Bimbang

1333 Words
Didalam ballroom Keenan terlihat menghampiri Sindy dan kedua orangtuanya, setelah dia menyapa para tamu undangan. Dia bertanya keberadaan Pelangi karena tidak terlihat bersama mereka. "Langi kemana? Kok, nggak ada disini apa dia pulang duluan?" tanyanya. "Nggak Keen dia ketoilet. " Bu Rani menjawab. Tak lama terlihat Pelangi berjalan menuju mereka. "Tuh dia, panjang umurnya baru diomongin udah muncul. " Pelangi bertanya pada Bu Rani, karena dia heran orang-orang disitu melihat kearahnya. "Ada apa Mah kok, pada liatin Langi? " "Nggak Sayang, itu tadi Keenan nanyain kamu." "Ohh, kirain ada apaan. Mah acaranya udah selesai ya? " "Iya Sayang udah, kenapa apa kamu mau pulang?" "Iya Mah boleh Langi pulang duluan?" "Boleh, sebentar Mama ke petugas katering dulu ngambil makanan buat Bunda kamu." "Gak usah repot-repot, Mah." "Nggak kok, sebentar tunggu Mama." "Baik, Mah. " Keenan mendekati Pelangi, dia melontarkan pertanyaan. "Langi mau pulang? biar Mas antar." "Iya, tapi sepertinya nggak perlu Mas, makasih. Langi pulang sama Ayah aja." "Tapi, kan Ayah mu harus nganterin Mama sama Papa dulu." "Oh, iya. Langi lupa, kalau gituh Langi naik taxi aja." "Tidak Langi biar Mas antarkan kamu pulang. Nanti pulangnya bisa barengan sama Sindy, Mas antarkan dia dulu setelahnya kamu. Tidak ada penolakan, oke!" dengan tegas Keenan berucap. Tak ada pilihan selain mengikuti apa yang Keenan mau. Akhirnya gadis itu menyetujuinya. "Baik Mas, tapi apa Mbak Sindy tidak keberatan jika Langi numpang ke kalian?" "Tidak sama sekali adik manis, " sambil memamerkan senyum terindahnya Sindy menimpali, " tuh Mama udah dateng ayo kita siap-siap," ucapnya kembali. "Nih Sayang makanannya, maaf Mama nggak bisa jenguk. Bilangin ke Bunda lain kali Mama ke sana." "Iya Mah, makasih untuk semuanya. Kalau gituh Langi izin pulang dulu ya mari Mah, Pah," pamit Pelangi. Sementara kedua orang tua itu pun mengangguk. "Pulangnya kamu sama siapa? Apa mau barengan sama Mama dan Papa?" tawar Rani. "Nggak Mah, tadi Langi diajak bareng sama Mbak Sindy juga Mas Keenan." "Oh— gituh hati-hati dijalan ya. Sin, salam buat Mama sama Papa kamu, tadi mereka buru-buru pulang Mama nggak sempet nyapa lagi." "Baik Mah, Sindy pulang dulu ya, ayo Keen, Langi kita berangkat sekarang." Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Sesampainya di parkiran Keenan segera memasuki mobil dan membukakan pintu secara otomatis kepada keduanya. Dengan Sindy duduk di depan dan Pelangi di belakang sendirian. Mobil yang di kendarai Keenan, melaju membelah jalanan ibu kota yang terlihat masih ramai walau telah malam. Di mobil suasana hening, karena tidak ada seorang pun yang bersuara hanya terdengar alunan musik yang memutar lagu galau. Entah menggambar kan suasana hati siapa, yang pasti liriknya sangat menyentuh hati Pelangi. Hingga tak terasa air mata mengalir dikedua pipinya. Keenan melirik dari kaca spion dahinya mengernyit melihat lehlehan air mata Pelangi. "Langi, kamu kenapa nangis? Apa ada yang sakit?" telisiknya terlihat panik. "He, he, he." Pelangi malah terkekeh kecil " Nggak kenapa-napa kok, Mas itu cuma terbawa suasana aja denger lirik lagunya. Langi lebay, ya? " jawabnya terlihat tak enak hati. "Ada-ada aja kamu tuh Langi kirain ada yang sakit, lagian liriknya juga ya bikin baper apalagi kalau yang sedang ngalamin pasti dalem banget," ujar Keenan. "Kamu mah Keen putar lagunya yang lagi galau, Langi jadi sedih tuh, " ucap Sindy sambil geleng-geleng kepala. "Maaf tapi lagunya enak didengar, kok." "Bukan sedang menggambarkan suasana hati kamu kan, Keen? " sembari tersenyum tipis Sindi berkata lirih. Keenan menjawab dengan terbata -bata. "Bu- bukan lah Sin, aku cuma lagi suka aja." Keenan berusaha menutupi suasana hatinya. Sindy tak menjawab lagi, dia diam dengan senyum terkulum seperti mengisyaratkan sesuatu . Setelah beberapa saat mobil pun memasuki area komplek perumahan Sindy. Tak berapa lama akhirnya sampai di depan rumahnya, Sindy pamit turun duluan pada Keenan dan Pelangi. "Sampai juga nih, kalian mau mampir dulu nggak?" tawar Sindy dengan senyum lebarnya. "Tidak saat ini ya Sin, udah malem kasian Pelangi nanti pulangnya kemaleman, salam aja sama Mama juga Papa kamu. Maaf aku nggak turun dulu, harap di maklumi." "Ohh, oke kalau nggak pada mampir dulu. Baik Keen, nanti aku sampaikan pada mereka. Ehh, Langi duduknya pindah kedepan dong, kasihan Keenan kalau kamu duduk dibelakang nanti dikira sopir taxi, hi hi hi. " Sindy terkekeh kecil menggoda Pelangi. "Baik Mbak aku pindah duduknya, maaf aku nggak mampir dulu dan juga harus ngerepotin Mas Keenan," sesal Pelangi. "Udah nggak apa-apa, lagian kamu kan adik kesayangannya Keenan iya kan, Keen?" Sindy melempar pertanyaan pada Keenan situnangan rasa orang lain. Karena hubungan mereka berasa hambar tak seperti pasangan yang lainnya. Mereka ada hubungan karena sebuah perjodohan. "Iya, kamu tenang aja Langi aku nggak berasa direpotin kok. Sin, aku balik dulu, ya." "Oke, Keen. Hati -hati bawa mobilnya, dahhh Langi—" ucap wanita itu sembari melambaikan tangannya. "Dadah—Mbak aku pamit," balas Pelangi melakukan hal yang sama membalas melambaikan tangan. Sindy mengangguk kecil. Mobil yang dikendarai Keenan meluncur membelah gelapnya malam ******* Sementara dimobil Keenan bersama Pelangi saling diam, mereka larut dalam pikiran masing -masing. Hingga akhirnya suara Keenan memecah keheningan "Langi boleh Mas minta pendapat kamu?" tanyanya dengan hati-hati. Pelangi mengernyitkan dahi, tak mengerti dengan arah pembicaraan Keenan yang meminta pendapatnya. "Maksud Mas minta pendapat apa pada Langi? Terus terang Langi nggak paham." "Jadi gini menurut kamu, Mas harus gimana tentang hubungan Mas sama Sindy? Apa Mas harus melanjutjan atau tidak melanjutkannya? Soalnya Mas rasa hubungan ini terasa hambar kami tidak saling mencintai, Mas takut kalau dilanjutkan akan ada yang tersakiti. Apalagi jauh sebelum mengenal Sindi, hati Mas telah terpaut pada pesona seseorang. Namun katanya dia mencintai orang lain, Mas jadi bingung Langi. Tolong kasih Mas pendapat." "Mmh, Langi juga bingung Mas. Haruskah Langi memberi pendapat sementara perasaannya Langi pun sama mencintai namun tak bisa memiliki," sesaat hening kembali, hanya helaan napas Keenan yang begitu berat. Tanpa terasa mereka tiba dirumah Pelangi, Keenan gegas memarkirkan mobil dihalamannya.Tanpa mematikan mesin mobil nya Keenan memandangi Pelangi lekat. Dengan dipandangi begitu insten Pelangi menjadi salah tingkah. Dia menjadi kikuk sendiri. "Udah dong Mas, jangan mandangin Langi seoerti itu Langi jadi malu nih. " Keenan tersenyum tipis, tangannya terulur membelai wajah Pelangi pelan. "Langi, boleh Mas peluk kamu? Mas rindu masa kita kecil dulu saat suka peluk -peluk kamu ketika sedang sedih," tanpa mau mendengarkan jawaban Pelangi Keenan langsung memeluk Pelangi dengan eratnya. "Mas rindu masa itu Langi, sekarang andai kamu sedang sedih datanglah pada Mas karena bahu Mas akan selalu siap untuk dijadikan sandaran mu," begitu lirih Keenan berbisik ditelinga Pelangi. Sedang Pelangi dia tidak bisa berkata-kata, karena syok mendapat serangan mendadak dari Keenan. Terlihat tubuh dia menegang, namun lama-lama dia menikmati juga. momen tersebut, karena dia juga merasa nyaman berada dipelukan Keenan. "Langi apa pun yang terjadi jangan pernah menganggap kamu hidup sendirian karena Mas sama kakak kamu akan selalu melindungi!" Keenan mengurai pelukannya, dia menatap manik mata Pelangi dalam. Yang membuat Pelangi menjadi salah tingkah. tanpa permisi dia menyatukan bibirnya dengan bibir Pelangi, tangannya terus mendorong tubuh Pelangi hingga terbentur di jok mobil. Dia terus memperdalam ciumannya hingga terdengar decapan bibir yang saling bersentuhan. Mata Pelangi pun membeliak saking kagetnya tak menyangka Keenan akan senekat itu mencium dirinya. Setelah menyadari semuanya Pelangi mendorong d**a Keenan hingga bibir yang sedang bertautan pun terlepas. "Mas, hanya kata itu yang mampu terucap dari bibir tipis milik Pelangi. "Maaf kan Mas Langi, Mas hanya ingin orang pertama yang merasakan ciuman pertama kamu itu Mas. Kamu jangan marah ya." Pelangi hanya diam mematung sambil menetralkan detak jantungnya yang menggila akibat ulah Keenan. Dengan melambai -lambaikan tangan didepan wajah Pelangi Keenan berseru. "Udah malam kita masuk yuk! Takutnya nant dicariin Ayah sama Bunda kamu loh," dia berbicara tanpa beban setelah apa yang barusan telah dibuatnya. "Ba-baik Mas makasih udah mau nganterin, permisi aku turun duluan." "Oke." Sembari membuka pintu mobil Keenan turun. "Mas mau kemana ko ikutan turun?" terlihat heran Pelangi memberanikan diri bertanya. "Mau ngantar kamu sampai rumah, kenapa nggak boleh? aku mau sekalian pamit sama Ayah dan Bunda kamu." "Ohh ya udah tapi jangan lama-lama ya Mas, nggak enak sama tetangga." "Baik adik cantik, ayo sini Mas bawain makanannya," gegas mereka pun masuk kehalaman rumah. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD