When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Kemarin waktu kita mau makan malam, papa telepon aku,” kata Wintha saat mereka sudah ada di mobil. Mereka dijemput oleh sopir sang papa. Saat itu Raffa sudah tidur karena terlalu lelah, juga karena sudah malam, memang sudah waktunya Raffa tidur. Untung tadi di bandara mereka sengaja makan malam dulu dengan Adit sebelum mereka berpisah karena takutnya Raffa kangen Adit. “Kenapa papa telepon? Kan tahu kita lagi urusan pekerjaan dan mengapa teleponnya sangat lama?” “Papa cerita katanya akhirnya Ridwan tahu siapa mertuanya, dia langsung cari papa di kantor, tapi kiata kan tahu kan papa jarang di kantor karena sibuk ke sana ke sini. Akhirnya di kunjungan ke-4 dia bisa ketemu dengan papa.” “Lalu dia cerita apa?” tanya Farhan penasaran. “Ridwan bilang dia sangat mencintai aku, semua yang d