"Makanya Va, pas kecil tuh suntik campak. Biar pas gede nggak di campakin kayak gini," kata Zheta sok menggurui, setelah Eva selesai curhat panjang lebar mengenai mantan gebetannya yang ada di kelas 11 IPS 2-Defra namanya.
Iya, ceritanya dia lagi galau gara-gara di PHP, karena ternyata rumor yang baru di dengarnya dari Tarisa, Defra masih naksir mantannya yang sekolah di SMA Dharma Wijaya. Dira namanya. Salah satu siswi yang cukup populer di sekolah itu.
Denger-denger sih, dia satu geng sama queen bee sekolah itu.
Tapi kata Tarisa, Dira sudah punya pacar, namanya Alex.
Tau darimana? Jangan tanya lagi! Tarisa itu bakat sekali kalau jadi tukang stalker. Bahkan katanya, pacar Dira yang sekarang tuh lebih ganteng dan kulitnya putih.
Eva mendecak, "Taek. Nggak ada hubungannya kali," semburnya sewot. Tarisa dan Rika Cuma terkikik saja, sambil menikmati brownies yang di bawa Retha ke sekolah.
"Elo yang nggak pernah tau rasanya naksir cowok, diem-diem aja ya!" lanjutnya membuat Zheta mendelik.
Savita dan Acheris tidak ikutan kali ini. Acheris sibuk dengan persiapan basketnya untuk turnamen RIPU Cup Minggu depan. Begitupula dengan Savita yang sibuk dengan cheerleaders-nya.
Dan mereka-mereka ini yang masih nganggur, sibuk ghibah di dalam kelas. Mulai dari murid kelas sepuluh yang di drop out gara-gara hamil sama anak Sevit, lalu Defra-mantan gebetan, dan merembet ke hantu kuntilanak yang di sebut-sebut sebagai mbak Mawar-penunggunya pohon beringin yang ada di belakang sekolah.
Iya, nama hantunya memang mbak Mawar. Kadang, Bobby suka sekali menyelatuk, 'Mbak Mawar tuh, kayak nama samaran tukang jualan yang pakek boraks kan ya??'
Itu gara-gara dia korban berita Investigasi.
Sebenarnya, Retha ikutan turnamen bulu tangkis. Tapi latihannya besok, karena lapangan masih di pakek anak basket, voly dan futsal. Istilah lainnya, gantian. Maklum saja, Cendrawasih memang masih kekurangan satu lapangan dan juga kolam renang. Beda hal-nya dengan Dharma Wijaya yang sudah komplit. Semuanya ada. Maklum lah, namanya juga sekolah swasta yang unggul di ekskulnya. Jadi, olahraga di sekolah itu yang di utamakan.
"Defra anak voly bukan?" tanya Retha penasaran, "Yang item itu kan, kayak orang n***o?" sambungnya.
"Dia emang ada darah Malukunya sih Tha," balas Tarisa yang memang sekelas Defra.
Retha melengos keras, "Jelek gitu anjir. Gue kira ganteng," katanya memprotes membuat Eva melotot seolah tak terima.
"Namanya juga cinta Tha. Cinta itu kan.....buta dan tuli," sambar Rika menyeringai, memperlihatkan gigi gingsulnya yang imut.
Eva mendesah berat, seakan tak ada gunanya curhat begini.
"Bentar! Buta dan tuli?" kata Tarisa mengulangi, "CINTA ITU BUTA DAN TULIIIIIIIIIII!!!" Cewek berbando pink itu mulai bernyanyi.
"TAK MELIHAT TAK MENDENGAARR," Rika yang langsung sadar kemudian menegak, ikutan menyahuti dengan penuh penghayatan.
Dan berikutnya, Zheta yang biasanya datar-datar saja, kini ikut bernyanyi dengan wajah di dekatkan pada Eva seakan meledeknya. Akhirnya, mereka bertiga jadi trio kolaborasi, dengan Retha yang sudah tertawa- tawa, mulai merekam aksi mereka dengan ponselnya.
Tapi Eva, cewek mungil berambut bob itu tidak peduli dan malah manyun.
"NAMUN DATANGNYA DARI HATIIIIII. TIDAK BISA DI PUNGKIRI...ITU BENAR.....MEMANG BENAR...."
Anak-anak 11 IPA 1 satu yang tadinya fokus pada kegiatan masing-masing, jadi menegak dan menoleh pada kumpulan cewek-cewek bersuara cempreng itu. Bukannya merasa bersalah karena mengganggu yang lagi belajar, mereka malah kompak ribut.
"Cot lo, diem nggak!?" pekiknya melotot mengancam, tapi tidak di gubris.
Eva jadi semakin mendengus, teringat dengan cowok berkulit hitam yang memiliki senyum manis itu.
"Biarin aja kali Va. Kapan lagi lo lihat Zheta b****k begini?" kata Retha ikut serta.
Eva makin menggeram, mencoba tuli dan tetap sabar.
"MAU BILANG CINTA TAPI TAKUT SALAAAAAHHHH!!" Tarisa yang paling turn on.
"Halo kenapa? Bilang apa sih? Bilang aja...nggak papa kok," kata Rika nyaring dengan suara genit yang di buat-buat, menirukan gaya bicara yang ada di video clip, membuat Retha dan lainnya jadi tertawa-tawa, sudah ngakak tak karuan.
"BILANG TIDAK YAAAAA?? BILANG TIDAK YAAAA?? BILANG TIDAK YAAA??" pekik Retha dan Zheta dengan kompak menyahuti, seakan menjadi duo ribut sekarang.
Hal itu membuat Eva semakin ternganga-nganga, melihat Retha yang biasanya selalu stay cool, mendadak receh begitu.
"Sabar banget gue kayaknya, punya temen kayak Bobby. Dari SMP malah," kata Retha geleng-geleng kecil, tak sengaja melihat Bobby nyungsep dari meja.
"Untung ya Tha, lo sama Bobby nggak ada tuh ceritanya friend zone-an kayak di film-film," cerocos Tarisa sambil tertawa geli.
"Retha classy, lo umpanin Bobby yang b****k najis gitu. Mana mau dia??" sahut Zheta di setujui oleh Retha.
Eva melengos pelan, melihat ke arah pintu dan menaikkan sebelah alisnya tinggi, melihat beberapa orang datang, yang kemudian melebarkan mata ketika salah satu dari mereka adalah cassanova SHS. Membuat Retha dan lainnya ikutan memandang ke arah pintu.
"ARETHA KAZUMIIIIII!!!"
Retha langsung mendelik dan ternganga begitu saja, melihat Acheris dengan riang berteriak-teriak rusuh dari pintu kelasnya.
"Apaan?" Retha yang lagi duduk di dekat meja guru, spontan melongokkan kepalanya supaya Acheris bisa melihat wajahnya.
"Sini bentaran deh!" perintah Acheris memberi isyarat mendekat yang kemudian melihat Tarisa ada di sana juga, "Heh sempak Firaun, balik ke kelas sono! Ngapain lo di sini??"
"Dih, mager!" balas Tarisa tanpa dosa, membuat Acheris mengumpat.
"Ada tugas dari bu Anggia pe'a. Di suruh ngerangkum bab 3," balasnya.
"Lah, bu Anggia nggak dateng?" seru Tarisa menanyakan gurunya yang cantik walau sudah berkepala empat itu.
"Kagak, anaknya yang cewek lagi sakit," balasnya.
"Eh, hai Retha!!" sapa Azka sambil melambai-lambai riang, pada cewek yang kini berdiri dari duduknya.
Karrel menoleh, mendelik tak suka, "Elo nggak usah centil," protes cowok itu, karena merasa geli.
Senyum Azka langsung luntur, gantian mendelik maksimal pada temannya itu, "Urusannya sama lo apaan? Yang gue sapa Retha, bukan elo," sahut cowok itu tak terima.
"Lo tuh udah punya cewek, nggak usah sok ganteng! Untung aja Denta pinter, nggak mau sama kadal b***k kayak lo," celotehnya membuat Azka melotot sewot.
"Lo ngapa jadi sewotan dah, semenjak tau Denta mantan gue," pekiknya kesal, "Takut kan lo, Denta naksir gue lagi," lanjutnya songong.
"Dih, ngaca! Lo sama gue gantengan siapa!?" katanya sewot.
"Kenapa manggil-manggil?" tanya Retha pada Acheris.
Karrel jadi menoleh, "Lo di panggil sama pak Andreas, di suruh ikutan rapat bareng gue sama yang lain," serunya menjawab membuat Retha menoleh pada cowok itu.
"Gue bukan anak basket," balasnya.
"Ya iya. Tapi, lo atlet badminton kan? Anak futsal sama voly juga di suruh kumpul juga kok," sahut Karrel.
"Oh," Retha manggut-manggut mengerti, "Dimana rapatnya?"
"Aula. Sekalian bawa tas. Rapatnya sampek sore," perintah Karrel, di angguki cewek itu tanpa protes.
***
Retha keluar dari dalam aula, setelah selesai rapat. Mendecak sendiri ketika rapatnya baru saja selesai sekitar jam setengah enam sore. Rapat kali ini yang di bahas banyak sekali. Mulai dari kostum, konsumsi, jadwal latihan dan lain sebagainya, sehingga tidak khayal, jika jam segini rapatnya baru bisa selesai.
Cewek itu mengembungkan pipinya melihat satu-persatu murid yang menghadiri rapat sudah hilir mudik di sekitarnya dan dengan malas, Retha melangkah menyusuri koridor lantai satu menuju gerbang depan, berniat mencari tebengan. Karena pagi tadi, dia menebeng Bobby-tetangganya, sebab semua mobil dan sopir yang ada di rumah, di pakai orang tuanya semua.
Tapi, berhubung tadi dia masih rapat, jadinya dia menyuruh cowok itu pulang duluan. Dan beginilah keadaannya sekarang, luntang luntung seperti gembel dan sendirian. Mau naik taxi, tapi dia tau jarang ada taxi yang kosong jam segini.
Mau nyoba naik angkot, dia nggak berani karena sudah mau malam, dan itu berbahaya. Mau pesen grab, ponselnya mati.
"Agghhrr, kurang bagus apa nasibku ini??" katanya drama, melihat kanan-kiri di koridor, kali saja ada murid SMA Cendrawasih yang belum pulang dan boncengannya kosong.
Namun, saat di belokan koridor, dia terkejut ketika badannya sedikit bertubrukan dengan seseorang yang baru keluar dari dalam toilet. Sosok itu tinggi, membuat Retha mau tak mau mendongakkan kepalanya untuk bisa melihat wajahnya.
Retha mendelik, melebarkan matanya melihat cowok jangkung yang kemarin sok tahu sekali soal KPOP kini menoleh, dan memandanginya datar.
"Cih, elo ternyata," ujar Retha tanpa sadar jadi sensi.
"Apa?" tanya Karrel sok jutek, Retha cuma mendengus tak suka, "Biasa aja kali komuk lo! Nggak usah terpesona gitu sama gue," lanjutnya dengan wajah santainya.
"Dih," cibir cewek berambut hitam dengan poni rata sambil memberikan pelototan kecil.
"Minggir lo!" katanya tak santai sambil mendorong sebal d**a Karrel, membuat cowok itu mendelik karena hampir terjungkal ke belakang.
Karrel baru berniat mengumpati cewek itu, tapi tiba-tiba ponselnya berdenting.
Muncul chat masuk datangnya dari Denta, membuat senyum simpul cowok itu terlukis.
***