01 - Pertemuan
Berawal dari kejadian yang tak terduga di hari pertamaku masuk sekolah kelas 2 awal smester ini. Aku hanya sendiri tinggal di rumah ini. Rumah yang di belikan oleh papa dengan nama milikku, Kumo Akari. Tidak ada pengurus rumah mau pun saudara, papa dan mamaku bekerja di luar negeri, mereka bekerja sebagai arkeolog yang saat ini sedang berada di Indonesia.
Rumah yang menurutku tidak cukup besar untuk di tinggali, tapi karena hanya ada satu orang yang tinggal di dalamnya, rumah ini terasa besar. Ada tiga kamar tidur , satu ruangan TV besar yang di sampingnya ada dapur yang di satukan dengan ruang makan. Orang tuaku meninggalkan ku sendiri di negeri ini. Jepang.
Aku sudah terbiasa dengan kehidupan ku seperti ini, bangun pagi, cuci muka dan gosok gigi, menyisir rambutku yang hitam dan panjang yang sedikit ikal, menurutku mataku yang berwarna abu menjadikan rambut dan wajahku senada dengan penampilanku, mengenakan seragamku, membuat sarapan sendiri, dan membersihkan rumah, baru setelah itu aku berangkat sekolah.
Kronologi waktu yang berulang selama tiga tahun ini, aku mulai tinggal sendiri saat aku menginjak kelas 2 sekolah menengah pertama, walaupun awalnya sangat berat untukku, tapi sekarang aku jadi bisa lebih mandiri.
Setelah selesai membereskan rumah aku pun berangkat sekolah melewati jalan satu-satunya ke sekolah itu. Jalan yang berupa tanjakan dan jarang ada kendaraan yang melewati tempat ini, ya karena di ujung jalan ini hanya ada sekolahku. Sekolah tinggi Sakura Seirin.
Karena jarangnya kendaraan yang lewat, suasana pagi hari menjadi terasa sejuk dan segar. Banyak pohon sakura di sepanjang perjalanan menuju sekolah yang saat ini sedang berbunga. Saat tiba waktunya pohon sakura itu mekar, jalan ini bisa di penuhi dengan orang-orang yang melihat keindahannya, selain banyak pohon sakura yang menghiasi jalan menuju sekolahku, sekolah ini juga menghadap ke arah pegunungan yang ada di kotaku ini, jadi pemandangannya akan terlihat sangat sempurna indahnya.
Di perjalanan menuju sekolah, aku melihat seseorang menggunakan jubah hitam menutupi seluruh tubuhnya. Atas kepalanya juga di tutupi oleh tudungan dari jubah tersebut dan duduk di terotoar. Awalnya aku pura-pura tidak melihat orang itu, dan langsung melewatinya. Namun dia melihat ke arahku dan berkata, “Hei, apa kau percaya sihir?” kata orang itu sambil membuka tudungan yang menutupi kepalanya.
Aku menghentikan langkahku karena mendengar orang itu bicara, aku diajari untuk tidak berbicara pada orang asing, tapi yang satu ini berbeda, kata-kata orang itu menarik perhatianku. Aku langsung menghadap keorang aneh itu. “Tidak, sihir itu hanya fantasi dari film atau anime semacamnya, bukan?”
“Kalau begitu mungkin sekarang kau berada di dunia fantasi atau anime.“ Orang itu pun berdiri dari duduknya, dan menatapku. “Namaku Marchikuelle dari negeri sihir, senang bertemu dengan mu.”