Half

544 Words
Bumi Pena tak pernah sepi gosip. Sekolah Menengah Atas berbasis yayasan keluarga itu seakan memiliki agen Lambe Turah tersendiri untuk menyebarkan berita andalan ke seluruh penjuru. Topiknya pun beragam. Dari daftar anak rajin ikut tawuran, komplotan tukang telat masuk sampai kisah cinta tersohor dua sejoli yang sejatinya hanya berstatuskan sahabat karib. Semua tersaji secara geratis, tanpa tipu-tipu. Hanya Bumi Pena tempatnya!! "Denger-denger si Kahfi kemaren duel sama Dalton gara-gara Zahra tauk.." Bisik-bisik tetangga dimulai. Satu kalimat panjang berbumbu micin dari satu bibir manusia kemudian menjalar. Dinding toilet Bumi Pena bahkan menjadi saksi bisu akan derasnya pergosipan duniawi para siswa. KAHFI BERANTEM SAMA DALTON! ALASANNYA NGGAM RELA ZAHRA MAU DIEMBAT!!!! Typo!! Nggak Rela* Bukan hanya melalui mulut, bahkan jari-jari para admin grup di sekolah pun bergerak lincah. Berlomba memberi update terbaru akan renyahnya bingkai asmara anak pemilik yayasan. Siapa yang tak mengenal Kahfi? Alkahfi Caesar! Anak kelas tiga, si mantan kapten basket andalan sekolah yang mujurnya adalah anak dari pemilik Yayasan Bumi Pena. Parasnya yang menggoda iman, belum lagi lekuk tubuh aduhai sukses membuat para perawan ingin setor tunai. Eh, setor cinta. Sayang saja! Seluruh penjuru Bumi Pena amat sangat mengetahui siapa pemilik Kahfi. Meski bukan pacar, Zahra Maharani memegang kendali atas diri Kahfi. Tersiar kabar bahwa keduanya bahkan telah bersahabat sejak kursi taman kanak-kanak. Ck! Amazing bukan?!! "Kahfi posesif banget ya.. Kalau kayak gitu kapan kita-kita bisa PDKT ke Zahra coba! Ck!" Keluh salah satu teman sekelas Zahra setelah membaca pesan broadcast dari salah satu admin gosip. "Tauk, nih! Pacar bukan tapi dikekepin mulu!" sambar yang lainnya. Karena keposesifan Kahfi sebagai sahabat, bahkan tak ada satupun anak lelaki berani mendekati Zahra. Mereka semua terlanjur cacat mental kalau harus berhadapan dengan Kahfi. Pergosipan duniawi di kelas Zahra tiba-tiba mandek total. Macam program pemerintah yang mangkrak, kala mendengar suara jeritan manja bintang kelas mereka. Tak ada lagi desas-desus penggibahan. Nyawa mendadak menjadi taruhan. Takut-takut kalau Kahfi mengamuk karena ada jantan yang berani membicarakan Zahra. Cukup Dalton saja yang harus masuk IGD. "Kahfi ih! Jawab dulu dong! Lo apain Dalton sampe masuk IGD gitu?!" Kahfi menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu kelas Zahra. Most wanted Bumi Pena itu membalikkan tubuh, lalu melayangkan tangan untuk mengacak poni tengah Zahra. "Cuman diserempet pake mobil aja kok, Ra.." ujar Kahfi membuat kedua bola mata Zahra ingin lepas dari kelopaknya. "Wh... What?!" tanya Zahra gagap dengan suara terputus. Ia berharap kupingnya saat ini memang bermasalah. Ia butuh ke THT. "Serem..." Ucapan Kahfi terhenti saat seorang gadis kuda menyodorkan sebuah kotak makan ditengah-tengah perbincangannya dengan Zahra. "Buat Kak Kahfi.. Nasi ayam jamur, kesukaan kakak." Zahra mendengus. Tanpa ba-bi-bu, sahabat Kahfi itu menarik kotak makan di depan matanya. Zahra lalu melempar begitu saja pemberian fans Kahfi. "Berapa kali gue bilang! Nggak usah sok-sok'an masak ayam jamur kesukaan Kahfi! Dia cuman suka masakan gue!" murka Zahra. "Lo mau masakan tuh anak?!" tanya Zahra sembari menatap tajam Kahfi. Kahfi menggelengkan kepala. "Jangan marah-marah gitu! Gue cuman makan ayam jamur kalau lo yang buat." Kahfi lalu mencium kening Zahra. Gadis itu memang akan berubah tempramen jika ada anak yang mendekati Kahfi. Katakan keduanya sama saja. Mereka saling melindungi posisi dengan cara yang tak jauh beda. "Belajar yang rajin.. Ntar istirahat gue jemput." lagi-lagi Kahfi mencium kening Zahra sebelum memastikan sahabatnya itu masuk ke dalam kelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD