bc

Cinta Satu Atap

book_age18+
2.8K
FOLLOW
16.6K
READ
love after marriage
dare to love and hate
drama
twisted
bxg
campus
enimies to lovers
sassy
lecturer
actress
like
intro-logo
Blurb

Sequel dari cerita Azalia Istri Seorang Mafia. Warning 18+ bijak dalam memilih bacaan.

"Apa benar bahwa cinta hadir karena dua insan telah terbiasa? Jika itu benar, maka aku sangat bersyukur sebab bertemu dengannya." Gianna Alleva FR.

"Aku sudah bekerja keras untuk ini. Tolong jangan kecewakan aku," kata gadis itu sebelum mendarat di kursi depan Azzima.

Azzima menarik napas panjang seraya melipat kedua tangan di depan perut. Kemudian dia menghembus damai. "Silahkan," kata pria itu.

Gianna menatap pria itu intens, mencoba untuk menarik perhatian, setidaknya sampai pria itu luluh dan mempermudah semua urusannya di mata kuliah ini. Namun dia gagal total sebab Azzima tak mengubah raut wajahnya sama sekali meski kedua mata pria itu membalas tatapannya.

Gianna menelan saliva, entah mengapa malah dirinya yang kembali terjerumus dalam pesona pria itu. Dia menggigit bibir, beberapa kali sudah napasnya terhembus, mendesah kecil sebab hormon di tubuhnya meningkat.

"Waktumu tiga puluh detik dari sekarang," ucap Azzima dengan tatapan datarnya, membuyarkan rencana gadis itu.

"A-apa?" Gianna terperanjat.

Azzima menumpukan kedua tangannya yang terpaut di atas meja, lalu sedikit mengikis jarak di antara mereka. "Kau sedang mencoba menggodaku?"

"Hah?" Gianna terkejut. Namun gadis itu pura-pura tidak tahu. Kini kedua matanya hanya terfokus pada mata pria itu.

Tegukan saliva kembali Gianna lakukan. Hal itu terjadi sebab wajah Azzima semakin mendekat ke arahnya.

"Jangan ulangi hal itu, atau kau tidak bisa berjalan selama seminggu," ucap pria itu, serius. "Keluar dari ruanganku," tambahnya.

Tanpa berpikir panjang Gianna bangkit dari tempat duduk. Tiba-tiba gadis itu kepanasan, otak bekunya sampai mencair tetapi seketika berhenti berpikir. Segera dia berlari menuju ke toilet.

Jangan lupa tap love di bawah sampai jadi warna putih, dan klik nama taci fey di atas untuk follow akun penulis dan membaca semua karyanya.

chap-preview
Free preview
1. Dosen dan Mahasiswinya
"Perkembangan zaman mengubah pola pikir dan teknologi. Perubahan itu tak melulu ke arah yang positif. Dewasa ini, nilai-nilai moral dan budi pekerti cukup sulit untuk ditemukan. Bukan sebab manusianya, melainkan sebab pendidikan yang semakin …." Seorang gadis sangat serius memperhatikan pria yang sedang menjelaskan di depan sana. Bukan, dia bukan mendengarkan penjelasannya, melainkan memperhatikan bentuk tubuh dan lekuk wajah pria itu. Sangat mempesona, tubuhnya kokoh, bahunya lebar, bibirnya seksi, alisnya tebal terbentuk sempurna, matanya coklat sepaket dengan bulu yang mata lentik. Jakun pria itu bergerak seiring dengan suaranya yang keluar. Hal itu membuat gadis yang sedang melihatnya meneguk saliva. Azzima Alesandro, dua puluh tujuh tahun, seorang dosen muda yang baru mengajar tiga minggu di kampus ini. Dia baru melakukan pertemuan sebanyak tiga kali, tetapi pesonanya sudah tersebar ke seantero kampus. Pria itu dikenal sebab memiliki wajah yang tampan. Orang-orang menyebut dirinya lebih cocok menjadi model daripada seorang dosen. Namun, kedisiplinan dan kepandaian pria itu sebagai dosen tidak bisa disepelekan. Gianna menggigit bibirnya, pikirannya sudah traveling sejak sepuluh menit yang lalu. Otak beku gadis itu sedang membayangkan hal yang tak seharusnya dia bayangkan. Ber-cinta dengan dosen yang baru saja memarahinya sebab datang terlambat mungkin sangat mengasyikkan, pikir gadis itu. "Aaaahh … yes, Sir. Aku akan membayar keterlambatanku …." "Kau suka?" "Yah … jangan berhenti … hmm nikmat …." "Gianna." "Aahhh …." "Kau mendengarku?" "Yes, Honey!" "Hei." "Hmmm …." Sampai akhirnya sebuah pena mendarat di kepala gadis itu. Pena itu berasal dari gadis yang duduk di kursi sebelahnya. "Akh!" Gianna tersadar dari lamunannya. "Kau tidak mendengarkan penjelasanku?" tanya Azzima pada Gianna untuk kesekian kalinya. "Ah?" Dia kebingungan. "Dengar," jawabnya. "Kalau begitu jelaskan." Gianna mematung, apa yang sejak tadi dia pikirkan. Apa yang telah dilakukan oleh otak bekunya. "Aarhh!" Gadis itu memukul-mukul kepalanya sendiri. Azzima menghela napas seraya menggeleng. "Kau mendapat tugas esai tentang materi hari ini." "T-tapi …." "Kau harus mengumpulkannya pada pertemuan selanjutnya." "Sial!" batin Gianna. Kenapa bisa-bisanya dia berpikir sedang ber-cinta dengan dosen killer itu. *** Halaman parkir di depan gedung kampus tampak ramai dipenuhi oleh mahasiswa. Tak hanya mahasiswa, beberapa dari kalangan wartawan dan reporter pun turut andil memenuhi tempat itu. Mereka sedang menunggu sebuah mobil yang akan menepi dan parkir di sana. Mobil yang ditumpangi oleh aktris cantik seantero negeri. Gianna Alleva FR, bidadari negara, idola masyarakat, yang selalu ditunggu-tunggu kemunculannya. Kabar dan berita tentangnya selalu berhasil menduduki peringkat pertama dalam stasiun digital. Bukan karena dia mahasiswi berprestasi, melainkan sebab cuitan dan postingan konyol yang selalu gadis itu unggah. Belum lagi sebab perannya dalam drama yang selalu mendatangkan tawa bagi banyak orang. "Kau sudah mengerjakan esaimu, Nona?" tanya Manager Lim ketika mobil yang mereka tumpangi tepat berhenti di tengah kerumunan orang-orang yang menunggu Gianna. "Tidak perlu khawatir Manager Lim. Aku bahkan sudah memberikan cinta di setiap bait esaiku," jawab Gianna. Pintu di samping gadis itu dibuka, seketika saja orang-orang berebut ingin berbicara dan bersalaman dengannya. "Nona, apa kau akan menyelesaikan kuliah tahun ini?" tanya seorang reporter yang sudah siaga di depan gadis itu. "Tentu saja. Aku akan menjadi salah satu peserta wisuda tahun ini," jawab Gianna yang didampingi oleh manager serta tim pengawal agensinya. "Bagaimana dengan pernikahan? Apa kau akan menyiapkan pernikahan setelah lulus?" Gianna tertawa hampir terpingkal, tetapi gadis itu mencoba untuk menahannya. "Bukankah aku masih terlalu muda untuk menikah?" jawabnya seraya mengedipkan mata di depan kamera. Hal itu membuat mereka ikut tertawa. Sampai akhirnya Gianna tiba di lobi kampus. Para reporter dan wartawan itu tidak diizinkan lagi untuk mengikuti Gianna. Kelas yang akan diikuti gadis itu sudah mulai sejak lima belas menit yang lalu. Dia terlambat, tetapi hal itu tak menjadi masalah baginya. Padahal, dosen yang mengampu kelasnya sangat lah killer. "Kau sudah menyelesaikan esaimu?" "Bapak tidak perlu khawatir. Aku sudah menyelesaikannya dengan sepenuh hati dan jiwa." Gianna memberikan esainya pada dosen itu. Dosen yang menurutnya selalu serius dan sulit untuk diajak bercanda. Azzima menghela napas singkat sebelum menerima esai gadis itu. "Ini sudah ketiga kalinya kau terlambat. Kelas berikutnya aku tidak akan menerima siapa pun yang terlambat, termasuk dirimu." Sejenak Gianna bergeming dalam posisinya. "Bukankah aku sudah izin dengan Bapak? Aku punya banyak jadwal yang harus---" "Itu bukan urusanku," potong Azzima. "Duduk atau keluar dari kelasku sekarang juga," ucap pria itu sebelum kembali untuk menjelaskan materinya. Gianna mematung sebelum akhirnya melayangkan tinju-tinju di udara pada dosen menyebalkan itu. Dia membuat seisi kelas menutup mulut menahan tawa, entah sebab mencibir atau mendukung gadis itu. Azzima yang menyadari hal itu pun menoleh, membuat Gianna berhenti seketika dan melempar senyum ramah padanya. Selanjutnya, pria itu mengambil pena merah, lalu memberikan nilai pada esai Gianna. Huruf E berukuran sangat besar menghiasi bagian depan esai gadis itu. Azzima mengembalikannya sambil berkata, "Kau harus mengulang." Mulut Gianna membuka lebar. "Kau bahkan belum membacanya sama sekali, bagaimana bisa kau memberikan aku nilai E." Gadis itu keceplosan. Memang, usianya dengan dosen itu tidak berbeda jauh, bahkan sama, hanya terpaut beberapa bulan. Hal itu terjadi sebab Gianna selalu mengulang kuliahnya. Sulit bagi gadis itu untuk lulus dan menyelesaikan kuliah sebab kesibukan pribadinya. Namun apa yang dia ucapkan barusan tetap saja tidak sopan. Alhasil, Gianna diusir dari kelas. Kini berita tentang skandalnya kembali menjadi topik terhangat. Berbagai artikel tentang Gianna yang diusir dari kelas sejarah dan mendapat nilai E tersebar bagaikan jamur di media digital bahkan stasiun TV. Ini memang bukan pertama kalinya dialami gadis itu. Sejak Azzima menjadi dosen dan mengampu kelas umum sejarah peradaban di kampusnya, sejak itulah kesempatan Gianna untuk lulus semakin sulit untuk digapai. Tak hanya skandal di dunia peraktingan, dia juga memiliki skandal di dunia pendidikan. Gianna meloloskan kepalanya di ujung kasur, membiarkan ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai. Malam adalah waktu baginya untuk mengeluh. Gadis itu menghembuskan napas untuk kesekian kalinya hari ini. Rasanya dia ingin berhenti kuliah saja. Namun sebagai tokoh publik, dia tidak boleh mengecewakan para fans yang menginginkan dirinya menyelesaikan pendidikan. "Dosen itu menyebalkan sekali. Kenapa dia harus mengajar di kelasku." Ucapan gadis itu lolos seiring dengan napas yang keluar. Sedetik kemudian, tiba-tiba saja ide cemerlang melintas di benaknya. Sebuah ide kotor untuk menyogok dosen itu. *** Suara getaran ponsel memanggil Azzima. Pria itu melangkah untuk melihat siapa pemanggilnya. Setelah melihat nama yang terpajang di layar, Azzima segera menjawabnya. "Kau merindukanku?" tanya pria itu. Terdengar suara decakan dari seberang sana. "Apa yang kau lakukan pada aktris itu? Kau tidak kasihan padanya? Kenapa memberinya nilai E?" berundung wanita di sana. Azzima tersenyum simpul. "Dia pantas mendapatkannya." Terdengar helaan napas dari ponsel Azzima. "Bagaimana kabarmu di sana? Tidak melihatmu selama sebulan penuh membuat Mama merindu," kata Azalia. "Bukankah benar dugaanku, kau merindukanku," ucap Azzima. Lagi-lagi Azalia mendecak. "Aku ibumu, setidaknya panggil aku Mama," protesnya. Azzima tertawa. "Baiklah, Mamaku tersayang." Satu alasan yang terkadang membuat Azzima lebih santai berbicara dengan ibunya. Dia tidak ingin melihat wanita itu menua. Dia ingin Azalia tetap muda dan menjadi penasihat terbaik serta teman untuknya. Wanita itu lah yang menjadi cinta pertamanya, yang berbicara pertama kali padanya, yang memberikan kasih dan sayang untuknya. Ya, dia lah seorang ibu, yang akan selalu Azzima cintai sampai akhir hayat. Tanpa terasa pagi kembali datang. Saat ini Azzima berada di ruangannya, sedang mengoreksi beberapa tugas mahasiswanya. Kemudian, pintu ruangannya itu diketuk. "Siapa?" "Aku," jawab Gianna di depan sana. Azzima memiringkan kepala, menyadari siapa yang akan datang. Ini sebuah pencapaian luar biasa yang dilakukan gadis itu sebab menyempatkan diri untuk menemui dosen dan memperbaiki nilai. "Kau sudah mengatur jadwal untuk bertemu denganku?" Gianna menggeram, merasakan sindiran yang sangat nyata dari dosen itu. "Masuk," kata Azzima setelahnya. Dibukanya pintu ruangan Azzima. Di tangan gadis itu sudah terdapat esai yang baru. Dia sudah bekerja keras semalaman untuk menghasilkan esai itu. Ralat, bukan menghasilkan esai, melainkan latihan untuk menggoda pria itu. "Aku sudah bekerja keras untuk ini. Tolong jangan kecewakan aku," kata gadis itu sebelum mendarat di kursi depan Azzima. Azzima menarik napas panjang seraya melipat kedua tangan di depan perut. Kemudian dia menghembus damai. "Silahkan," kata pria itu. Gianna menatap pria itu intens, mencoba untuk menarik perhatian, setidaknya sampai pria itu luluh dan mempermudah semua urusan perkuliahannya di mata kuliah ini. Namun dia gagal total sebab Azzima tak mengubah raut wajahnya sama sekali meski kedua mata pria itu membalas tatapannya. Gianna menelan saliva, entah mengapa malah dirinya yang kembali terjerumus dalam pesona pria itu. Dia menggigit bibir, beberapa kali sudah napasnya terhembus, mendesah kecil sebab hormon di tubuhnya meningkat. "Waktumu tiga puluh detik dari sekarang," ucap Azzima dengan tatapan datarnya, membuyarkan rencana gadis itu. "A-apa?" Gianna terperanjat. Azzima menumpukan kedua tangannya yang terpaut di atas meja, lalu sedikit mengikis jarak di antara mereka. "Kau sedang mencoba menggodaku?" "Ah?" Gianna terkejut. Namun gadis itu pura-pura tidak tahu. Kini kedua matanya hanya terfokus pada mata pria itu. Tegukan saliva kembali Gianna lakukan. Hal itu terjadi sebab wajah Azzima semakin mendekat ke arahnya. "Jangan ulangi hal itu, atau kau tidak bisa berjalan selama seminggu," ucap pria itu, serius. "Keluar dari ruanganku," tambahnya. Tanpa berpikir panjang Gianna bangkit dari tempat duduk. Tiba-tiba gadis itu kepanasan, otak bekunya sampai mencair tetapi seketika berhenti berpikir. Segera dia berlari menuju ke toilet. *** Halo, aku telah melakukan revisi pada bab-bab awal cerita ini. Selamat menikmati revisinya :) Story ini adalah sequel dari cerita Azalia Istri Seroang Mafia. Latar waktu dan tempat dalam cerita ini sudah berjalan beberapa tahun ke depan. Happy reading dan jangan lupa tap love buat cerita ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Arrogant CEO

read
272.8K
bc

Om Duda Nikah Lagi

read
77.0K
bc

I Love U Dokterku

read
149.0K
bc

When Janda Meet Duda

read
221.9K
bc

Tuanku Suamiku

read
466.2K
bc

Hidden Love

read
26.3K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook