Next, What?

1303 Words
* Saat istirahat pertama untuk mereka akhirnya tiba juga. Gane mendapat banyak ucapan selamat dari para teman sekelasnya yang miliki hati dan sikap baik. Terpilih jadi wakil sekolah yang harus melewati berbagai macam pengujian dulu seperti Molla saja itu sudah merupakan sesuatu yang sangat keren dan patut untuk dibanggakan. Full respect, lah. Lha ini malah ada yang berhasil dapat posisi itu hanya melihat dari perolehan nilai saja. Sudah bisa dibayangkan bukan sekeren dan sehebat apa itu semua? Ganendra Anedera itu memang sangat luar biasa. Keluarga konglomerat Terasatri pasti sangat beruntung karena memiliki diri sebagai salah satu anggota keluarga. Bahkan bukan hanya ia. Tapi, keempat kakaknya yang lain pun tidak kalah luar biasa. Gombloh Delano Ezekiel Stephen Anedero Terasatri si anak pertama dengan prestasi di bidang seni lukis dan musik. Gayatri Delania Ezakiel Stephennee Anederia Terasatri si anak kedua dengn prestasi di bidang seni tari dan musik tradisional. Gambir Delene Ezekiel Stephenhard Anedere Terasatri si anak ketiga dengan prestasi di bidang riset pemesinan kereta api. Gisella Delania Ezakiel Stephennee Anederia Terasatri si keempat dengan prestasi mumpuni di bidang penelitian sinematografi. Tidak heran jika si anak kelima juga memiliki kapasitas kemampuan serta bakat yang sama. Sekalipun ia sendiri enggan terlalu menunjukkannya di hadapan orang lain. Sungguh pribadi rendah hati yang pantas mendapat banyak pujian juga apresiasi agar kelak semakin banyak orang yang berasal dari golongan atas atau bahkan tidak begitu tinggi seperti dia juga akan meiliki sikap yang sangat terpuji. Di tengah rasa kagum para siswa di sekeliling Gane saat itu. Hanya Aldo yang memahami betapa Gane terganggu pada situasi yang sedang ia alami. Sebenarnya ia memiliki kemampuan (dan hak, sebenarnya) untuk menolak. Tapi, karena berbagai macam alasan. Gane memilih untuk berlagak tidak memiliki pilihan. “Bro, temani aku beli cemilan, yok,” ajak Gane seraya mendirikan tubuh dan menepuk salah satu pundah Aldo. Tanpa menjawab. Aldo mengikuti langkah Gane keluar dari kelas. Tampaknya anak “sempurna” itu ingin membicarakan sesuatu yang sifatnya cukup “intim”. Setelah pergi ke kantin. Keduanya pergi ke tepi lapangan bola basket. Sekalian menonton beberapa orang siswa yang sedang tanding. Untuk memperebutkan perhatian para siswi cantik super hits di sekolah. “Aku… punya... bagaimana ya menyebutnya? Semacam kenalan mungkin, iya, kenalan,” buka Gane. “Mungkin bisa disebut sebagai teman saja kali, ya?” tanya Aldo. “Aku nggak bisa serta merta yakin seperti itu juga, Do. Sebenarnya aku ingin sekali menyebut mereka dengan sebutan yang akrab seperti teman, sahabat, rekan, atau yang semacam itu. Tapi, dalam konteks yang aku hadapi ini sepertinya mereka tidak akan bisa memikirkan hal yang sama dengan aku. Karena banyak alasan dan hal yang pernah dan telah terjadi di antara kami. Itu semua tak akan jadi sesuatu yang bisa dijalankan dengan mudah atau diharap tak memiliki tanggung jawab untuk dilihat di masa depan nanti. Semua sangat membingungkan, berbeda, dan sedikit sulit diterima menggunakan akal logika yang biasa. Entah kamu akan memahami hal ini atau tidak, tapi ya seperti itulah yang aku rasakan terkait apa yang ingin aku bicarakan dengan kamu saat ini. “Ini seperti perasaan yang berjalan sepihak,” lanjut Gane. “Terus masalahmu di mana? Kamu hanya bisa menyelesaikannya sama orang-orang yang bersangkutan, ‘kan?” tanya Aldo. Nasihatnya ternyata sama saja dengan yang diberikan oleh Mas Gembur. “Aku itu ingin jadi teman yang baik buat mereka, Al. Mereka memang selalu bersikap seolah nggak butuh bantuanku. Tapi, aku tau mereka sebenarnya butuh bantuan,” jawab Gane. “Jadi, intinya di sini kamu ingin jadi the savior (sang penyelamat) untuk masalah yang sedang ‘mereka’ ini hadapi. Tapi, mereka tidak menunjukkan ketertarikan akan bantuanmu. Padahal kamu ingin jadi lebih dekat dengan mereka dengan bantuan yang kamu berikan. “Begitu, ‘kan,” simpul Aldo. “Kamu benar, Al,” sahut Gane. Ctik. Aldo menyentil dahi mulus Gane yang ditutupi helai poni. Ia berkata, “Itu bukannya keegoisan kamu saja, ya?” tanyanya. “Eh…?” respon Gane bingung. “Hanya karena ‘mereka’ yang tidak menganggap kamu siapa pun ini mampu membuat kamu merasa nyaman. Kamu jadi punya ekspektasi berlebihan sama mereka. Padahal pada akhirnya nggak ada yang berubah untuk mereka. Dan kamu pun jadi dilukai oleh anganmu sendiri,” ucap Aldo. Gane mengubah arah pandang jadi melihat kedua ujung sepatunya. Ia membalas, “Ucapanmu benar. Dan itu cukup menyakitkan.” “Jangan menaruh ekspektasi terlalu tinggi sama manusia lain. Bahkan bayangan kamu pun meninggalkanmu saat gelap datang,” nasihat Aldo. “Al, aku punya ide menarik,” ucap gane. Aldo bertanya, “Apa?” “Bagaimana kalau kamu saja yang jadi perwakilan lomba? Setelah ini aku akan bicara sendiri pada Mister Suryono,” tanya Gane dengan “suaranya”. Dengan pandangan mata yang tampak kosong remaja yang bernama lengkap Aldo Pahlevi Shah Reza itu menjawab, “Tentu saja.” Gane langsung membatin, begini saja kah efeknya? Bagus deh kalau begiu. Ia berkata lagi, “Kalau begitu lupakan saja smua yang sudah kamu dengar barusan. Setelah itu…” Bruuukh. Tubuh Aldo tiba-tiba kehilangan seluruh tenaganya dan terjatuh ke tanah. Anak-anak yang ada di dekat sana langsung mengerubunginya dan Gane (tentu saja). “Ada apa, Gan?” tanya salah satu dari mereka. “Aldo kenapa, Gan?” tanya yang lain berusaha cari tau apa yang terjadi. “Kalian berdua habis ngapain, Gan?” tanya yang lain tak kalah penasaran. “Gane? Gane? Gane?” panggil beberapa orang sekaligus sampai tak ayal suara panggilan terhadap namanya yang pendek dan mudah disebutkan sebenarnya jadi terkesan beranak-pinak, menggema dan akhirnya malah buat sakit kepala saja. Glekh. Gane tak bisa menjawab satu pun pertanyaan semua orang di sana. Karena ia sendiri sama sekali tidak menyangka jika hal seperti ini akan terjadi. “Udah, jangan banyak tanya, deh! Buruan angkut aja ke UKS!” perintahnya seraya mengangkat bagian atas tubuh Galang yng terasa dingin. Berbanding terbalik dengan suhu tubuh Aldo. Gane bisa merasakan keringat panas dingin mengalir dengan sangat lancar di sekujur tubuhnya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki. Gawat. * Oke, fix setelah kejadian yang menimpa Aldo (setelah Gane jadikan kelinci percobaan). Ia bertekad tak akan lagi menggunakan “suaranya” saat sedang sendirian. Sepertinya ada efek yang lebih tak bisa dibayangkan jika ia gunakan tanpa member Children of the Babylon yang lain. Teengtooongteeng. Sampai pulang sekolah kondisi Aldo kelihatannya belum baikan, batin Gane seraya mengintip ke dalam Unit Kesehatan Sekolah lewat celah kecil jendela. “Eh, Student Council President, what are you doing standing there?” tanya dokter umum yang bertugas di unit kesehatan sekolah dalam bahasa Inggris. Kelihatannya ia baru saja kembali dari ruangan kepala sekolah. “It's okay, Doc. I just want to see my friend's latest condition. He doesn't go to class until class ends. Looks like it's pretty bad, huh, Doc. How are the results of the diagnosis?” tanya Gane dalam bahasa Inggris. Dokter perempuan bernama Yuni Shera itu membuka pintu dan mempersilahkan Gane masuk. Tidak elok rasanya jika sampai dilihat mengobrol di depan pintu. Remaja yang sebenarnya tidak punya niat masuk itu pun jadi masuk karena tidak enak. “So what's wrong with him, Doc? Apa yang sudah terjadi sama anak itu?” tanya Gane tanpa sadar dalam dua bahasa lagi setelah duduk di sofa tamu yang terletak di bagian depan dekat dengan pintu masuk unit kesehatan sekolah. “Saya juga sebenarnya merasa sangat bingung dan tidak mengerti apa yang telah terjadi pada awalnya karena anyak alasan dan hal yang bersangkutan. Saat diperiksa tubuhnya semua juga tampak sangat normal dan baik-baik saja. Tak ada hal aneh ata mencurigakan yang terlihat bisa atau akan terjadi di masa depan. Tapi, setelah itu hal tidak biasa yang tak mampu saya pahami malah terjadi tanpa bisa diprediksi… Sungguh buat kepala jadi sakit saja.” Gane mengernyitkan dahi. Membatin, setelah itu? Apa? Apa yang sudah atau tengah terjadi? Hal yang harus ia siap untuk hadapi meski seorang diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD