___
Selamat membaca.
___
Kepergianmu yang tidak pernah aku harapakan itu adalah hal yang dengan perlahan membuat hatiku mati rasa.
___
Aluna mendengar dengan jelas bahwa namanya dipanggil oleh teman-temannya, tapi, Aluna sama sekali tidak menghiraukan panggilan itu dan tetap melangkah kemana ia tidak pernah lagi mendengar suara tawa dan cadaan dari Andre dan perempuan itu, dan menurut Aluna pergi dari sana adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan hatinya sebelum benar-benar hancur dan remuk karena laki-laki itu.
Andre menatap punggung perempuan itu dalam diamnya, diikuti dengan tatapan mata dari perempuan yang saat ini tengah duduk di sebelahnya, Sylena tersenyum kecut, ya, dia tahu dua orang itu, dua orang yang dirumorkan memiliki hubungan itu, siapa lagi kalau bukan dantong kebanggan SMA Benua dan juga perenang handal SMA Benua, Kak Aluna dan juga Kak Andre, ya, dirinya jelas mengetahui banyak tentang dua orang itu, karena rasanya tidak ada hari tanpa kabar dari dua orang itu.
“Aluna yang sering menang lomba renang itu ya?”
“Oh, Andre yang baru aja menang lomba Paskibra di luar kota itu ya?”
Banyak sekali rasanya kabar berita baik yang Sylena dengar tentang dua orang itu, tapi, nyatanya Andre kenapa malah meminta nomornya beberapa waktu lalu, kenapa laki-laki itu malah mencoba mendekatinya, ya, Sylena tahu gelagat Andre sepetri orang yang tengah ingin melakukan pendekatan padanya, sayangnya, Sylena juga ingin melakukan hal itu kepada Andre, bukan, bukan karena Andre yang cukup tampan hingga tak malu kalau Sylena mengajak jalan laki-laki itu, atau karena Andre adalah jajaran laki-laki yang harus dipacari saat SMA, bukan, tapi, karena saat ini Sylena juga tengah mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari laki-laki yang bernama Sandy.
Kalau kalian bertanya siapa itu Sandy, mari Sylena kenalkan, namanya adalah Sandy Adiatma, laki-laki yang membuat Sylena jatuh hati sejak pandangan pertama, sejak perempuan itu melakukan MOS di SMA Benua ini, sejak dimana langkah kaki Sylena pijakan untuk pertama kalinya di sekolah itu.
Hubungannya dengan Sandy tidak terlalu berjalan baik, bukan, bukan begitu, Sandy sebenarnya tidak tahu tentan perasaan Sylena yang sebenarnya, tentang Sylena yang menyimpan perasaan untuk laki-laki itu, hingga, akhirnya Sylena memutuskan untuk mencoba hubungan dengan beberapa laki-laki, nyatanya, dirinya juga masih terjebak, Sylena masih terjebak dengan ruang dan dimensi bersama dengan Sandy.
Hingga suatu hari Andre meminta nomor ponselnya, jahat rasanya kalau Sylena melakukan Andre seperti perlarian seperti ini, tapi, Sylena juga ingin mencoba, mencoba untuk membersihkan hatinya dari perasaan yang amat dalam dari Sandy, Sylena hanya ingin mencoba untuk bebeas dari belenggu perasaanya bersama dengan laki-laki itu, yang tak kunjung tahu kapan berujungnya.
Setelah punggung belakang Aluna menghilang dari pintu kantin, Andre menarik napasnya dengan pelan, laki-laki itu semakin menghitung, sudah berapa lama dirinya tidak makan bersama dengan Aluna satu maja, sudah berapa lama ia tidak pergi ke sekolah bersama dengan Aluna, dan sudah berapa kali Aluna menghilang begitu saja dari pandangannya, dari genggamannya.
Kalau ditanya apa yang saat ini Andre rasakan, ya, walau tidak sesakit seperti awalnya, Andre tetap tidak membantah bahwa dirinya begitu merindukan Aluna, Aluna yang dulu, Aluna yang masih bersama dengan dirinya, Aluna yang masih berada di sampingnya. “I miss you, Al,” ucap Andre pelan lalu kembali meraih sendoknya untuk melanjutkan makannya.
Sylena melirik ke arah Andre, laki-laki itu kembali tertawa dan berbincang dengan teman-temannya, Sylena tidak tuuli, ia mendengar dnegan jelas bahwa Andre baru saja mengucapkan kalimat kerinduannya. “Kangen sama siapa, Kak?” kata Sylena sambil merlirik Andre, mengurai senyumnya, menggoda laki-laki itu.
Andre hanya memilih untuk menempuk-nepuk kepala Sylena dengan pelan agar perempuan itu tidak banyak bertanya, tak lupa ia menyertai senyum kecut, senyum yang semoga membuat Sylena menegrti bahwa dirinya tidak ingin membahas hal itu.
Aluna tidak berbohong, perempuan itu benar-benar melangkahkan kakinya pada kolam renang yang ada di sekolahnya, perempuan itu juga melangkahkan kakinya pada loker yang memang dikhsuuskan untuk pengikut ekstrakulikuler renang, Aluna benar-benar mengecek baju renangnya, bukan hanya karena ingin menghindari Andre dan juga adik kelas itu, nyatanya Aluna memang ingin memerika baju renangnya.
Kolam renang saat ini tengah sepi, jelas, siapa yang mau ke kolam renang disaat istirahat seperti ini, siswa dan siswi pasti lebih memilih untuk ke kantin, atau mengerjakan tugas yang akan dikumpul saat jam pelajaran istirahat ini selesai.
Langkah kaki Aluna melangkah pada ujung kolam renang, perempuan itu meilirik kolam renang yang tenang karena sama sekali tidak ada orang di sana, senyumnya mengembang, Aluna bisa melihat di ujung sana ada Andre, ah atau hanya bayangan dari laki-laki itu saja karena jujur saja, beberapa waktu terakhir ini Aluna memang suka membayangkan laki-laki itu ada di dekatnya, Aluna rasanya ingin menangis saat ini, hatinya benar-benar tidak bisa terima dengan apa yang terjadi padanya dan juga Andre, delapan bulan mereka sudah berpisah, nyatanya hati Aluna masih terjerat dengan laki-laki itu, nyatanya Aluna sama sekali tidak bisa berpaling dari laki-laki itu.
Tanpa diduga, Aluna ysemkain menaiki papan loncat di atas kolam renang yang biasanya ia dan teman-temannya pergunakan untuk latihan, ya, dengan rok selutut, dengan kemeja putih yang masih Aluna kenakan, perempuan itu semakin naik menaiki papan loncat itu, tidak, kalau kalian berpikir Aluna akan berloncat dengan pakaian itu, Aluna jelas tidak akan melakukan hal tidak masuk akal itu, ia tidak sebodoh itu, Aluna hanya ingin menaiki benda itu, dan duduk di ujung papan itu.
Aluna jelas mengatakan hal yang di luar kepala, nyatanya, perempuan itu benar-benar melakukan hal itu, Aluna menyukai tempat tinggi, terlebih dari sini ia bisa melihat beberapa kenangan saat dirinya yang latihan dan Andre yang menunggunya untuk selesai latihan.
Ya, karena sudah terlalu dekat, Aluna mau pun Andre sama-sama sering menemani kegiatan satu sama lain, tak jarang Aluna juga menunggu Andre untuk latihan paskibranya, atau tak jarang Andre juga menunggu Aluna untuk menyelsaikan paduan suaranya.
Aluna tersenyum kecut saat duduk di ujung papan loncat itu, perempuan itu menggoyang-goyangkan kakinya yang menjuntai ke bawah, dan akhirnya, apa yang tadi Aluna pertimbangkan terjadi juga, dirinya menjatuhkan tubuhnya pada kolam itu, pada kolam yang kedalamannya dua meter itu, Aluna bisa berenang? Jelas, perempuan itu mendapatkan peringkat satu saat lomba senasional, Aluna pandai berenang berapa gaya? Bisa, Aluna bisa berenang beberapa gaya, tapi, hari ini, Aluna sama sekali tidak melakukan apa pun, Aluna tidak menggerakan tubuhnya sama sekali.
Perempuan itu menenggelamkan dirinya dengan sengaja, bersama dengan kenangannya bersama dengan Andre, menenggelamkan dirinya yang masih lengkap berpakaian, menenggelamkan dirinya karena merasa dirinya memang tidak pantas untuk di dunia lagi.
Aluna meneteskan air matanya di dalam kolam renang itu, rasa sakit, rasa sedih, rasa sesak atas semua hal yang ia rasakan selama ini benar-benar menyakitkan, tak lama dari itu, jelas Aluna semakin masuk ke dalam kolam renang hingga suara dari luar sana sama sekali tak bisa membuat Aluna naik ke permukaan.
“Tolongg!!! Ada yang tenggelam.”
___