"Apa! Maksudnya gimana, Ki?" ucap Reno.
"Terus bagaimana nanti kalo ganti baju? Mau pake baju siapa?" tukas Dicka.
"Kita langsung ke kantor polisi saja, semua peralatannya ada di sana," ujar Yongki.
"Okelah," ucap mereka berdua serempak.
Mereka pun langsung menuju ke kantor polisi. Namun,hanya Yongki yang turun dari mobil, sementara, Reno dan Dicka masih tetap menunggu di dalam mobik. Setelah sampai berada disana, semua barang dan tas milik almarhum ibunya Kimmy sudah tidak ada di tempat. Ada orang yang sengaja mengambil tas dan peralatan bayi itu, agar masalahnya cepat teratasi. Betapa kagetnya Yongki setelah mendengar perkataan dari polisi, karena orang yang mengambil barang-barang itu, tidak dikenali oleh dirinya. Namun, Yongki bersikap tenang dan pura-pura seolah dirinya mengenalinya. Agar urusannya cepat terselesaikan.
"Siapa yang melakukan semua ini?" ucap Yongki dalam hatinya.
Tidak lama kemudian, polisi yang pernah diberi kartu nama itu pun datang menghampirinya. Dan memberitahukan bahwa orang yang mengambil barang-barang itu adalah keluarga dari almarhum ibunya Kimmy. Dan Yongki pun semakin tercengang setelah mendengar perkataan dari polisi itu. Ia semakin bertanya-tanya atas apa yang telah terjadi.
"Kenapa keluarganya tidak ada yang menanyakan keberadaan bayi ini, tetapi malah mementingkan barang-barang yang dimiliki ibunya Kimmy. Bahkan peralatan bayinya pun dibawanya, aneh sekali!" kata Yongki dalam hati nya.
"Dimana-mana bayi adalah anugerah yang tidak bisa diganti dengan apapun. Tapi ini malah ... sudahlah, aku semakin pusing memikirkannya," ucap Yongki lagi dalam hati nya.
"Tapi ... bukannya kalian sedang bersama bayi itu? Harusnya pihak keluarga nya juga sedang bersama kalian kan?" tanya Pak polisi yang waktu diberi kartu nama oleh Yongki.
Ia juga keheranan, kenapa Yongki menanyakan tas dan peralatan bayi, sementara, yang ia ketahui bahwa Yongki dan teman-temannya sudah bersama keluarga almarhum ibunya Kimmy.
"Ma-maksud bapak apa ya?" Yongki gugup dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia semakin syok dibuatnya.
"Jadi begini Pak, tadi pihak keluarga almarhum itu datang kemari, memberitahukan kepada kami bahwa, bayi dan Pak Yongki beserta teman-teman Bapak, sudah bertemu dan sedang bersama keluarga almarhum," ucap Pak polisi.
"Apa! Bersama? Bahkan aku saja tidak tau alamat rumahnya dimana? Bahkan HP ku lobet. Ya Tuhan, kenapa jadi bisa begini?" batin Yongki.
"Soalnya dia memberikan informasi sesuai data dari kartu keluarganya. Dan lagi, saya menghubungi anda, tapi nomor anda tidak dapat dihubungi. jadi saya putuskan untuk percaya kalau kalian sudah bertemu dengan keluarga almarhum. Dan juga saya langsung memberikan barang-barang itu kepada keluarganya," sambung Pak Polisi dengan serius.
Yongki semakin syok dibuatnya, karena ia benar-benar belum bertemu dengan keluarga almarhum ibunya Kimmy. Dan ia tidak habis pikir, kenapa bayinya tidak dipedulikan, padahal setiap bayi sangat berharga dimata keluarga. Apalagi bayi seperti Kimmy yang sangat lucu, montok dan menggemaskan.
"Sepertinya, ada yang tidak beres? Kalau begitu, saya akan menindak lanjuti masalah ini. Maafkan atas kecerobohan saya Pak," ucap Pak Polisi. Ia terlihat menyesali dengan apa yang sudah terjadi.
"Oh, tidak Pak. Justru saya yang minta maaf sudah merepotkan Bapak. Tapi sepertinya, masalah ini tidak perlu ditindaklanjuti, berikan saja alamatnya biar nanti saya dan teman-teman datang menemuinya langsung," ujar Yongki.
"Oh, baik Pak. Ini alamatnya, jika ada kesulitan, saya siap bantu Bapak, dan ini nomor kontak saya," ujar Pak Polisi sembari menyodorkan kartu nama beserta alamat almarhum ibunya Kimmy.
"Oke Pak, terima kasih banyak. Saya pasti menghubungi Bapak, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Yongki.
Karena Yongki tidak mau ribet berurusan dengan polisi, ia langsung meminta alamat almarhum ibunya Kimmy, karena sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi, Yongki pun akhirnya pamit untuk pergi dari kantor polisi itu. Dalam benaknya, ia tidak habis-habis untuk memikirkan kejanggalan yang masih melekat di hatinya. Sampai-sampai, sapaan dua pemuda itu tidak ia hiraukan.
"Woy! Kamu ini kenapa sih? Mikirin apa? Dari tadi melamun terus, untung gak nabrak tiang listrik," teriak Reno.
"Tau nih, pasti hasilnya nihil lagi," ujar Dicka.
Setelah berada di dalam mobil, Yongki pun menjelaskan semuanya. Sementara, mereka berdua hanya terdiam keheranan. Mereka berdua tidak percaya Apa yang dikatakan Yongki itu, namun kenyataannya memang peralatan Kimmy sudah tidak ada.
"Ko, aku merasa ada yang tidak beres ya?" ucap Dicka.
"Bukan tidak beres lagi, emang kenyataannya tidak beres," ujar Reno.
"Apa kita suruh polisi itu menindak lanjuti perihal kasus ini?" ucap Yongki.
"Tidak perlu. Biar aku saja yang akan mengurusnya. Karena, aku yakin ada suap menyuap diantara mereka. Jika polisi itu jujur, dia pasti akan teliti dan akan menghubungi kita, ini hanya alasan mereka saja," tukas Dicka.
"Nah, setuju!" ucap Yongki dan Reno dengan serempak.
"Sekarang kita fokus saja urus bayi ini. Anggap saja ini suatu tantangan dalam hidup kita, sebagai calon orang sukses," ucap Yongki dengan semangatnya.
"Bukannya jadi calon seorang bapak?" ledek Reno.
"Kamu saja, kita mah enggak," ucap Dicka membalas ledekan Reno.
Tanpa basa basi lagi, Yongki pun langsung menancapkan gas mobilnya menuju arah pulang. Di perjalanan, baby Kimmy menangis terus. Mereka bertiga kebingungan, karena sedari tadi ia belum juga mendapatkan s**u. Untungnya, di persimpangan jalan ada rest area. Mereka pun mampir sebentar untuk membeli s**u buat Kimmy.
"Yuk, kita mampir dulu pasti dia kelaparan, " tutur Yongki.
"Halah, emang dia kelaparan, makanya nangis terus dari tadi," cetus Dicka.
Mereka bertiga pun segera turun dari mobilnya dan menuju ke toko yang ada di rest area. Tangisan baby Kimmy pun akhirnya berhenti, setelah turun dari mobil, ia terlihat keheranan dengan suasana yang ada disekitarnya. Terlihat lampu hiasan berkelap-kelip yang membuat Kimmy semakin keheranan.
"Ya ampun, berat banget dia, aku sampai tidak bisa bernapas nih. Ki, jangan lupa belikan gendongan bayi, biar gak pegal-pegal menggendongnya," ujar Reno yang masih bertahan menggendong Kimmy.
"Oke."
Sementara di kejauhan ada sosok wanita cantik sedang menuju ke rest area juga. Ya dia adalah Nadya yang berhasil kabur dari rumahnya. Dan sepertinya, pamannya tidak mengetahuinya, makanya dia bisa lolos. Itu karena, Nadya lari dengan sekuat tenaga agar dirinya tidak tertangkap oleh anak buah pamannya. Oleh sebab itu, dirinya tiba-tiba lapar dan kehausan.
Sesampainya di rest area, Nadya melihat tiga sosok pria yang sedang ribut gara-gara baju dan s**u bayi. Padahal, mereka sudah dibantu oleh petugas tokonya. Tapi tetap saja berisik, malahan petugas toko itu kena sasaran mereka. Ditambah lagi, baby Kimmy yang tiba-tiba menangis lagi. Hal ini membuat suasana toko menjadi semakin rame.
Karena ada rasa simpati, Nadya pun langsung menghampiri mereka. Ia tidak tega sama babynya yang masih menangis.
"Permisi, maaf Kak, ada apa ya? Kasihan bayinya dari tadi nangis terus!" ujar Nadya. .
Dan sontak saja mereka bertiga langsung kaget dan terkesima melihat paras Nadya yang begitu cantik dan manis.
"Oh ini Mba, kami sedang mencari sesuatu untuk baby hehe," ucap Yongki.
"Oh gitu, sini biar saya yang menggendongnya, siapa tau nangisnya berhenti," ucap Nadya sambil menyodorkan tangannya ke arah Reno.
Reno pun memberikannya kepada gadis itu. Dan setelah Nadya menggendongnya, benar saja, baby itu berhenti menangis dan terdiam sambil menatap Nadya seolah mengenalinya.
"Loh kok berhenti nangisnya?" ucap Reno keherenan.
"Ya sudah, itu bagus. Ayo kita lanjutkan belanjanya. Lebih cepat lebih baik," tutur Dicka.
Mereka bertiga pun langsung melanjutkan belanjanya didampingi oleh Nadya. Tidak hanya mendampingi, ia pun membantu ketika para pemuda itu kesulitan. Semua barang yang mereka beli adalah pilihan dari Nadya. Setelah semuanya sudah lengkap, mereka pun langsung menuju kasir untuk bertransaksi.
Ketika sedang bertransaksi, Nadya sempat menanyakan keberadaan Ibunya Kimmy. Namun, ketiga pemuda itu, tidak ada yang menjawabnya. Hal ini membuat Nadya semakin penasaran.
Setelah beres bertransaksi mereka pun keluar dari toko itu dan segera membereskan barang-barang yang sudah dibeli tadi ke mobil Yongki. Sementara Kimmy masih digendong oleh Nadya sambil duduk di depan toko itu. Dan setelah beres, mereka pun langsung menghampiri Nadya.
"Kalau boleh tau Mba ini siapa?" tanya Dicka malu-malu.
"Oh iya, hampir saja lupa memperkenalkan diri. Kenalin nama saya Nadya, " jawab nadya sambil tersenyum manis.
"Ohh kenalin juga, saya Dicka dan mereka berdua teman saya Yongki dan Reno," sambung Dicka.
"Ya salam kenal," sahut Nadya dengan senyumannya yang membuat mereka bertiga semakin tergila-gila.
"Jadi, ibunya baby ini kemana?" tanya Nadya lagi.
"Dia, sudah meninggal," jawab Yongki singkat.
"Ya ampun, kasian sekali bayi ini," ucap Nadya sambil memeluk erat Baby Kimmy.
Tidak lama kemudian, baby Kimmy pun sudah tertidur dipangkuan Nadya dengan lelap. Oleh karena itu, Nadya minta ijin untuk pergi. Dan Kimmy pun ia kembalikan lagi kepada Reno.
"Kalo begitu aku pamit ya, sampai ketemu lagi di lain waktu," ucap Nadya.
"Tunggu Mba! kalau boleh tau, Mba mau kemana? Biar saya antarkan sekalian pulang!" ucap Yongki.
"Ah, tidak perlu. Rumah saya dekat kok, kalian cepat pergi saja kasian baby nanti bangun lagi," jawab Nadya.
"Tapi Mbak!" ucap Yongki.
Belum juga selesai bicara, Nadya sudah langsung meninggalkan mereka. Padahal Nadya sendiri juga tidak tau tujuannya mau kemana. Sementara mereka bertiga masih menatap Nadya pergi seolah tidak mau kehilangan Nadya. Tidak lama kemudian, mereka pun tersadar, Karena mendengar rengekan baby Kimmy. Karena takut nangis berkelanjutan, apalagi belum membuatkan s**u untuknya, mereka pun langsung bergegas menuju Mobil Yongki dan segera menuju pulang.
Di perjalanan mereka heboh penuh canda tawa dan sesekali rebutan Nadya dan berharap bisa ketemu lagi di lain waktu. Sementara baby Kimmy tertidur pulas.
***
Sementara di tempat lain
"Tolong panggilkan Bi Inah kemari," sahut Pak Arif sambil membaca koran di teras rumah.
"Baik Pak," jawab Andi.
Tidak lama kemudian, Andi pun sudah membawa Bi Inah ke hadapan Pak Arif. Bi Inah sudah tau apa yang akan ditanyakan oleh Paka Arif.
Dia sudah menyiapkan diri dari kemarin-kemarin, bahwa sesuatu yang terjadi pasti ada konsekuensinya. Dia sudah ikhlas apa yang akan dilakukan Pak Arif kepada dirinya. asal jangan melukai Nadya.
"Bi, dari kemarin, aku tidak melihat Nadya keluar kamar? sakit kah?" ucap Pak Arif.
"Ah, iya Tuan. Dia bilang sedang tidak enak badan," ucap Bi Inah bohong.
"Ohh gitu. Jika sudah baikan, suruh dia menemuiku," tutur Pak Arif.
"Baik Pak."
Kemudian Bi Inah pun langsung bergegas keluar dari ruangan itu. Dan memikirkan lagi bagaimana caranya untuk tidak diketahui oleh Pak Arif bahwa, Nadya sudah dari kemarin kabur dari rumah itu. Tapi sesembunyi-bunyinya bangkai, pasti akan tercium juga. Dan bi inah sadar akan hal itu.
Bersambung