Bab 7: Sindrom Cauvade

1432 Words
"Apakah itu begitu enak?" Mike mengerutkan keningnya melihat Carl makan tacos yang di beli saat perjalanan pulang ke asrama. "Tentu saja, kau seperti belum pernah memakannya saja," ucap Carl dengan mulut penuh. Mike menggeleng, tidak makanan khas Mexico itu tak asing untuknya, hanya saja bagaimana cara Carl memakannya terlihat lezat dan berbeda. "Aku masih punya satu lagi, jika kau mau." meski Carl tak yakin Mike akan memakannya, sebab Mike jarang, memakan pemberian orang lain. Mike menggeleng "Tidak, tapi aku mau milikmu." Carl tersedak saat mendengar ucapan Mike. "Uhuk... uhuk ... kau- kau yakin?" Mike mengangguk dengan wajah datar nya membuat Carl menelan ludahnya tak percaya. Carl menyodorkan roti berisi sayuran dan daging itu ke hadapan Mike. Mike mengambilnya lalu menggigit tacos tersebut dalam gigitan besar "Lumayan," gumamnya, lalu memberikannya lagi kepada Carl yang masih terdiam dalam kebingungan. Carl menatap tacos-nya lalu menatap Mike yang berjalan acuh ke pantry untuk menuangkan air putih lalu meneguknya. "Apa- apaan ini?" Carl hanya bisa terpaku melihat keanehan dari sahabatnya tersebut "Sial, Darren harus tahu ini." Carl meletakan tacos di tangannya enggan untuk melanjutkan makannya. Keesokan harinya bukan hanya Carl yang melihat ke anehan dari Mike tapi Josh dan Darren pun merasa Mike tak seperti biasanya. Bukan hanya tentang makanan, pemuda itu juga kerap bertingkah aneh dengan membeli barang- barang yang jelas bukan seleranya, ketiganya menganggap keanehan tersebut sebab Mike begitu kehilangan Kimmy, bagaimana mereka menyimpulkannya? karena Mike selalu mengatakannya saat dia memakan atau membeli barang di luar nalar mereka "Kimmy menyukai ini." "Makanan ini kesukaan Kimmy." Jadilah anggapan ketiganya, Mike sangat tertekan karena kepergian Kimmy. Mike masih suka muntah di pagi hari, bahkan meski dokter meresepkan anti mual untuknya, hingga bulan ke empat kepergian Kimmy, barulah Mike terlihat lebih normal dan sembuh dari penyakit mual di pagi harinya. Di bulan ke tujuh kepergian Kimmy Mike bisa kembali mengejar prestasinya dan yakin akan lulus tahun ini, dia juga masih sesekali mencari Kimmy meskin tak pernah mendapatkan titik terang, entah kemana gadis itu pergi. Mike masih menginginkan hal aneh, tapi sudah tak terlalu parah dan ketiga sahabatnya sedikit bernafas lega. "Aku kira Mike akan terus begitu," ucap Darren pada Carl dan Josh. "Tapi, syukurlah masalah lambungnya sudah selesai." Carl mengangguk setuju, kasihan juga melihat Mike lemas setelah muntah- muntah. "Aku sampai bosan menemaninya ke dokter, kau tahu," ucap Josh menimpali, meski Mike terus menolak, dan berkata 'Aku bisa sendiri' ketiganya selalu berusaha untuk menemani Mike ke dokter dan memeriksakan diri. "Tapi dia masih tertekan, karena masih menginginkan hal aneh," ucap Carl. "Ah, iya. Mike pernah meminta aku berhenti memakai parfum yang baru aku beli hanya karena baunya menyengat dan membuatnya mual!" seru Josh kesal, padahal dia membeli parfum dengan harga selangit itu dan harus jauh- jauh terbang ke Italia. "Aku pernah di suruh membeli milk shake ditengah malam, kau kira orang gila mana yang menjualnya di tengah malam begitu." mungkin jika itu minuman beralkohol dia bisa pergi ke club dan membawa Mike sekalian untuk bersenang-senang, tapi di pukul 2 pagi Mike menginginkan Milk shake dengan es yang banyak, apa dia gila? "Yang terparah Mike membangunkan ku jam 4 pagi, hanya untuk membuatkannya kopi, dan dengan entengnya dia bilang 'Aku tak bisa tidur', dan hanya ingin minum kopi buatanku, sejak kapan aku pintar membuat kopi," Carl tertawa, bahkan saat Carl mencoba kopinya yang rasanya sangat tak enak, tapi Mike benar- benar meminumnya. "Apa dia benar- benar menjadi tak waras?" bisik Josh, yang langsung mendapatkan toyoran di dahinya. "Jika Mike mendengarmu kau akan di blacklist dari temannya," ucap Carl, dan ketiganya tertawa. "Kalian yang tak waras!" ketiga orang yang sejak tadi membicarakan Mike menghentikan tawa mereka. "Mike, sejak kapan kau disana?" Tanya Darren, sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Baru saja, tapi dengan nada bicara kalian yang kencang membuat aku bisa mendengarnya dari jarak lima meter." Mike mendatarkan raut wajahnya. Carl tertawa hambar "Ya, karena kami tak berniat membicarakan mu di belakang, bagaimanapun kami tidak suka bergosip." Mike mencebik, "Yang kalian lakukan tidak ikhlas?" "Tidak!" elak ketiganya berbarengan. "Kami temanmu Mike, mana mungkin kami begitu, kami tulus dan ikhlas." ketiganya mengangguk pasti, mengiyakan ucapan Carl. Mike, mengutak-atik ponselnya lalu mengangguk baru saja dia mendapatkan pesan "Baiklah, kalau begitu, dimana aku bisa mendapatkan sate, makanan khas dari Indonesia? harus benar- benar di buat orang Indonesia." Darren dan Carl memutar matanya malas, sedangkan Josh malah melongo dengan wajah bodoh. "A-pa, sat- sat, apa? satta-i?" ucapnya kesulitan dalam mengeja. Mike menaikan alisnya, lalu mengedikkan bahunya acuh meminta ketiga temannya untuk mengikutinya, biar tahu rasa, karena mereka sudah membicarakannya, biar dia kerjai saja sekalian. Mike dan ketiganya menjelajahi gerai yang menjual makanan Indonesia, namun tak menemukan apa yang Mike cari. "Dia bilang penjualnya sedang pulang ke Indonesia." Carl mengeluh kesal. "Apakah yang membuatnya harus dari Indonesia?" tanya Darren. Mike mengangguk dengan melipat tangannya di d**a "Kenapa Kau keluargmu, gila Indonesia, tidak bisakah kita membelinya dari restoran?" ya, tadi mereka juga pergi ke restoran Indonesia, hanya saja kokinya bukan orang Indonesia. Kali ini Mike menggeleng. "Oh, Astaga." ketiganya mengeluh. Karena tak mendapatkan yang di cari, mereka kembali ke asrama dengan tangan kosong. Saat di koridor mereka berpapasan dengan seorang pemuda yang tak asing bagi mereka, tentu saja dari sekian banyaknya mahasiswa dari Indonesia, pemuda ini paling mencolok karena bahasa dan logatnya yang khas. "Ganes, kau tahu makanan bernama sate?" Mike mencegat pemuda itu. "Ya, kenapa?" benar saja logatnya memiliki cengkok khas, Mike yang mengerti bahasa Indonesia pun kadang di buat tertawa karena merasa lucu, tanpa mengurangi rasa hormat Mike ke tanah kelahiran sang Mommy, Mike hanya merasa negara tersebut memang kaya akan bahasanya. "Kau tahu dimana aku bisa mendapatkannya?" tanya Mike lagi. "Oh, itu ada di pusat kota, di gerai makanan khas Indonesia," jawabnya. "Ya, tapi disana tutup," "Oh aku tak tahu selain disana," ucap pemuda bernama Genis itu. "Apakah tidak bisa di ganti dengan makanan lain?" tanya Carl. mereka sudah berkeliling tapi tak menemukannya, apalagi Mike ingin itu di buat khusus oleh orang Indonesia. Mike menggeleng. "Kenapa tak buat saja sendiri?" tanya Genis. Sontak saja ke empat pemuda itu menoleh padanya. ****** "Sate ayam." Mike memberikan sebuah bungkusan yang dia bawa, kepada Marina. Ya, sebenarnya sate itu bukan untuknya, melainkan untuk Marina kakak iparnya yang di nyatakan hamil satu bulan lalu, setelah pernikahannya menginjak usia satu tahun, akhirnya doanya di kabulkan, dan Mike ikut bahagia, karena itu saat Marina mengatakan ingin memakan sate ayam dia segera mencarinya. Mata Marina berbinar "Terimakasih," ucapnya dengan gembira. "Kenapa tidak buatkan koki saja, kau hanya tinggal katakan pada mereka apa yang kau mau." Marina terkekeh "Karena mereka bukan orang Indonesia." Ya, dan beruntung Mike menemukannya. "Dimana kau mendapatkannya?" Marina sudah mulai memakan sate pesanannya. "Temanku yang membuatnya." melihat Marina terdiam dia segera menjelaskan "Dia orang Indonesia asli, kau tenang saja." "Bagaimana bisa rasanya seenak ini?" Mike melihat sate di tangan Marina cepat sekali habis dan hanya tersisa tiga tusuk saja, Mike nampak berpikir "Dia bilang dia orang Madura dan tetua keluarganya adalah penjual sate." setelah meminta Gendis membuatkannya Mike bergegas membawanya pada Marina, di bahkan membuat, Carl, Darren dan Josh melongo tak percaya, karena permintaan aneh itu rupanya bukan untuknya, melainkan untuk kakak iparnya yang tengah hamil muda. Marina mengangguk "Pantas saja rasanya enak." Madura memang terkenal dengan satenya yang enak, kini sate tersebut tersisa satu, tiba- tiba saja Mike menelan ludahnya. Baru saja Marina akan kembali memakannya, Mike mencegahnya "Hm, bolehkah aku mencobanya?" "Kamu mau?" tanya Marina. Mike mengerjapkan matanya, entah kenapa dia sepertinya sangat menginginkannya, seperti sate itu sudah ada di tenggorokannya. Mike mengangguk dan Marina memberikan tusukan terakhirnya pada Mike. Marina mengeryit saat melihat Mike benar- benar memakannya "Kenapa tidak bilang sajak tadi kalau mau, kita kan bisa berbagi." Mike menggeleng "Tidak, itu cukup untuk menghilangkan rasa penasaranku." Marina terkekeh "Kau aneh sekali Mike, kau seperti sedang mengidam saja." Mike tertegun, gerakan mulutnya bahkan terhenti, "Ti- tidak, memang apa hubungannya?" Marina melepaskan tawanya "Tentu saja tidak, memangnya kau sudah menghamili anak gadis orang." Mike menelan ludahnya kasar, namun dia berusaha menunjukan wajah biasa saja. "Bukannya wanita yang suka begitu, mengidam, seperti kau, merepotkan," gerutunya kesal. Marina menggeleng "Tidak, terkadang ada suami dari si istri yang mengalami ngidam, biasanya di sebut sindrom cauvade dimana si pria yang mengalami mengidam bahkan mual dan muntah." Mike semakin tertegun, beberapa bulan ini dia juga terkadang tiba- tiba mual bahkan muntah di pagi hari, lalu dia juga selalu menginginkan hal yang tidak- tidak dan tak masuk akal. "Nah lo, apakah kau sudah menghamili seorang gadis?" Mike membelalakan matanya membuat Marina tertawa. "Aku bercanda Mike, itu tidak mungkin kan?" Mike menghela nafasnya lega. Tentu saja itu pasti tidak mungkin. "Dan terimakasih atas pesananku, kamu pasti kerepotan." Marina menepuk pundak Mike lalu pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD