Prahara di Warung Ibu

2413 Words
Suasana di Warung Ibu semakin ramai, beberapa siswa nampak baru tiba dan langsung memesan uduk nampaknya mereka kelaparan sekali setelah sejak pagi sampai istirahat dihukum membersihkan semua WC oleh Bidang Kesiswaan.  Seorang pelayan warung membawakan pesanan Ayisha dan Amanda, 2 porsi somay dan 2 botol air mineral, anak gadis berusia SMP itu meletakkan satu-persatu pesanan di atas meja, setelah mempersilahkan dia pamit dan perlahan menjauh. Ferdian menggeserkan mangkok somay milik Ayisha itu mendekat, gadis berambut pirang itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Kakak kelasnya itu. Amanda sebenarnya menunggu siswa berambut gondrong itu melakukan yang sama kepada dirinya, namun hal itu tidak terjadi. Ferdian ternyata hanya mengistimewakan Ayisha saja, sedangkan dia sepertinya hanya dianggap sebagai pelengkap saja atau malah mungkin tidak dianggap. "Apakah aku yang sebesar ini enggak kelihatan, sehingga Kak Ferdian hanya memberikan milik Ayisha saja? Ataukah memang aku tidak layak mendapatkan hal yang sama seperti yang dilakukannya kepada Ayisha?" gumam gadis bertubuh gempal itu di dalam hatinya. Dengan tangan ragu Amanda menggeserkan piring somay miliknya, dia mengaduk dan mencampur isinya dengan bumbu kacang lalu dengan perlahan menyuapnya. Dia tidak mau tergesa dalam menghabiskan makanannya ini karena khawatir orang-orang akan melihatnya sebagai cewek rakus yang doyan makan, walaupun pada dasarnya memang benar. Tanpa disadari oleh Amanda, seorang pemuda bertubuh jangkung datang mendekatinya. Mata siswa itu menatap tajam dan melekat ke sosok yang sedang asyik bergumul dengan somaynya itu. Sepertinya dia tidak memiliki keinginan untuk mengganggu apa yang dilakukan oleh Amanda. Siswa tampan berkulit putih itu membiarkan saja dirinya seolah diabaikan. “Halo, Kak Arios!" Terdengar suara Ayisha menyapa siswa bertubuh jangkung yang berdiri di depan teman sebangkunya itu. Arios menoleh ke arah sumber suara itu, dia tersenyum kepada gadis berambut pirang yang melambaikan tangan kepadanya. Amanda yang sedang asyik jadi terkejut saat mendengar nama Kakak kelas pujaan hatinya disebut oleh Ayisha, dengan gugup gadis bertubuh gempal itu melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Hampir saja piring somay yang ada di tangannya terjatuh karena dia melihat Arios ada di hadapannya dan sedang menatap lekat. "Halo, Manda," ujar Mantan Ketua OSIS itu akhirnya setelah diketahui kehadirannya, terlihat sebuah senyum di ujung bibir siswa bertubuh jangkung itu. “Kak Arios? Kapan Kakak datang?” ujar gadis itu sambil berusaha mengendalikan groginya. “Sejak tadi, Manda.” Arios masih melengkapi bibirnya dengan sebuah senyum. “Sejak tadi? Kok aku baru tahu Kakak ada di sini?” kata gadis itu sambil mengerutkan dahinya. “Itu karena kamu terlalu fokus dengan somaymu itu, Manda, sehingga lupa dengan apa yang ada di sekitar kamu termasuk siapa yang berada di hadapanmu,” kata Arios dengan sebuah tawa kecil. “Boleh aku duduk di samping kamu?” Siswa bertubuh jangkung itu menunjuk kursi yang ada di samping Amanda dan kosong. Gadis bertubuh gempal itu mengangguk mengiyakan. Arios melangkahkan kakinya dan duduk di samping Amanda, gadis itu mulai merasakan dirinya dirambati oleh kegugupan yang menggelayutinya tiba-tiba. “Kakak sudah makan somay? Eh, maksudnya bukan begitu pertanyaannya, Kakak sudah makan belum?” kata gadis bertubuh gempal itu dengan sedikit grogi. “Sudah, aku sudah makan dan yang aku makan juga somay. Baru saja selesai sebelum aku ke sini,” jawab Mantan Ketua OSIS itu dengan sebuah tawa kecil.  “Oh, sama dong kita makanannya ya, Kak?” “Iya, kebetulan sama hari ini.” Amanda menggeserkan piring somay miliknya agak menjauh, piring itu hanya menyisakan sepotong kubis yang telah direbus di sana. Tangan gadis bertubuh gempal itu meraih botol air mineral dan meneguk isinya perlahan. "Manda…" panggil pemuda jangkung itu sambil menatap wajah gadis di sampingnya. "Iya, Kak?" Gadis bertubuh gempal itu menoleh, dia ingin tahu apa yang akan dikatakan oleh Kakak kelas pujaan hatinya itu selanjutnya. "Aku …. " Percakapan mereka terganggu ketika tiba-tiba ada seorang siswi datang menghampiri mereka sambil berkacak pinggang, matanya melotot ke arah Amanda dan Arios. “Heh! Berani-beraninya lu gangguin cowok gua!" hardik siswi itu. Suaranya terdengar sangat keras membahana, sehingga hampir semua orang yang berada di Warung Ibu menoleh ke arahnya. Wajah-wajah kepo dengan apa yang terjadi selanjutnya mulai banyak terlihat di sana. Amanda mendongak untuk melihat siapakah yang membentaknya, ternyata dia adalah Natasya Ketua Kelas 11 MIPA 1. Siswi bermata sipit ini kerap tidak suka dengan apapun yang dilakukan oleh Amanda. Gadis bertubuh gempal itu mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti apa maksud dari kalimat yang diucapkan oleh Natasya. "Jangan pura-pura bego lu! Mengapa lu duduk dekat dengan Kak Arios? Dia pacar gua!" Kalimat yang diucapkan itu menggunakan suara yang sama keras dengan suara yang sebelumnya. Amanda menoleh ke arah kakak kelas yang ada di sampingnya, dia menatap Arios dan meminta penjelasan dari apa yang sedang terjadi. Sebenarnya dia ingin menanyakan, apakah benar apa yang diucapkan oleh Natasya itu? Bukankah Kak Arios akan menjadi Abi dari anak-anakku nanti? Bukankah Kak Arios akan menjadi grandpa dari cucu-cucu kita? Bagaimana hal itu terjadi jika Kakaka akhirnya memilih Natasya sebagai pendamping hidup? "Lihat gua, Gendut! Jangan duduk dekat pacar gua! Cepat angkat kaki dari situ!" Amanda menoleh lagi ke arah Kakak kelas yang ada di sampingnya, dia benar-benar butuh penjelasan dari semua apa yang dikatakan oleh Natasya. Sejak kapan Natasya menjadi kekasih dari orang yang dipujanya ini? Arios akhirnya bangkit dari duduknya, dia berdiri menyejajari gadis bermata sipit itu. Matanya tajam melihat Natasya. Secara tiba-tiba Mantan Ketua OSIS itu meraih tangan Natasya dan mengajaknya pergi dari hadapan Amanda. Gadis itu melepaskan tangan Kakak kelas yang mencengkram lengannya. “Ayo pergi dari sini, Nat,” kata Arios dengan emosi yang ditahannya, "Aku enggak mau pergi dari sini, aku mau dia saja yang pergi dari sini, Kak!" kata gadis bermata sipit itu dengan mata berapi-api. Arios menggenggam tangan Natasya lagi, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Gadis bermata sipit itu berusaha melakukan hal yang sama, dia berusaha melepaskan tangan Mantan Ketua OSIS itu namun kali ini tidak berhasil. "Aku bilang aku enggak mau pergi dari sini, Kak. Aku mau si Gendut yang pergi dari sini bukannya aku." Pemuda jangkung itu menghela napas panjang, matanya tajam menatap Natasya yang nampaknya belum bisa mengendalikan amarahnya. “Natasya!” bentak Arios dengan suara yang sangat keras. Gadis bermata sipit itu langsung terdiam, dia menelan ludah dan menunduk. Apa yang terjadi antara satu orang siswa dan dua orang siswi itu menjadi tontonan yang menarik di Warung Ibu untuk menghilangkan penat di benak selepas belajar, hal seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi kepada Mantan Ketua OSIS yang famous itu. "Natasya, aku enggak suka kamu berbuat seperti ini! Aku pikir kamu sudah cukup dewasa untuk tidak melakukan hal bodoh seperti ini. Aku menganggap ini adalah hal yang sangat bodoh yang kamu lakukan dan satu hal yang harus kamu ketahui adalah tidak ada hubungan apa-apa di antara kita, kamu itu bukan siapa-siapa aku. Kita hanya kenal dan tidak ada hubungan spesial apapun, jadi jika kamu bilang aku adalah pacar kamu sangat salah sekali karena sampai saat ini aku masih berstatus single." Amanda memperhatikan apa yang dikatakan oleh Kakak kelas pujaan hatinya itu, dia tersenyum mendengar status yang tadi diucapkan oleh Arios. Mantan Ketua OSIS itu masih single sampai sekarang. Apa yang diucapkan oleh Natasya tadi hanyalah halusinasi siswi bermata sipit itu saja. “Kita baru sampai kepada saling mengenal, Nat, itu pun belum jauh. Kalau ada rasa yang hadir di d**a kamu itu bukan salahku. Dan aku tidak suka jatuh cinta kepada orang yang PDOD[1].” Natasya mengangkat wajahnya, dia tidak percaya mendengar apa yang telah diucapkan oleh orang yang dianggapnya spesial itu. Ternyata Arios belum menganggapnya sebagai siapa-siapa di dalam hidupnya. Dalam hatinya dia bertanya, mungkinkah Kak Arios yang tampan rupawan itu memilih si Amanda yang gendut item kayak buntelan kentut itu dibandingkan denganku? “Aku ingatkan kamu, Natasya. Jangan pernah ulangi hal yang sangat memalukan lagi ini. Aku masih menganggap kamu sama dengan Amanda, sebagai orang yang aku kenal, sebagai teman, tidak sebagai apa-apa atau siapa-siapa.” Siswi bermata sipit itu akhirnya tidak bisa menahan lagi rasa yang menggelegak di dalam dadanya, dengan mata merah karena menahan amarah dan tangis yang bersamaan dia meninggalkan Arios yang masih menatapnya dengan tajam. Beberapa orang yang melihat pemandangan itu ada yang tersenyum kecil, ada juga yang menyalahkan Natasya dengan ke-pede-annya yang overdosis. Ada juga yang menatap gadis bermata sipit itu dengan iba, terutama teman-teman satu geng-nya yang akhirnya ikut meninggalkan Warung Ibu. Amanda menatap punggung Natasya yang menjauh dan akhirnya menghilang dari tatapan matanya. Ada rasa khawatir yang juga tiba-tiba hadir, perasaan ini hadir karena kalimat yang tadi diucapkan oleh Arios yang masih menganggap dirinya teman sampai sekarang. “Jika dia hanya menganggapku teman lalu apa maksudnya dia semalam datang ke rumah dengan membawa sate Mas Imron dan akhirnya menginap? Apakah itu bukan apel namanya? Oke, jika sekarang Kakak masih menganggapku sebagai teman, tapi beberapa bulan ke depan statusku akan berubah di hidup kakak, bukan lagi sebagai seorang teman tetapi sebagai seorang yang mewarnai hari-hari kakak dengan indah. “Maafkan aku atas apa yang dilakukan oleh Natasya tadi, Manda," ujar Arios setelah duduk kembali di kursi yang tadi didudukinya. "Enggak perlu meminta maaf kepadaku, Kak, Itu bukan Kakak yang salah, mengapa Kakak yang meminta maaf?" "Iya memang bukan aku, tapi aku merasa enggak enak karena terlibat secara langsung di dalamnya." Pemuda itu menghadirkan senyum di wajahnya supaya permintaan maafnya diterima oleh gadis bertubuh gempal di depannya itu. Amanda menghela napas panjang, di benaknya ada pertanyaan yang tak bisa dijawabnya, mengapa Kak Arios memintakan maaf untuk Natasya? Apakah benar Kakak kelas pujaan hatinya itu tak memiliki rasa apa-apa? “Santai aja Amanda, kalau sampai itu si Sipit menyentuh kamu aku yang akan bertindak,” terdengar suara Ayisha menjeda percakapan antara gadis bertubuh gempal itu dengan Arios. Amanda tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh teman sebangkunya itu, dia yakin Ayisha serius dengan apa yang diucapkan. Walaupun dia belum pernah melihat siswi berambut pirang itu memang jago baku hantam. “Aku yakin aku bisa mengalahkan si Sipit, Manda. Kalaupun nanti aku kalah, aku enggak khawatir karena ada Kak Ferdian yang akan membantuku mengalahkan Natasya. Bukan begitu, Kak?” ujar Ayisha sambil menoleh ke arah siswa kelas 12 IPS 2 itu. Siswa berambut gondrong itu menoleh, terlihat sebuah senyum di wajah Ferdian saat menanggapi kalimat Ayisha. “Tentu saja aku akan membantu, apapun akan aku lakukan untuk Ayisha,” kata Ferdian sambil mengangkat tangan kanannya yang mengepal. “Tuh kan, so sweet banget. Tapi enggak perlu, Kak. Aku yakin aku sendirian bisa mengalahkan Natasya dan anggota satu geng-nya,” ujar Siswi berambut pirang itu sambil melihat jam tangannya. Dia agak terkejut saat menyadari waktu istirahat tersisa 5 menit lagi. "s**t! Sebentar lagi bel, Manda. Jangan sampai kita telat masuk lagi.” Amanda ikut melihat jam tangannya, dia pun agak terkejut. Padahal dia belum kenyang dengan apa yang dimakannya tadi, mungkin karena emosi sehingga makanan yang baru disantapnya tadi menguap tak berbekas. Ayisha memasukkan tangannya ke saku kemeja seragam dan mengeluarkan uang berwarna biru. “Aku yang bayar ya, Manda,” ujar gadis berambut pirang itu sambil melangkah menuju tempat pembayaran. Amanda mengangguk mengiyakan. Sebuah kebetulan sekali karena memang hari ini uang jajannya agak berkurang yang diberikan oleh Bundanya. “No, jangan Ayisha biar aku saja yang bayar," kata Arios sambil memegang lengan Ayisha. Siswi berambut pirang itu agak terkejut karena tidak menyangka Kakak kelasnya itu berani memegang lengannya. Amanda menelan ludah melihat pemandangan yang ada di depannya, hatinya terbakar cemburu. Hal itu pun terjadi kepada Ferdian yang sama sekali tidak menyangka bahwa Arios berani menyentuh gebetannya. Siswa bertubuh jangkung itu segera menyadari kesalahannya, dia melepaskan tangannya dari lengan Ayisha. "Maaf, aku refleks, Ayisha,” kata Mantan Ketua OSIS itu sambil mengangguk meminta maaf. “Biar aku saja yang membayar makan dan minum kalian, ini sebagai permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan Natasya kepada Amanda hari ini." Ayisha menatap teman sebangkunya, dia meminta persetujuan Amanda, apakah diperbolehkan Mantan Ketua OSIS SMA Pilar Bangsa itu membayarkan makanan dan minuman mereka sebagai permintaan maaf? Gadis bertubuh gempal itu mengangguk mengiyakan. “Oke, Kak Arios. Kalau begitu terima kasih banyak ya” kata Ayisha sambil menyematkan sebuah senyum. “Oke,  no problem.” “Kalau begitu aku dan Manda pamit, Kak, supaya enggak telat masuk kelas lagi,” pamit Ayisha. “Iya, aku juga ‘kan mau masuk. Mengapa kita enggak bareng saja ke sana?” “Oh iya, kakak juga kan mau masuk ya? Mengapa kita mesti buru-buru?”. “Buru-buru boleh saja sebagai persiapan, Ayisha. Aku yakin siswa di sini juga semuanya akan masuk kembali ke sekolah setelah istirahat,” kata Mantan Ketua OSIS itu. “Enggak semuanya mau masuk ke kelas, Bro," celetuk Ferdian menyela pembicaraan antara Arios dan Ayisha. "Aku dan teman-temanku enggak masuk, kita memutuskan untuk tetap stay di sini untuk mengamankan Warung Ibu dari serbuan Negara Api.” Ferdian melengkapi kalimatnya dengan sebuah tawa, teman-teman satu geng-nya yang mendengar apa yang diucapkan oleh siswa berambut gondrong itu ikut tertawa. Ada saja alasan yang digunakan siswa kelas 12 IOS 2 itu untuk tidak masuk kelas. Arios menggelengkan kepala atas apa yang dikatakan oleh Ferdian itu. Pantas saja Warung Ibu selalu dalam pantauan Bagian Kesiswaan karena memang banyak siswa yang berkelakuan khusus yang ada di sini. Beberapa siswa yang masih ada di Warung Ibu mulai tergesa meninggalkan basecamp mereka karena sudah injury time. Berbahaya sekali jika sudah waktunya masuk dan mereka masih berada di luar lingkungan sekolah, pasti gerbang utama akan dikunci oleh satpam dan mereka tidak bisa masuk kelas sebelum bertemu dengan Bagian Kesiswaan. Setelah membayar semua yang dimakan oleh mereka, akhirnya Arios bersama dengan Amanda dan Ayisha ikut tergopoh menuju gerbang sekolah, mereka tidak lagi berjalan cepat tapi sudah berlari-lari kecil untuk mencapai gerbang utama. “Jika seperti ini terus betisku bisa besar nih, Kak” kata Ayisha sambil terus berlari kecil, sebuah senyum terlihat di wajahnya. “Enggak apa-apa,  itung-itung olahraga,” kata Arios menimpalinya dengan tertawa lebar. “Kalian sih enak badannya kecil dan langsing, bagaimana dengan tubuhku yang besar seperti ini? Mau menggelinding?”  kata Amanda dengan napas tersengal yang disambut tertawa Arios dan Ayisha. Mereka tepat waktu tiba di gerbang ketika satpam muda pemuda itu mulai menutup gerbang utama, beberapa siswa di belakang mereka nampak tidak tertolong dan tidak diizinkan masuk oleh penjaga keamanan yang berjaga sebelum bertemu dengan Bagian Kesiswaan yang bertugas.  Beberapa dari mereka mulai merayu satpam itu dengan menawarkan segala macam, mulai dari makanan, minuman, menginap tujuh hari tujuh malam di hotel bintang tujuh, bahkan mobil Tesla-pun ditawarkan, namun tentu saja itu hanyalah guyonan para siswa tanda kutip itu yang tidak dianggap serius oleh petugas satuan pengamanan. __________ Pojok Kata [1] PDOD (Singkatan slank) : Percaya Diri Overdosis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD