Usaha

1050 Words
Sesampainya di rumah, Rana segera menghempaskan tubuhnya di kasur. Melepaskan semua beban dan lelahnya hari ini, rasanya nyaman sekali bisa berbaring. Matanya menatap langit-langit atap. Seketika ia teringat pembicaraan nya dengan Ryan di sekolah tadi. Ia tak habis pikir dengan pemikiran seorang Ryan. Rana membuang jauh-jauh semua hal yang menyangkut Ryan. Ia memejamkan matanya dan terlelap tidur. Baru saja terlelap beberapa menit, hp nya berbunyi. Dia mengumpat orang yang menelponnya. "HALO!" bentaknya. "Lo masih marah sama gue?" "Jangan bilang lo nelpon gue gara-gara mau nanyain hal itu?" "Lah gue tadinya malah mau bilang begitu," "Anjir, Ryaaaaaaaaaaaaaaaan!!!!" teriaknya. "Woy, plis jangan teriak, gue masih sayang telinga, plus sayang lo juga," "Lo tau? gue barusan hampir aja dicium sama RapMon, lo malah telpon dan begonya, gue malah angkat telpon gak penting dari lo," "Jijik banget sih, lo kebanyakan makan micin sampe halu gak ketulungan. Denger ya Rana, gue ini lelaki sejati tau, buktinya gue gigih bikin lo supaya gak marah lagi sama gue," "Ryan, kalo sikap lo kayak begini terus, lo malah gak dapet maap dari gue," "Kata siapa? lo belum tau aja gimana ahlinya gue membuat para perempuan klepek kelepek, ehh gue mau nyanyi, Cintaku klepek klepek sama dia, sayangku klepek klepek sama dia, ehh bukan sama dia, tapi sama lo," "Mohon maap disini gak ada lapak ngamen buat lo, telinga gue terlalu sibuk dengerin lo nyanyi," "Balik lagi ke inti, karena gue gamau buang-buang kuota yak, Rana, gue minta maaf soal tadi, gue bener-bener gak mikir dulu dan asal ngomong, maafin gue ya Ran," "Maaf doang gak cukup, kecuali ada bakso satu mangkok sama sate 10 tusuk," "Lo suka aja kali itu mah, tapi its oke gue hari ini bakalan ajak lo makan bakso sama sate, mumpung gue abis menang turnamen basket," "Bener yak? lo juga lagian udah janji kan mau traktir gue kalo gue dateng nonton turnamen lo," "Okey, gue tunggu lima menit buat lo dandan dan turun ke bawah," "Apa? lima menit? lo kan juga masih.." "Gue diluar, depan rumah lo," potong lelaki itu. Rana segera berlari ke balkon untuk memastikan laki-laki itu berada di luar. Dan ternyata benar, Ryan dengan kaos putih ketat hingga menampilkan postur tubuhnya itu tengah bersandar di mobilnya sambil menengadah ke arah balkon, tak lupa dengan kacamata yang ia kenakan menambah kesan bad boy dan keren. Ia melambaikan tangannya ketika Rana melihat ke arahnya. "Kenapa lo senyum-senyum? terpesona ya liat gue sekeren ini?" Rana yang ketahuan segera menutup telponnya dan berlari kembali ke kamar lalu mengganti pakaian seragam dengan setelan main. Dirumahnya kebetulan tidak ada siapa-siapa. Papah dan Mamah Rana tengah sibuk dengan kerjaan nya masing-masing. Rana mempercepat langkahnya menuju ke depan rumah. Dengan celana jeans hitam dan baju kaos panjang berwarna abu-abu, ia menghampiri Ryan. Dan jangan tanya bagaimana reaksi Ryan ketika melihat penampilan sederhana Rana. "Lo terpesona ya liat kecantikan gue?" seru Rana. Ryan menyengir. "Haha lo jelek," ucap Ryan. Rana mengerucutkan bibirnya. "Iya dah lo cantik, yuk kita lets go!" Ryan masuk ke mobil diikuti Rana. Barulan setelah itu Ryan melajukan mobilnya ke tempat tujuan. .... "Ran, gue mau nanya sama lo," ucap Ryan di sela makan nya. Rana melirik dan memberi kode untuk Ryan melanjutkan kalimatnya. "Lo setelah lulus mau ngapain?" tanya Ryan. Rana menghentikan aktivitasnya sejenak. "Hemm, abis lulus ya gue kuliah, atau engga belajar bisnis sama Papah gue, kalo lo?" Ryan terdiam sesaat. "Gue gatau Ran," jawab Ryan. "Hah? gatau? lo masa gatau mau nentuin masa depan sendiri kayak gimana," ujar Rana. "Menurut lo gue cocoknya jadi apa Ran?" "Emm jadi atlet basket, pengusaha, atau abdi negara, lo mah cocok-cocok aja sih jadi apa juga," "Serius lo?" tanya Ryan. Rana hanya mengangguk. "Lo tuh kan udah kelas 12 nih, ya meskipun baru awal, tapi udah seharusnya lo udah mikirin masa depan lo, Ryan." "Kalo gitu, gue mau jadi tentara ah," ucap Ryan. "Bagus, ntar lo harus traktir gue kalo berhasil masuk tentara, tentara kan punya gaji besar tuh," "Yehh lo kesitu mulu pikiran nya, jadi tentara juga belum udah minta traktiran aja lo," "Lo kan musuh setia gue," kata Rana sembari menepuk bahu Ryan. Ryan menatap nanar Rana. "Bisa gak Ran, lo bilangnya gue itu pacar atau orang spesial lo?" Tanpa disadari Ryan, Rana sedari tadi melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ryan. "Woyy, lo kenapa Ryan? Kesambet? Dih takut gue jadinya." Ia mengambil gelas dan menuangkan sedikit air nya ke tangan lalu menyipratkan nya pada Ryan membuat Ryan terperanjat. "Hujan hujan," ucap Ryan. Rana tertawa terbahak-bahak melihat Ryan yang kaget dan menjadi bahan tawaan pengunjung restaurant. "Ngakak banget sumpah," gumam Rana. "Lo tuh ya Ran, bisa gak sehari aja tangan lo gak jail?" omel Ryan sembari mengusap butiran air di wajahnya. "Ya maap, abisnya lo kenapa ngelamun, sambil natap gue lagi, kan gue takut jadinya." ucap Rana sambil membantu membersihkan baju Ryan. "Lo tadi mikirin apa sih? sampe ngelamun begitu." "Gue mikirin indahnya rumah tangga gue sama lo," jawab Ryan asal. Rana seketika menghentikan aktivitasnya lalu menatap tajam ke arah Ryan. "Gue serius Ryan!" "Iya maap," kata Ryan. "Gue udah kenyang nih, balik yuk?" ajak Rana. "Yehh giliran udah kenyang lo ngajak pulang," tukas Ryan. "Yaelah lo kok gitu sih sama gue," Rana mengerucutkan bibirnya membuat Ryan gemas. Ryan mengacak acak rambut Rana gemas. "Ya udah lo tunggu di mobil, gue bayar dulu makanan nya," Rana mengangguk dan menuruti apa kata Ryan untuk menunggu di mobil. Hari ini merasa senang sekali karena berhasil menjahili musuhnya itu. "Emangnya enak gue kerjain hahahaha." katanya puas. "Tapi kasian juga sih dia, mana gue kuras uangnya lagi. Ah tapi gapapa lah, dia kan usaha supaya gue maafin dia haha." gumamnya kemudian. ... "Thanks ya Ryan buat traktiran nya," ucap Rana ketika sampai di depan rumahnya. Ryan hanya mengangguk diiringi senyuman. "Sama-sama, lain kali kalo mau makan banyak bilang ya." kata Ryan. Rana mengernyitkan dahi. "Maksud lo?" tanya Rana tak paham. "Biar gue cari uang dulu yang banyak. Jadinya dompet gue gak kering begini," ujar Ryan sambil merogoh dompetnya dan memperlihatkannya pada Rana. Rana menyengir. "Eh maaf ya Ryan gue jadi ngabisin duit lo," kata Rana tak enak. "Haha, santai aja kali. Thanks juga udah maafin gue," kata Ryan. "Haha iya oke deh, gue masuk duluan ya," kata Rana. Ryan mengangguk dan melambaikan tangan ketika Rana menoleh ke arahnya sebelum benar-benar masuk ke dalam rumahnya. Barulah setelah itu, Ryan kembali melajukan mobilnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD