Tak berselang lama, Nadin pun memutuskan untuk turun ke lantai dasar. Mata yang sembab, rambut acak-acakan dan jalan yang terlihat lunglai menampakkan di tak baik-baik saja untuk saat ini. "Mama, Papa." Nadin berdiri di belakang sofa tempat kedua orang tuanya duduk. Seketika Pak Aska dan Bu Dian menoleh kala mendengar suara anaknya itu. "Aku harus bersikap bagaimana? Memang terdengar berlebihan, tapi ini menyakitkan bagiku. Nggak mudah menarik ulur hati mencoba menjauh dan tiba-tiba mendekat ke seorang sahabat yang bahkan sebagai saudara kandungku sendiri. Aku mencoba menguatkan hatiku kala harus menjauh dengan kenyataan pahit, tiba-tiba kembali di dekatkan kala rasa kecewa sudah merasuk semakin dalam di hati." Nadin menangis, dia sangat rapuh jika berhubungan dengan Candra. Tak bisa dip