Bengkel Sejahtera

1850 Words
Seusai mengobrol banyak dengan Zidan dan juga istrinya yang bernama Oktavia atau dikenal sebagai dosen Via, kini Nirmala pun akhirnya bisa keluar juga dari lingkungan kampus. Selama berbincang-bincang dengan dosen Via, banyak hal yang ia informasikan kepada Nirmala. Mengingat dirinya yang akan menjadi dosen pengganti sementara dosen Via cuti melahirkan, maka tentu ada beberapa poin yang perlu Nirmala ketahui sebelum ia menunaikan tugas mengajarnya di kampus Buana Putih. Ya, meski hanya secara garis besarnya saja, tapi dosen Via sempat mengatakan bahwa ada beberapa mahasiswanya yang terbilang bandel sekali setiap kali mengikuti kelasnya. Memang selama ini dia masih bisa mengendalikan keadaan jika beberapa mahasiswa itu berniat membuat onar di lingkungan kampus terutama ketika di kelasnya, tapi Nirmala? Dia bahkan adalah warga baru yang akan memulai karirnya di Buana Putih. Untuk itu, dosen Via pun memberikan sedikit kiat-kiat dalam menghadapi kenakalan para mahasiswa yang sepertinya masih suka sekali memposisikan dirinya sebagai anak remaja yang doyan membikin ulah. Seperti misalnya, dia akan menciptakan keributan di dalam kelas dengan cara yang tidak pernah terpikirkan oleh orang-orang normal pada umumnya. Membuat sang dosen merasa kewalahan jika situasinya begitu dadakan. Tapi, mengingat dosen Via sudah cukup ahli dalam menghalau segala macam ulah anehnya si mahasiswa tersebut, maka tentu ia pun masih bisa menangani setiap kasus yang dihadapinya. Oleh karena itu, dosen Via pun menyarankan agar Nirmala tidak mudah terbawa emosi ketika suatu saat ia diuji oleh perbuatan sang mahasiswa. Sebab, semakin emosinya kentara terlihat, maka akan semakin sengaja juga dia mengaduk emosi si dosen. Untuk itu, Nirmala pun mungkin akan mulai menerapkan tentang apa-apa saja yang sudah diberitahukan oleh istri dari teman semasa SMA-nya tersebut. "Aku rasa kamu memang perlu melakukan kiat-kiat yang istri aku kasih deh, La. Soalnya setahuku, sebagian mahasiswa di kampus ini tuh emang bandel-bandel. Bahkan katanya, pernah beberapa kali mereka terciduk lagi tawuran sama kampus sebelah. Tapi ya gitu, meskipun udah ditegur sama bagian kemahasiswaan bahkan sama dekan sekalipun, rasanya mereka gak pernah kapok. Jadi semacam sesuka hati mereka aja gitu, La. Bener-bener tingkah yang mereka tunjukkan tuh gak mencerminkan seorang mahasiswa. Udah mirip kayak anak ABG aja gitu pokoknya. Kalo aku pribadi sih ya, misalkan disuruh ngajar jadi dosen di kampus ini, udah deh mending mundur sebelum bertempur. Gak akan kuat aku, La. Tapi untung aja nih istriku gak punya mental tempe kayak suaminya. Jadi sejauh ini, dia masih fine fine aja ngajar di Buana Putih. Cuma ya karena dalam rangka menghadapi bulannya dia melahirkan, jadi mau gak mau dia harus cuti dulu. Maklum, lahiran anak pertama, harus serba dipersiapkan...." seloroh Zidan terkekeh. Yang kemudian Nirmala lihat, istrinya pun mesem-mesem sendiri di tengah jemarinya yang aktif mencubit kulit lengan suaminya. Entah kenapa, melihat Zidan dan istrinya, membuat Nirmala jadi sedikit berkhayal. Jika nanti ia menikah, mungkin gak sih mereka akan terlihat harmonis dan semanis itu di depan banyak orang. Ya walaupun Nirmala tahu betapa nano-nanonya kehidupan rumah tangga yang sempat ia curi dengar dari beberapa temannya yang sudah lebih dulu berumah tangga. Katanya, kehidupan sehabis menikah itu gak semanis seperti masa-masa mereka pacaran. Pahit asamnya mulai terasa di kala mereka sudah memasuki kehidupan pasca menikah. Walaupun di awal-awal masih terlihat manis dan romantis, tapi semakin hari, pasangan itu akan mulai menunjukkan belangnya masing-masing. Ya, semacam pertunjukkan apa adanya yang diperlihatkan oleh satu sama lain. Hidup bersama di bawah atap yang sama di setiap harinya, tentu akan membuat pasangan itu saling mengetahui baik buruknya masing-masing. Untuk itu, dari sanalah setiap pasangan yang sudah menikah patut untuk memahami sifat aslinya satu sama lain. Sebab yang akan dilalui oleh mereka bukanlah jangka waktu yang ada batasnya, melainkan mereka akan menjalani suka dukanya secara kompak untuk waktu yang sangat lama. Maka begitulah kehidupan pernikahan, setiap pasangan dianjurkan untuk membuang egonya masing-masing jika mereka menginginkan sebuah kehidupan yang lebih terarahkan dibanding kehidupan yang saling mempertahankan egonya sendiri tanpa mau melepaskannya. Nirmala terkesiap dari lamunan kecilnya ketika ia mendengar bunyi bising yang berasal dari knalpot motor yang baru saja melewatiya. Sungguh tidaklah sopan bagi siapapun yang sudah berani melintasinya dengan cara seburuk itu. Lagipula, kenapa sih motornya harus dipasangi knalpot berisik seperti itu. Selain mengganggu, asap yang dikeluarkannya juga menimbulkan polusi udara. Andai saja Nirmala tahu siapa pelakunya, maka mungkin ia bisa sedikit memberikan teguran pada siapapun yang sudah mengendarai motor tersebut. "Bener-bener miris ya kelakuan anak muda zaman sekarang. Sudah minim ahlak, etikanya pun gak dipasang. Gak tau lagi deh harus menyikapinya seperti apa. Semoga aku dijauhkan dari anak muda yang doyan bertingkah aneh apalagi suka berbuat ulah!" desis Nirmala memanjatkan doa. Kemudian tak lama dari itu, ojek online yang dipesannya beberapa saat lalu pun sudah memunculkan diri di depan Nirmala yang sigap mendekat. *** BENGKEL SEJAHTERA. Bersama dengan Taksa, Rasen pun kini sedang berada di sebuah bengkel yang sudah beberapa kali ia datangi untuk merevarasi motor trailnya. Entah kenapa, di saat sebagian cowok seusianya menyukai jenis motor ninja dan sport lainnya, justru Rasen lebih suka motor trail sebagai kendaraan sehari-harinya. Jenis motor gunung itu tampaknya lebih menarik hati dibanding ninja atau harley sekalipun. Untuk itu, setiap dua bulan sekali, Rasen tentu akan memeriksakan motornya tersebut ke bengkel langganan yang salah satu pekerjanya adalah teman akrab Taksa di masa SMP-nya dulu. "Gimana nih, Bos? Apanya lagi yang mau diganti?" tanya Budi akrab. Dia adalah teman Taksa yang bekerja sebagai montir andalan di bengkel Sejahtera. "Ini nih, Bud, gue kayaknya mau ganti stopper ban-nya aja deh. Udah gak enak kalo dibawa adventure ke pegunungan. Apalagi kalo jalannya berlumpur, ngeri euy kalo gak buru-buru diganti," ujar Rasen bergidik. Sementara itu, Budi pun hanya manggut-manggut saja di tengah matanya yang melayang ke arah bagian ban dan juga pelek yang ada di trailnya Rasen. "Cuma ganti stopper-nya doang? Yang lainnya gimana?" lanjut Budi bertanya. Seakan-akan ia memberi kode kepada Rasen bahwa jangan hanya satu item saja yang diganti, yang lainnya juga dong! Sekiranya, seperti itulah makna dari kode yang sempat Budi utarakan. Rasen membentuk garis lurus di bibirnya. Kemudian satu jarinya pun ia ketuk-ketukan di ujung dagunya. "Emm, untuk sementara itu ajalah dulu, Bud. Nanti kalo perlu ada yang diganti lagi di bagian lainnya gampang lah, tinggal ke sini aja lagi. Iya gak, Sa?" lontar Rasen meminta pendapat Taksa. "Yoi!" sahut temannya itu singkat. Hingga setelahnya, Budi pun langsung mengacungkan ibu jarinya sambil bersiap untuk memulai pekerjaannya. Akan tetapi, sebelum sempat montir itu benar-benar menyentuh motornya Rasen, tiba-tiba sebuah suara merdu tampak menguar tertangkap oleh mereka bertiga. "Permisi, Mas... Motor yang tadi pagi saya bawa ke sini udah beres belum ya?" tanya si pemilik suara tersebut. Membuat Rasen, Taksa dan juga Budi sigap menoleh ke sumber suara merdu yang sempat mengusik pendengaran mereka. Untuk beberapa detik pertama yang mereka lakukan, tiga-tiganya serempak terpana oleh wajah ayu si perempuan yang kini sedang berdiri di hadapan mereka. Namun selanjutnya, khususnya bagi Rasen, ia lantas terkesiap kaget karena rupanya sosok perempuan itu adalah perempuan yang sama yang sempat bertabrakan dengannya tadi di belokan koridor kampus. Sama halnya dengan Rasen, perempuan berparas ayu yang tak lain adalah Nirmala pun harus membelalak kaget tatkala ia yang kembali bertemu muka dengan pemuda songong untuk ketiga kalinya di hari ini. "Wah, wah, wah. Gak di kampus, gak di bengkel, kita sering banget ketemu ya. Ya walaupun baru dua kali doang sih. Tapi gak tau kenapa, kok gue ngerasa kalo kita bakalan sering ketemu...." tutur Rasen percaya diri. Sementara itu, Nirmala hanya menatapnya tak minat meski kini kekesalan mulai menguar ke permukaan. Taksa yang mendengar perkataan Rasen pun lantas melirik spontan ke arah sohibnya itu. Penasaran dengan apa yang Rasen bicarakan, Taksa pun seketika mencolek lengan temannya itu sambil bertanya, "Lu kenal, Sen?" Melirik balik, Rasen pun menjawab, "Belum sih, tapi udah dua kali ini gue ketemu sama dia. Gimana menurut lo? Jangan-jangan gue sama dia berjodoh kali ya. Soalnya kan kata si Afgan juga Jodoh pasti bertemu," ujar Rasen ngaco. Membuat Taksa dan Budi yang ikutan mendengarnya sontak tergelak secara serempak. Nirmala yang merasa semakin kesal karena dijadikan bahan lawakan oleh para pemuda itu pun hanya bisa menahan diri agar tidak mengamuk seperti seekor singa betina. Ya, Nirmala harus belajar untuk mengendalikan emosinya. Jika tidak, maka ia akan meledak-ledak dan tak pernah bisa untuk menahan kemarahannya di kala nanti ia bertemu dengan mahasiswa pembuat onar yang sempat dikatakan oleh dosen Via tadi. Untuk itu, daripada meladeni kelakarnya si pemuda songong itu, maka dengan cepat Nirmala pun berdeham kencang sembari berkata, "Mas, saya ke sini buat nanyain motor saya yang tadi pagi sempat dibawa ke sini. Udah bener apa belum ya? Kalo memang Masnya gak bisa jawab, saya bisa ketemu sama montir lainnya gak yang bisa saya ajak bicara!" Mendengar nada ketus yang terselip dalam perkataan sang gadis, Budi pun lantas mendadak panik hingga akhirnya ia meminta izin pada Rasen untuk mengurus dulu konsumennya yang satu ini. "Bos, gue anter dulu nona itu ke dalam ya buat cek motornya yang tadi dibawa ke sini. Sehabis itu, gue janji bakal langsung garap motor lo ini sesuai dengan apa yang lo mau," ujar Budi kemudian. "Santai lah, Bud. Gue mah gak buru-buru. Mending lo urusin dulu aja motornya si Mbak Cantik ini. Ngeri dong kalo dia keburu murka. Bisa ditelen idup-idup lo entar sama dia," balas Rasen sembari mengibaskan sebelah tangan. Lalu di kalimat terakhirnya, ia pun sempat memelankan nada suaranya meski sebenarnya Nirmala masih bisa mendengar perkataan Rasen yang secara tidak langsung menyamakannya dirinya dengan sejenis binatang buas. Keterlaluan memang pemuda kurang 4jar itu! Rasanya ingin sekali Nirmala menjejalkan sepatu datar yang dipakainya saat ini ke mulut pemuda itu. Tapi tidak! Nirmala tidak mau jika sepatu kesayangannya malah jadi rusak kalau ia pakai untuk menyumpal mulut si pemuda songong itu. Lebih baik, Nirmala abaikan saja omongan gak jelasnya pemuda ini. Daripada ia semakin emosi, maka Nirmala pun segera berjalan mengikuti montir berambut gondrong tersebut yang sempat mengomandonya agar Nirmala mengikuti langkahnya. Sementara Nirmala sudah melenggang pergi mengekori Budi, Rasen dan Taksa pun memilih untuk duduk-duduk santai dulu di bangku panjang yang sudah disediakan khusus untuk para pengunjung yang ingin menunggu sampai pengerjaannya selesai. "Sa, jadi gimana, lo sama si Fira udah akuran belum?" tanya Rasen yang membuka topik pembicaraan. "Boro-boro akur, Sen. Yang ada, dia ngeblokir WA gue anj1r!" ungkap Taksa mendesah berat. "Serius lo?" pekik Rasen melotot. "Ya lo pikir! Masa iya gue becanda," delik Taksa mendecak. Dan dari pengamatan Rasen saat ini, sepertinya Taksa memang sedang galau gara-gara sikap Safira yang sampai memblokir nomor WA-nya. "Ya udah, cewek masih banyak, kan? Buat apa lo galauin satu cewek sementara masih ada ribuan cewek cakep lainnya yang bisa lo pacarin. Lagian, gue gak begitu suka sama si Fira. Entah kenapa, gue ngerasa kalo dia itu semacam cewek yang hedon gitu. Iya sih, dia emang kaya dan terlahir dari keluarga yang berduit banyak, tapi kan gak semestinya dia pake poya-poya juga itu duit ortunya. Lo bayangin aja! Kalo lo sampe pacaran sama si Fira yang hobinya belanja barang mahal, gue yakin, gak nyampe seminggu, jatah bulanan lo pasti ludes dipake bayarin belanjaan dia. Udah deh, lupain aja saran gue! Si Fira mah apa atuh, cakepnya di luar doang, dalemnya mah beda lagi...." tutur Rasen berdalil. Membuat Taksa lantas mulai merenung meski sejujurnya ia sudah kepalang cinta mati sama si Safira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD