Bab 3: Hancur

1130 Words
Kimmy menggenggam testpack di tangannya dengan gemetar, lalu mencelupkannya pada urine yang telah ia tampung dalam wadah kecil seperti petunjuk di bungkus testpack yang dia beli saat selesai shift kerja di toko serba ada, memilih untuk tidak kuliah sebab kekhawatiran dalam hatinya. Kimmy memejamkan mata dan menunggu beberapa detik sebelum hasilnya nampak. Lalu mata Kimmy membelalak saat melihat hasil dari tes yang baru saja dia lakukan. "Positif," gumamnya dengan nada suara bergetar. Kimmy menelan ludahnya kasar, baru saja dia bertekad akan memulai hidup baru dengan semangat, kini ada lagi masalah yang datang dalam hidupnya, dan kali ini lebih serius dibanding hanya sekedar di tinggalkan seorang kekasih. "Bagaimana ini," ucapnya bingung. "Bagaimana sekarang?" Kimmy meneteskan air matanya lalu semakin lama isakan terdengar dari mulutnya. Isakan yang semakin lama semakin jelas, lalu berubah menjadi raungan. Di dalam toilet di rumah susunnya dia menangis sendiri, menikmati hasil dari kenakalan dan kebodohannya yang terlalu percaya pada pemuda b******k seperti Mike. Seharusnya dia tak pernah melakukannya tanpa ikatan, sekarang lihat, apa yang terjadi. Kimmy menggeleng, Tidak! dia belum siap memiliki bayi, usianya bahkan belum genap 19 tahun, jika dia hamil bagaimana dengan kuliahnya? bagaimana juga dengan kehidupannya. "Mike, Mike harus tahu," lirihnya, "Ya, dia harus bertanggung jawab." Kimmy mengigiti kukunya dengan gelisah, setidaknya jika Mike bertanggung jawab Kimmy memiliki seseorang juga untuk mengurus bayinya, yang pastinya dia tak akan sanggup jika melakukannya sendiri. Kimmy keluar dari kamar mandi lalu mencari ponselnya untuk menghubungi Mike, namun sudah tiga kali dia menghubungi, pemuda itu tak juga menjawab panggilannya. "Apakah aku harus menemuinya secara langsung?" Kimmy memasukan ponselnya ke dalam tas kuliahnya lalu bergegas keluar rumah. Tempat pertama yang dia datangi adalah kampus dimana kelas mereka berada, meski Kimmy tahu dia sudah terlambat untuk mengikuti kelas, Kimmy tetap datang. Merasa akan percuma jika masuk, dan akan di usir dosen, Kimmy memilih menunggu tak jauh dari kelas hingga kelas berakhir. Begitu melihat dosen keluar kelas Kimmy berdiri dari duduknya, dan bergegas memasuki kelas. Saat membuka pintu, Kimmy hanya bisa menelan ludahnya saat melihat tatapan semua orang tertuju padanya. Bisa Kimmy lihat Mike menatapnya dengan tatapan datar seperti biasa, dan berapa teririsnya hati Kimmy, saat melihat tatapan dingin itu "Mike, ada yang harus aku bicarakan," ucapnya masih dengan gemetar ditubuhnya. "Apa?" Mike bahkan hanya menatap Kimmy beberapa detik lalu kembali memalingkan wajahnya. Kimmy melihat sekelilingnya, hampir semua orang menatapnya "Tidak disini." apalagi tiga sahabat Mike juga ada disana, apa jadinya kalau seluruh kelas tahu. "Jika ingin bicara, bicara disini." Mike melanjutkan niatnya memasukan buku- bukunya ke dalam tas. "Tapi, Mike, aku-" mata Kimmy mulai mengembun di balik kaca mata tebalnya, sungguh melihat Mike begitu acuh dia merasa sedih. "Jika tidak, aku tak ada yang mau aku bicarakan." Mike menyampirkan tasnya, lalu meninggalkan Kimmy yang tertegun. "Mike," panggilnya Kimmy. Namun, Mike berjalan acuh meninggalkan kelas di ikuti ketiga sahabatnya. "Mike kau tak dengarkan dia?" setelah keluar dari kelas Carl angkat suara, pemuda itu bahkan menoleh pada Kimmy yang nampak menunduk dengan raut frustasi. "Untuk apa?" "Mungkin ada sesuatu yang memang penting?" Mike terkekeh "Aku sudah melihat beberapa gadis sepertinya, dia hanya tak terima diputuskan, lalu kembali mengejar untuk kembali, merepotkan." Carl melirik Darren begitupun Jhos, tapi mereka hanya bisa diam tak ingin ikut campur lebih dalam tentang masalah Mike. Padahal tanpa mereka sadari, mereka memang sudah terlibat dari awal, bagaimanapun taruhan itu ada diantara mereka. Kimmy tak menyerah, dia mendatangi asrama Mike, mungkin saja jika dia bicara disana tak akan ada banyak yang tahu, dan Kimmy bisa masuk untuk bicara berdua dengan Mike. Jadi malam harinya Kimmy pergi ke asrama pemuda itu dan mengetuk pintu yang sejak setengah jam dia menunggu tak juga terbuka. Kimmy mendudukan dirinya di depan pintu, sunguh lelah, sejak siang seusai bekerja Kimmy belum juga memasukan makanan atau pun minuman ke dalam perutnya, terlebih masalah yang kini membuatnya khawatir membuatnya melupakan makan. Saat masih termenung dan menunggu Mike, pintu di sebelahnya terbuka menampakan Carl "Kimmy, sedang apa kau disana?" terlihat pemuda itu juga terkejut saat melihatnya. Kimmy bangkit berdiri "Carl, aku... ingin bertemu Mike, ada yang harus ak-u bicarakan," ucapnya dengan gugup. Carl mengerutkan keningnya "Mike? setelah dari kampus dia pulang ke rumahnya." "Rumahnya?" jelas Kimmy tak tahu dimana tepat tinggal Mike. "Kau tak tahu? lebih baik hubungi saja Mike dulu ..." Carl tak tahu sejak tadi Kimmy berusaha menghubungi Mike, tapi dia tak pernah menggubrisnya. "Kimmy kau baik- baik saja?" Carl bertanya dengan khawatir, bagaimana tidak, penampilan Kimmy nampak benar- benar kacau, apakah sebegitu sakitnya hanya karena diputuskan Mike. Ayolah, dia masih muda, seharusnya Kimmy melupakan semuanya dengan mudah, apakah taruhan itu begitu keterlaluan? Kimmy hanya tersenyum miris, dan dengan langkah lesu Kimmy kembali pulang. Di dalam Kamarnya Kimmy tak berhenti menangis dia bingung dengan langkah apa yang harus dia ambil, sedangkan pemuda yang harusnya bertanggung jawab tak juga mendengarkannya untuk sekedar mengatakan keadaannya yang kini telah berbadan dua. Kimmy kembali mencoba menghubungi Mike, lagi dan lagi berharap pemuda itu mau menerima panggilannya, hingga setelah beberapa panggilan dia lakukan barulah dia melihat layarnya berubah pertanda Mike menerima panggilannya. "Mike, kenapa baru mengangkatnya, kau tega sekali padaku-" belum selesai Kimmy bicara, terdengar sebuah suara yang membuatnya tertegun. "Hallo?" itu suara perempuan. "Si- siapa kau?" tanya Kimmy dengan gugup. "Aku kekasih Mike, ada apa? Kau memerlukan sesuatu?" "Di- dimana Mike?" nada suara Kimmy menjadi tercekat, saking terasa sakit hatinya. Apa kata wanita itu 'Kekasih' bahkan mereka baru putus satu bulan lalu, lebih tepatnya Mike yang memutuskannya, dan pria itu sudah memiliki kekasih baru? Astaga, hati Kimmy merasakan sakit berkali- kali lipat. "Mike sedang tidur, kau-" tak ingin menyakiti hatinya lebih dalam, Kimmy mematikan teleponnya. Tak ada harapan disaat Mike juga sudah memiliki kekasih lain, 'sedang tidur?' mungkin pemuda itu juga kini tidur setelah lelah berhubungan intim dengan kekasih barunya, dan mana mungkin Mike akan sudi bertanggung jawab, sedangkan dia juga memiliki kekasih lain. Bukankah dia juga sejak awal hanya menjadikannya mainan. Kimmy memejamkan mata, menghela nafas lalu mencari sesuatu di tasnya, Kimmy menelan ludahnya saat melihat obat pereda nyeri yang dia ambil dari tasnya. Obat yang biasa ia konsumsi saat merasa sakit kepala atau lainnya. Kalau dihitung dari masanya berhubungan intim dengan Mike, mungkin usia kandungannya baru sekitar satu atau dua bulan, jadi masih akan mudah kalau dia menghilangkannya lewat obat ini. Kimmy tak banyak tahu tentang obat- obatan, hanya saja dari bungkusnya yang dilarang di konsumsi ibu hamil, bukankah jika dia meminumnya bayinya akan tiada? Dengan tangan gemetar Kimmy memasukan obat tersebut ke dalam mulutnya, lalu menegak segelas air. Air mata tak bisa dia cegah untuk mengalir, apakah sekarang dia sudah menjadi seorang pembunuh? Kimmy tak tahu efek samping dari mengkonsumsi obat tersebut selain kematian pada bayinya. Bisa saja obat tersebut meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada bayi yang sedang berkembang. Atau bisa saja meningkatkan risiko cacat lahir, cacat jantung dan otak, serta kelainan fisik lainnya pada bayi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD