yang bernama Gendis itu. "Kalau nak Azka sendiri bagaimana pendapatnya?" tanya Nisya. Umi dari Karmila. Bu Maryam ikut menoleh ke arah Azka. Dia lupa tentang perasaan Azka. BU Maryam yakin Azka pasti langsung menolak. "Azka tidak berani berharap bu. Azka kan cuma anak orang biasa. Mana pantas dengan non Karmila," sahut Azka menunduk. Ada kesan malu-malu dari sikap anaknya. Bu Maryam tidak percaya dengan apa yang dia lihat kini. Terlihat sekali kalau Azka tidak menolak jika dijodohkan dengan putri pak Mohtar. Tapi putranya itu lebih ke tidak percaya diri kalau harus bersanding dengan putri pak Mohtar yang cantik luar biasa. Bu Maryam yakin di desanya tak ada yang seayu putri pak Mohtar itu. Masyaallah, batin Bu Maryam menatap penuh kagum pada gadis muda di sebelah pak Mohtar itu. "Beri Mila waktu untuk bertanya pada Allah ya mas. Insyaallah, Mila tidak pernah melihat orang dari status. Lagi pula Mila juga orang biasa sama seperti mas dan ibu. Kalau mas berdarah biru, Mila yang takut kalau mas bukan manusia," ucap Karmila mencoba membuat lelucon. Tapi karna wajahnya yang datar semua hanya menatapnya tak mengerti. "Ya Allah, malah bengong semua. Garing ya candaan Mila?" tanyanya dengan muka di tekuk. "Eh ... enggak kok dek. Lucu kok ... iya kan bu?" sahut Azka terkekeh pelan dan diikuti oleh bu Maryam dan yang lainnya. *** "Ka, sebelum kamu memulai hubungan dengan Karmila, kamu selesaikan dulu urusan kamu dengan pacar kamu itu," ucap Bu Maryam dua hari setelah kedatangan keluarga pak Mohtar ke rumah sakit. "Sebenarnya Gendis sudah minta putus dari Azka bu. Karena Azka tidak juga melamarnya. Dia keduluan dilamar juragan Jamal," sahut Azka tenang. Entah kenapa dia lebih tenang dalam menyikapi perpisahannya dengan Gendis. "Kamu pastikan saja. Ibu nggak mau ada yang masih tertinggal dari hubungan kalian dan keluarga pak Mohtar mengetahuinya," pinta bu Maryam. "Baik bu. Sore ini Azka ke rumah Gendis," sahut Azka lagi membenarkan apa yang dikatakan oleh ibunya. Meski belum ada kepastian dari Karmila setidaknya tidak akan ada rumor buruk kalau semisal dia tiba-tiba menikah dengan Karmila yang anak orang kaya. Dia juga tak mau keluarga Pak Mohtar akan salah paham kalau sampai mendengar kalau sampai detik ini dia masih menjalin kisah dengan wanita lain. Dan benar saja, sore itu dia datang berkunjung ke rumah Gendis. Namun alangkah kagetnya dia, di rumah Gendis saat ini sedang ramai orang. Apa ada acara? Dengan langkah ragu dia berjalan cepat ke arah rumah Gendis. Sepertinya dia mulai menyadari acara apa yang kini sedang terlaksana di rumah Gendis. Di depan terop terpampang karangan bunga dengan ucapan Selamat menempuh hidup baru Jamal Wijayako dan Gendis Aulia. Lutut Azka melemas. Meski dia sudah memprediksinya, tapi tetap saja dia merasa sakit. Gendis bahkan tidak mengundangnya. Dengan langkah tegap dia memasuki terop yang dihias sedemikian rupa. Dia masuk ke dalam. Tujuannya adalah pelaminan, dimana duduk bersanding kekasihnya Gendis dan juga juragan Jamal. Keduanya menatapnya dengan senyum sinis menghias wajah keduanya. Juragan Jamal tentu mengenal Azka. Saingannya untuk mendapatkan Gendis. Bunga di kampung mereka. Azka naik ke atas pelaminan tempat keduanya duduk. Azka mengulurkan tangan menyalami Gendis. Kedua netranya menatap Gendis tajam. "Selamat ya, semoga samawa," ucap Azka tegas. Dia mencoba tegar menerima kalau hubungannya dengan Gendis sudah benar-benar berakhir. Azka juga melakukan hal yang sama kepada juragan Jamal. Tanpa melirik ke kanan dan kiri Azka meninggalkan rumah Gendis dengan hati patah. *** Satu bulan setelah pertemuan mereka di rumah sakit, akhirnya Karmila mengatakan kebersediaannya menikah dengan Azka. Azka sendiri sudah kembali ke Jakarta sehari setelah pernikahan Gendis dan juga Juragan Jamal. Bu Maryam bersyukur ternyata semuanya dimudahkan oleh Allah. Semua yang dia harapkan dimudahkan untuk menjadi nyata. Dia ingin melupakan masa lalunya dan memulai dengan masa depannya. Akhirnya setelah lima bulan kemudian Azka dan Karmila menikah juga. Pernikahannya dilaksanakan di Jakarta. Azka akhirnya menikah dengan Karmila demi memenuhi keinginan ibunya. Dia bertekad akan menjadikan Karmila sebagai satu-satunya wanita dalam hidupnya dan mengubur kisah masa lalunya dengan Gendis. >>BERSAMBUNG>>

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD