When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Yang nyuruh adalah keluarga kamu sendiri. Bahkan sekalipun kamu tahu siapa yang menyuruhku, kamu tidak akan berani melawannya." Jawab Zeva "Siapa?" Arga kembali bertanya karena sangat penasaran saat Zeva mengatakan bahwa yang memaksa nya adalah keluarga nya sendiri. "Tuan Wijaya!" jawab Zeva dengan mantapnya, membuat wajah Arga langsung merah karena marah. Zeva yang melihat kemarahan Arga sama Persia seperti saat Arga ingin menembaknya, tangan Zeva langsung gemetaran. Arga yang menyadari tangan Zeva yang gemetaran langsung merubah raut wajahnya dengan memaksa agar tetap tenang biar Zeva tidak takut pada dirinya. "Rileks, Beby. Aku janji aku tidak akan menyakitimu." Kata Arga dengan nada yang terdengar begitu sangat lembut. Zeva berusaha tetap tenang dan melupakan apa yang pernah dilak