Kekejaman Ero

2443 Words
Sang pemilik suara langkah kaki akhirnya benar-benar masuk ke dalam ruangan di mana merupakan tempat disimpannya benda-benda berharga koleksinya. Tentu dia adalah Ero. Pria itu menelisik sekitar ruangan yang dalam kondisi terang benderang karena semua lampu dinyalakan. Begitu meyakini tak ada yang janggal dengan ruangan itu, dia pun mendudukan diri di kursi kebanggaannya. Dengan santai Ero mengangkat kedua kakinya ke atas meja, berselonjor di atas meja, dia lalu mengeluarkan sebuah benda yang diselipkan di pinggangnya, sebuah pistol yang selalu dia bawa ke mana-mana sebagai alat untuk melindungi diri mengingat begitu banyak musuh yang mengincarnya. Tok … Tok … Tok Suara ketukan pada pintu pun terdengar, Ero mendengus karena ketenangannya merasa terganggu oleh entah siapa pun pelaku yang mengetuk pintu ruangan itu. “Masuk!” Begitu teriakannya mengalun, daun pintu terbuka, menampilkan sosok pria paruh baya yang datang sambil membawa nampan berisi secangkir kopi yang masih mengepulkan asap putih pertanda kopi itu masih panas. “Aku datang ke sini untuk mengantarkan kopi ini. Dalam situasi seperti ini, kau harus menenangkan diri,” ucap pria paruh baya yang benama Maverick tersebut. Dia merupakan orang kepercayaan sekaligus kaki tangan Ero. Pria yang sudah seperti sosok seorang ayah bagi Ero, jika sedang kebingungan atau buntu dalam menentukan pilihan atau keputusan, biasanya Ero akan meminta nasihat pada Meverick. Ero mendengus. “Bagaimana aku bisa menenangkan diri, Paman, setelah tahu ada orang yang berani padaku? Ck, ck, sepertinya mereka belum tahu siapa aku yang sebenarnya. Apa perlu aku menembak kepala mereka agar tahu siapa orang yang sedang mereka hadapi ini?” Maverick mendudukan diri di kursi yang tepat berada di seberang Ero sehingga hanya meja yang menjadi pemisah di antara mereka berdua. “Mereka akan segera mengetahui siapa kau dan aku yakin mereka akan menyesal karena sudah salah memilihmu sebagai target.” “Cih, memang kurang ajar mereka. Akan kupastikan mereka mendapatkan hukuman yang setimpal nanti. Ngomong-ngomong, Paman, aku sudah membuat sebuah kesepakatan dengan ayah.” Kening Mevarick mengernyit, membuat kening yang sudah keriput itu semakin mengerut dalam. “Kesepakatan dengan tuan besar? Kesepakatan apa itu?” “Jika aku ingin menjadi pewaris keluarga Romanov, aku harus segera membawa calon istri ke hadapannya dalam waktu dekat ini. Ayah tetap memintaku memiliki anak laki-laki jika ingin aku yang menjadi penerus keluarga.” “Apa wanita itu sudah bersedia menikah denganmu sekarang? Bukankah dia selalu menolakmu setiap kau ajak menikah?” Sekali lagi Ero mendengus karena Maverick tengah mengingatkannya pada sang kekasih. Franca Luisa Florentina namanya yang tahun ini genap berusia 26 tahun, kekasih Ero yang merupakan seorang super model papan atas di Italia. Memiliki paras cantik dan tubuh yang ideal serta anggun, Franca sangat dicintai oleh Ero. Franca memiliki sifat yang sombong, arogan dan angkuh. Dia juga berambisi menjadi model go international sehingga selalu menolak setiap kali Ero mengajaknya untuk menikah. Kendati demikian, Ero sangat mencintai Franca, walau wanita itu selalu menolaknya setiap kali diajak menikah, tapi Ero tak memiliki niat sedikit pun untuk berpisah dengannya. Bisa menikah dengan Franca merupakan impian terbesar Ero selain keinginannya untuk menjadi penerus keluarga Romanov. Ero selalu mengabulkan apa pun yang diinginkan Franca, termasuk mengizinkan wanita itu untuk tetap fokus pada karir modelnya sampai dia bosan dan akhirnya bersedia menikah dengannya. Ero menggelengkan kepala. “Tidak. Franca masih belum mau menikah denganku karena dia masih ingin fokus pada karir modelnya.” “Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang padahal ayahmu sudah mendesak seperti ini? Jika kau tidak cepat mengabulkan permintaan ayahmu maka posisi penerus keluarga Romanov mungkin akan benar-benar jatuh pada adikmu, Enzio.” Ero mengepalkan tangan begitu mendengar nama sang adik disebut, bagaimana di tempat pesta tadi dia bertemu dengan sang adik dan keluarga kecilnya. Enzio yang sudah memiliki istri dan seorang anak laki-laki memang sangat cocok untuk dijadikan sebagai calon penerus keluarga Romanov jika mengingat syarat yang diberikan sang ayah untuk calon penerus keluarga Romanov. Namun, tentu saja Ero tidak akan tinggal diam. Dia merupakan anak tertua sehingga posisi sebagai penerus keluarga Romanov harus jatuh padanya walau apa pun yang terjadi. Ero siap melakukan tindakan licik asalkan bisa mengabulkan permintaan sang ayah. “Tentu saja aku tidak akan membiarkan Enzio yang mengambil posisi itu karena harus aku yang menduduki posisi sebagai penerus keluarga. Aku anak pertama dan aku jauh lebih kuat dibandingkan Enzio. Anak ingusan itu hanya lebih beruntung dariku karena sudah memiliki istri dan anak laki-laki seperti yang diminta ayah.” “Jangan meremehkan Enzio, karena aku baru mendengar kabar perusahaan yang dia pimpin, anak cabang perusahaan Romanov baru saja menang tender. Enzio mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena itu ibu dan ayahmu sangat bangga padanya. Mungkin adikmu itu benar-benar akan diangkat menjadi penerus keluarga Romanov.” Kekesalan Ero tentu semakin naik ke permukaan karena ucapan Maverick tersebut. “Huh, jika benar anak ingusan itu sampai diangkat menjadi penerus keluarga Romanov maka aku tidak akan segan-segan menghancurkan keluarganya. Mungkin bisa kumulai dengan menghabisi anaknya yang masih bocah itu, lalu istrinya …” Ero menjulurkan lidah dan menjilati bibirnya sendiri. “… akan kujadikan hiburan bergilir untuk anak buahku. Setelah menyaksikan keluarga kecilnya hancur, baru akan kutembak kepala Enzio sampai hancur dengan pistol ini.” Ero melempar pistol di tangannya ke atas meja dengan gerakan kasar sehingga terdengar suara gebrakan yang sangat nyaring di ruangan tersebut. “Jangan begitu, Ero. Enzio itu walau bagaimana pun merupakan adik kandungmu.” “Huh, aku tidak pernah menganggap anak ingusan itu sebagai adikku. Siapa pun yang berniat merebut milikku maka dia akan kuanggap sebagai musuh, tak peduli walau masih ada ikatan darah di antara kami berdua.” Seketika Maverick memasang raut sendu di wajahnya mendengar perkataan Ero yang menganggap adiknya sendiri sebagai musuh yang harus disingkirkan. Bahkan Ero tak peduli meski harus menghancurkan keluarga kecil Enzio yang sama sekali tidak bersalah atau ada hubungan dengan permusuhan di antara mereka. “Pernah ada masa di mana kau dan Enzio dulu sangat dekat layaknya saudara normal di luar sana. Aku sudah bersama kalian sejak kalian masih anak-anak, akulah saksi ketika kalian saling menyayangi sebagai saudara. Bukankah dulu Enzio sering merengek padamu saat menginginkan sesuatu tetapi ayah kalian melarangnya? Kau yang selalu membujuk ayah kalian untuk mengabulkan keinginan Enzio, atau jika ayah kalian tetap menolak maka kau yang akan mengabulkan permintaan Enzio. Kenangan itu sangat manis, kenangan kalian semasa kecil yang aku harap bisa kembali terulang meskipun kalian sudah beranjak dewasa seperti sekarang.” Mendengar perkataan Maverick alih-alih merasa terharu, Ero justru tertawa terbahak-bahak dengan maksud mencemooh. “Itu cerita masa lalu, Paman. Kami yang sekarang mustahil bisa kembali seperti dulu, saling menyayangi layaknya saudara kandung tidak ada lagi dalam kamus hidupku dan Enzio. Lagi pula hubunganku dengan Enzio bisa seburuk ini juga karena Enzio yang memulainya. Dia yang sudah berani menantanngku.” Maverick diam seribu bahasa, tak tahu harus dengan cara apa lagi membujuk Ero dan Enzio agar kembali berbaikan dan saling menyayangi seperti ketika mereka masih anak-anak. “Lagi pula Enzio selalu merebut apa pun yang kumiliki, termasuk perusahaan cabang yang sedang dia pimpin itu, Paman tidak lupa bukan bahwa perusahaan itu awalnya aku yang memimpin tapi Enzio merebutnya dariku. Karena itu aku sangat membencinya sekarang karena selain dia yang sudah berani menantangku, dia juga selalu merebut apa pun yang aku miliki. Karena itu, tak akan kubiarkan jika sampai dia juga merebut posisi penerus keluarga Romanov yang seharusnya menjadi milikku.” Maverick meneguk ludah karena aura kebencian yang dirasakan Ero pada adiknya sendiri bisa dia rasakan dengan jelas. Terlihat pula dalam sorot mata Ero bahwa kebenciannya pada Enzio sudah tak tertolong lagi. “Aku paham kebencianmu pada Enzio, tapi aku tidak setuju jika kau ingin menghancurkan keluarga kecil Enzio juga. Istri dan anak laki-laki Enzio tidak ada hubungannya dengan permusuhan di antara kalian berdua.” Ero mendengus keras. “Tidak. Paman salah, justru karena mereka berdua sehingga Enzio bisa diangkat menjadi penerus keluarga Romanov. Karena itu jika sampai Enzio benar-benar diresmikan menjadi penerus keluarga Romanov sudah pasti akan kuhancurkan Enzio beserta keluarga kecilnya. Akan kukirim mereka semua ke neraka.” Maverick menggelengkan kepala. “Istri Enzio itu adalah adik iparmu. Sedangkan anak laki-laki Enzio merupakan keponakanmu. Benar kau tega membunuh mereka, Ero?” Ero menyeringai lebar, lagi-lagi ucapan Maverick tak membuatnya tersentuh sedikit pun. “Jika membunuh adik kandungku sendiri saja bisa kulakukan dengan mudah tanpa ada rasa kasihan dalam hatiku, apalagi sekadar membunuh adik ipar dan keponakan, tentu saja akan aku lakukan tanpa ada rasa iba di hatiku untuk mereka. Intinya siapa pun yang berani mengusik hidupku maka artinya mereka sudah siap untuk aku kirim ke neraka.” Ero mengambil kembali pistolnya yang tergeletak di atas meja dan menyelipkannya kembali di pinggangnya. “Pembahasan tentang Enzio cukup sampai di sini, Paman. Jangan membahasnya lagi atau paman akan menyesal karena sudah membuat suasana hatiku yang sedang buruk ini menjadi semakin buruk.” “Apa kau akan membunuhku juga, Ero?” Ero mengangkat kedua bahu. “Mungkin. Jika Paman terus mengatakan omong kosong tentang perdamaian antara aku dan Enzio yang mustahil bisa terjadi bahkan hingga dunia ini kiamat sekalipun.” Ero pun bangkit berdiri dari duduknya. “Apa yang akan kau lakukan untuk memenuhi syarat dari ayahmu itu jika kau ingin menjadi penerus keluarga Romanov?” “Tentu saja aku akan membawa seorang wanita ke hadapannya dan akan aku nikahi wanita itu. Jika wanita itu sudah memberiku keturunan anak laki-laki seperti yang diminta ayah maka …” Ero membuat gerakan sedang mengiris lehernya menggunakan telapak tangannya sendiri. “… aku sudah tidak membutuhkan wanita itu lagi dan aku akan menyingkirkannya dengan tanganku sendiri. Apa pun yang sudah tidak berguna untukku maka akan aku singkirkan. Paman tahu betul bagaimana misi dan visi hidupku, bukan?” “Termasuk jika aku sudah tidak berguna, kau juga akan menyingkirkanku dengan tanganmu itu, Ero?” Ero tertawa terbahak-bahak. “Pengecualian untukmu, Paman, kau akan selalu berguna untukku. Kecuali jika Paman ketahuan terus membela Enzio maka jangan harap aku akan mengampunimu walaupun kau sudah seperti sosok seorang ayah bagiku. Apa Paman paham?” Maverick hanya meneguk ludah karena peringatan keras dari Ero itu sudah sangat jelas baginya. “Apa kau akan pergi dari ruangan ini sekarang?” tanyanya begitu melihat Ero seolah sedang bersiap-siap untuk melangkah pergi meninggalkan ruangan. “Begitulah. Aku ingin tidur.” “Lalu bagaimana dengan mereka?” “Para kecoa itu maksud, Paman?” Maverick meringis tapi dia paham betul siapa yang dimaksud Ero tersebut. “Ya, para kecoa itu. Apa yang akan kau lakukan pada mereka?” Ero lantas menyeringai lebar seolah sebuah rencana jahat tengah menari-nari dalam kepalanya. “Kau akan segera mengetahuinya, Paman. Sekarang kita keluar dari sini karena mungkin salah satu kecoa ingin menghirup udara segar.” “Lalu kopinya? Kau belum meminumnya?” Ero menggelengkan kepala. “Biarkan saja di sana, dan kita lihat apa besok kopi itu masih dalam kondisi utuh seperti saat kita tinggalkan ini atau justru berubah. Aku jadi tidak sabar menunggu besok.” Ero pun benar-benar melangkah pergi, meninggalkan ruangan penuh dengan benda-benda kesayangannya tersebut. Diikuti Maverick yang berjalan di belakangnya. Begitu suara pintu tertutup mengalun, kini yang terdengar adalah suara derit pintu lemari yang terbuka. Seseorang keluar dari dalam lemari setelah dia menelisik sekitar dan meyakini kondisi sudah aman. Ya, siapa lagi orang itu jika bukan Fella yang dengan cepat menemukan lemari terbuat dari besi itu untuk dijadikan tempat persembunyian sesaat sebelum Ero masuk ke dalam ruangan. Wajah Fella pucat pasi seolah dia baru saja menyadari sesuatu yang sangat mengerikan. “Sial, jadi pemilik mansion ini adalah anggota keluarga Romanov. Keluarga mafia paling besar dan terkenal di Italia itu. Sama saja aku sedang masuk ke sarang harimau kalau begini. Ck, kenapa Diego sampai tertinggal informasi ini sehingga tidak tahu kalau mansion ini milik seorang mafia. Bagaimana ini? Mana dari perkatananya tadi mafia itu sangat kejam dan tidak memiliki hati nurani.” Fella menjeda ucapannya, dia tiba-tiba bergidik ngeri seraya memeluk dirinya sendiri. “Bisa gawat kalau aku sampai tertangkap menyusup masuk ke mansionnya ini. Jika membunuh adik kandungnya saja dia tega, apalagi membunuh penyusup sepertiku. Mati aku. Aku harus secepatnya keluar dari sarang harimau ini.” Fella sudah mengambil keputusan untuk melarikan diri dari rumah itu sekarang juga selagi keberadaannya belum diketahui oleh sang pemilik mansion. Saat keluar dari ruangan itu, Fella sangat berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara dan sampai ketahuan. Namun, kondisi mansion memang sangat sepi seolah tak ada penghuninya. “Sepertinya kondisi sudah aman sekarang. Aku harus menghubungi Diego agar dia menjemputku di depan.” Fella mencoba menghubungi sang kekasih melalui earphone di telinganya yang akan tersambung dengan earphone yang seharusnya terpasang di telinga Diego juga. Namun, berapa kali pun dia mencoba menghubungi pria itu selalu gagal karena tidak tersambung. Dengan kesal, Fella pun melepaskan earphone yang terpasang di telinganya. “Ck, ada apa dengan alat ini? Kenapa tidak bisa tersambung pada Diego?” Fella mulai kebingungan karena tak bisa menghubungi kekasihnya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk melarikan diri dari mansion terlebih dahulu, dia yakin Diego pasti masih menunggunya di depan karena mustahil pria itu akan meninggalkannya. “Apa alasan Diego menghubungiku tadi karena dia tahu mansion ini milik mafia dari keluarga Romanov, ya? Ck, sial, seharusnya tadi aku mendengarkan perkataann Diego sampai selesai. Ternyata memang benar penyesalan itu selalu datang di akhir.” Fella memasang raut sendu, ada rasa takut dalam benaknya bahwa dia tak bisa melarikan diri dari mansion dan akan berakhir tertangkap. Fella dengan cepat menggelengkan kepala untuk menepis pemikiran buruk itu. “Tidak. Aku tidak boleh menyerah sebelum mencobanya. Selama ini aku tidak pernah gagal dalam hal menyusup ataupun melarikan diri. Kali ini pun aku pasti berhasil keluar dari sini dengan selamat. Ya, aku pasti bisa melakukannya.” Setelah meyakini dirinya pasti berhasil selamat, Fella pun mencoba membuka pintu yang akan membawanya keluar dari mansion itu. Namun, meskipun semua pintu sudah Fella coba buka, tak ada satu pun yang bisa dia buka karena semuanya dalam kondisi terkunci. Tahu tidak akan berhasil jika melewati pintu, Fella pun mencoba melarikan diri melalui jendela. Namun, sayangnya keadaan sama saja, semua jendela pun dalam kondisi terkunci. Fella bergegas berjongkok ketika dia sedang memeriksa salah satu jendela dan tiba-tiba ada cahaya yang menyorot ke arahnya dari luar mansion. Beruntung gerakan Fella sangat cepat dan lincah sehingga cahaya itu tak mengenai dirinya karena akan jadi berbahaya jika cahaya itu mengenainya karena sudah dipastikan dia akan tertangkap basah sedang menyusup. Setelah cahaya itu menyorot ke arah lain, Fella pun mencoba mengintip untuk melihat kondisi di luar mansion. Detik itu juga kedua mata Fella terbelalak seolah siap menggelinding keluar dari kelopaknya. “Sial, banyak sekali bodyguard yang berjaga di luar mansion, sepertinya mustahil aku bisa keluar dari mansion ini. Aku … sepertinya terjebak di sarang harimau ini. Hah, mati aku!” Yang bisa dilakukan Fella hanya mengembuskan napas frustrasi karena sadar jika seperti ini terus maka dia mustahil akan selamat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD