Kelopak mata Cristian masih tertutup ketika ia memaksa mengangkat badannya. Kantuk masih menderanya, tetapi ia harus pergi ke kamar mandi segera. Belum sempat membuka pintu kamar mandi, sesuatu berkelebat di matanya.
Cristian memutar kepalanya ke kiri—tepatnya pada dinding yang semula kosong, kini terpasang sebuah lukisan yang tampak tak asing, tapi pernah ia lihat sebelumnya. Cristian menggosok kelopak matanya lalu mengerjap beberapa kali agar terbuka sepenuhnya. Mendekatkan langkah pada lukisan yang terpasang.
Seolah-olah melihat hantu menampakkan diri di depan matanya, ia berdiri kaku dengan mulut terbuka dan mata terbelalak tak berkedip. Jelas sekali, semalam ia menaruh lukisan gadis itu di rubanah. Cristian masih belum mengantuk tadi malam, dan masih sadar sepenuhnya. Lantas kenapa lukisan bisa berada di kamarnya? Yang lebih janggal lagi, lukisan tersebut terpasang rapi di dinding.
“I-ini ... kenapa bisa?” Cristian tersadar lalu mengerjapkan matanya yang sudah cukup kering. Suara terbata-bata jelas sekali kalau Cristian memiliki banyak pertanyaan, tapi siapa yang bisa menjawab pertanyaannya?
Batal ke kamar mandi, Cristian membawa langkahnya keluar dari kamar. Beberapa orang housekeeper tampak membersihkan sisa pesta semalam.
Gegas Cristian bertanya pada salah seorang housekeeper. “Siapa yang memasang lukisan di dinding kamarku semalam?”
Pria itu bingung dengan pertanyaan Cristian. Sekian detik tak dapat memberikan jawaban pada sang pemilik Villa, membuat Cristian beralih pada housekeeper lain.
“Kau,” Cristian bertanya pada seorang perempuan. “Apa kau memasang lukisan di kamarku?”
Perempuan itu menggeleng intens. Tampak terkejut dengan pertanyaan menuduh nan tiba-tiba itu. “Saya tidak tahu apa-apa, Pak Cristian. Bagaimana mungkin saya bisa masuk ke kamar Anda?”
Seorang housekeeper senior menghampiri mereka setelah mendengar percakapan janggal itu. Housekeeper senior yang mengurus kebersihan Villa Cristian. Jadi tentu ia tahu siapa yang bisa masuk dan tidak bisa masuk ke dalam Villa.
“Maaf, Pak Cristian. Semua housekeeper yang bertugas membersihkan Villa Anda berada dalam pengawasan saya. Saya membawa mereka masuk bersama-sama. Dan saya tidak mengizinkan siapa pun masuk ke dalam kamar Anda.” Housekeeper senior menjelaskan dengan pasti pada Cristian.
“Kau yakin?” Cristian memiliki sorot mata menilik.
Sang housekeeper mengangguk yakin. Cristian tidak lagi mempermasalahkan dan kembali ke kamarnya. Ia menurunkan lukisan gadis lalu kembali membawanya ke dalam rubanah. Sekarang ia sangat sadar dan tidak mungkin ketika ia bangun besok pagi, lukisan itu akan terpasang pada dinding kamarnya, kan?
***
Pekerjaan Cristian sehari-hari tidak begitu banyak. Ia memiliki orang-orang terpercaya untuk melaksanakan tugas. Pria berdarah Bali-Amerika itu santai duduk di kursi eksekutifnya sambil menghisap permen.
Merasa bosan karena ia sudah menyelesaikan pekerjaan hari ini. Ia putuskan untuk keluar dari kantornya. Melihat-lihat area Villa, juga tamu-tamu yang akan keluar jalan-jalan.
“Lihat mereka. Mereka begitu senang ketika bisa jalan-jalan. Apa aku jalan-jalan saja seperti mereka?”
Seorang karyawan Villa lewat pada saat itu dan mendengar keluhan Cristian. Cristian yang dikenal sebagai orang kaya dan bisa mendapat apa pun yang ia mau, tetapi merasa bosan? Ternyata orang kaya mudah bosan, ya.
Hatinya tergugah untuk berkomentar. “Anda merasa bosan, Pak?” ia sudah tahu, tapi masih tetap bertanya untuk formalitas.
“Hm,” jawab Cristian lesu sembari meraih beberapa daun guna menghilangkan rasa bosannya.
“Semoga kedepannya Anda tidak bosan lagi, Pak. Dan Anda memiliki petualangan yang menarik. Saya permisi, Pak.”
Pria itu melewati Cristian begitu saja. Tak kuasa Cristian mengamati sang pria yang baru saja mendoakannya.
“Kupikir dia akan memberiku saran. Malah mendoakan. Mengapa aku bisa punya karyawan seperti dia?”
Cristian melanjutkan langkah menuju Villa pribadinya.
***
Makan malam Cristian selalu disiapkan oleh Chef. Pria itu juga selalu makan malam sendirian. Semua teman-temannya meminta agar Cristian segera mencari pacar. Namun, Cristian selalu menolak karena tidak nyaman memiliki seorang pacar. Cristian tidak tahu bagaimana harus memperlakukan pacarnya nanti. Merepotkan sekali jika dituntut menjadi romantis dan selalu ada untuk mereka.
“Bagaimana makan malam hari ini, Tuan Muda?” seseorang dengan badan berisi berjalan menuju meja makan. Topi kebanggaannya dia sentuh guna membenarkan letaknya yang dirasa sedikit miring tadi.
“Hm, seperti biasa. Sangat enak, Chef Mario.” Puji Cristian. Ia mengambil sebuah serbet, lalu menyeka bibir tipisnya.
“Saya senang sekali karena Anda selalu menikmati masakan saya.” Chef Mario melirik pada piring Cristian. Sudut mulutnya terangkat mengetahui Cristian menghabiskan makan malam.
Cristian beranjak dari duduknya, berpamitan kepada Mario. “Chef, terima kasih untuk masakanmu.”
“Sama-sama, Tuan Muda.”
Cristian menuju kamarnya, tetapi kakinya berhenti di ambang pintu. Memutar bola matanya lantaran sedang berpikir.
“Lukisan itu tidak mungkin ada di dinding kamarku, kan?”
Perlahan Cristian menginjakkan kaki kanan lebih dulu. Berjalan seperti seorang pencuri yang masuk ke dalam kamarnya sendiri.
“Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini. Ini kan kamarku.”
Ia menelengkan kepala ke arah dinding, tetapi dinding kosong. Lukisan tersebut tak ada di sana, dan hal itu membuat Cristian menarik napas lega.
“Rupanya tidak ada.”
***
Selesai membaca buku, Cristian naik ke ranjangnya. Netra biru safir dibuat lelah dengan bacaan n****+ fantasi. Cristian menghabiskan waktu selama dua jam guna membaca buku fantasi yang baru ia beli tidak lama ini. Segera Cristian tertidur. Pria ini memang tidak kesulitan mengenai masalah tidur. Rasa bosannya tidak membuatnya stres yang harus berpikir sebelum tidur. Pikirannya amat santai sehingga tidak menghalangi tidurnya.
Yang tidak Cristian ketahui ketika tidurnya, adalah seorang gadis telah berada di dalam kamarnya. Sama seperti semalam, gadis yang sama pula. Bagaimana cara gadis ini masuk ke dalam kamar yang terkunci? Apa dia mengecilkan tubuhnya begitu saja?
“Salivaku akan keluar jika terus memandangi laki-laki itu.”
Gadis itu berjinjit, agar ketika berjalan tidak mengeluarkan suara. Lagi pula dia tidak memakai alas kaki, mengapa begitu berusaha?
Sesosok makhluk gelap menampakkan diri. Wajahnya hitam serupa arang. Penampilan kusam layaknya tak mandi bertahun-tahun. Fokus gadis itu teralih pada sosok tersebut. Netra zamrud menatap garang pada sosok hitam dekil yang juga mendekati ranjang Cristian.
Gadis itu seperti angin tiba-tiba saja sudah mencekik leher dari sosok itu. Sosok hitam meronta. Membalikkan kepalanya, menatap dengki pada sang gadis.
“Lepaskan! Kau gadis baru, asal kau tahu, dia adalah milikku!”
Sang gadis menatap remeh pada sosok hitam. Tersenyum miring, tak mau menanggapi perkataan itu. Lebih memilih untuk menghancurkan sosok hitam menjadi tak terlihat lagi dalam pandangannya.
“Makhluk rendahan. Tak perlu bersaing karena kalian akan lenyap di tanganku.” Gadis itu memberikan lirikkan tajam pada sudut yang tak terlihat oleh mata.
“Kau mengatakan akan mencari pemilikku. Jadi aku akan melindungimu.”