Bukan Sayang Bila Membuat Tak Nyaman GERIMIS turun tatkala Cika tiba depan rumah Bahri senja itu. Ia langsung menuju kamar Nuraida. Sebelumnya, diketuknya pintu perlahan. “Siapa?” tanya suara dari dalam yang tak lain Nuraida, istri Bahri. “Cika, Tan.” “Masuk! Tidak dikunci, ko!” sahut Nuraida. Cika mendorong pintu itu. Lalu terkuak. Dilihatnya, Nuraida baru beres menata pakaian yang disusunnya dalam lemari berpintu tiga. Cika duduk di atas karpet tebal berwarna hijau lumut bergambar kuda betina yang tergelar di atas lantai keramik putih. Nuraida menghampiri, ia pun duduk tak begitu jauh dari keponakannya. “Pada ke mana, Tan? Ko di rumah sepi?” “Om pergi jalan-jalan sore, meski gerimis. Anak-anak semua ikut. Mereka mau dibelikan mainan, yang gede pingin beli baju baru dan alat tulis