Jaka kembali menghentikan mobilnya dengan cara mengerem mendadak, mendengar apa yang dikatakan oleh Riana. Matanya melotot, seperti mau ke luar. Riana yang melihatnya, bukannya takut, malah harus menahan tawanya melihat Jaka yang bersikap seperti itu. “Kenapa?, Bapak mau marah?, aku, ‘kan” Hanya mengungkapkan fakta saja, yang memang pada kenyataanya seperti itu.” kata Riana lagi. Jaka menarik napas dan menghembuskan kembali dengan kasar. Dengan tersenyum, Riana malah menggoda Jaka, “Satu, dua, tiga.., wah bakalan ada yang mau ke luar tanduk nih!. Bapak punya tabung pemadam api ringan?, sepertinya kita memerlukan itu saat ini, karena Bapak sudah mulai kebakaran jenggot. Wajah Bapak saja sudah merah dengan hidung yang kembang kempis, mirip orang yang sedang meniup balon.” “Riana!” bentak