3. TAJ-All About Women

1471 Words
10 tahun kemudian... Kepalaku berputar seiring gerakan tubuh Skye yang sejak tadi berguling mengelilingi tempat tidur sambil memegangi perutnya. Dia berkata perutnya lapar minta diisi. Namun, ketika makanan itu datang, dia malah kembali berguling-guling dan meneriakiku sebagai orang jahat. Baiklah kita cerna baik-baik apa yang Skye inginkan. Dia berkata dia belum makan sejak kemarin sore. Aku tak mengerti apa maksudnya. Mungkinkah adik kecilku ini sedang menjalani diet? "Skye, please. Aku benar-benar tidak mengerti apa maumu sebenarnya. Disini tersedia banyak sekali makanan dan kau masih mengeluh jika perutmu tak diisi sejak kemarin sore. Sebenarnya apa yang ada dipikiranmu sebenarnya?" Aku berkata frustasi. Sedangkan Skye, masih memutari kasur sambi kau memegangi perutnya. Dasar gadis aneh. Dia mendengus saat aku hanya menatapnya menggeliat tanpa membujuknya kembali. Kini dia bangkit duduk dengan posisi bersedekap di depan kepala ranjang. "Kau sangat tidak pengertian,  Arthur! Harusnya kau tahu jika aku sedang sakit! Setidaknya bujuk aku kembali supaya mau makan dan memberi solusi agar aku tidak usah kuliah hari ini." Rajuknya sambil menggerakkan bibirnya, menggerutu dalam bahasa yang tidak aku mengerti. Ya, aku sudah terbiasa dengan sikap manja Skye yang seperti ini. Sudah beberapa tahun belakangan dia tinggal bersamaku. Alasannya sangat sulit untuk masuk dipikiran yang rasional. "Aku malas tinggal bersama Mom dan Dad. Mereka selalu memperlakukan aku seperti seorang gadis yang selalu akan tergores. Tidak ada mobil atau bersenang-senang dengan pergi ke club. Ketika tinggal bersamamu, aku tahu kau tidak akan berani melarang." Begitu yang diucapkan adikku saat dia tiba di apartemenku sambil membawa banyak sekali koper besar. Meskipun kejadian itu sudah berlalu sekitar sepuluh tahun, orang tuaku masih melakukan perlindungan ketat padanya. Aku memahami bagaimana terkekangnya Skye. Tetapi aku juga tidak bisa membenarkan sikap Skye yang tidak ingin pulang ke rumah. Apalagi mengingat kini Mom dan Dad sudah tidak muda lagi. "Kau tidak ingin kuliah? Maka tidak ada mobil, club dan kau akan diantar kembali ke rumah dalam waktu setengah jam." Ucapku tak ingin dibantah. Dia berdecak sebal sebelum akhirnya menjawab, "Kenapa ancamanmu selalu berhasil membuatku takut, Arthur. Aku membencimu, kakak." Kemudian dia bangkit dari kasur dan menghilang dibalik pintu kamar mandi. Aku terkekeh. Sikap Skye padaku tidak pernah berubah. Meskipun aku tahu, Skye kerap kali mendapatkan cercaan dan makian dari teman-teman kampusnya. Beberapa mahasiswa bahkan pernah bertindak tidak senonoh padanya. Namun, Skye hanya diam dan memberikan tatapan intimidasi pada mereka, tanpa perlawanan ataupun pembelaan. Dan hal itu juga yang membuatku terpaksa untuk turun tangan secara diam-diam. Setidaknya memberikan pelajaran kepada para bocah itu. Aku yakin mereka baru sekali melakukan s*x dan sudah berani mengganggu adikku. Sambil menunggu Skye mandi aku berjalan menuju kamarku sendiri. Disana ponselku bergetar hebat menandakan seseorang baru saja melakukan panggilan. Kulihat nama seorang wanita tertera disana. Ya, itu adalah nomor yang sangat aku kenali sejak lima tahun terakhir. "Ada apa?" Tanyaku to the point saat mengangkat panggilan itu, bahkan  tak memberi ruang untuk seseorang di seberang sana memberikan salamnya. Wanita itu menghela nafasnya, "Aku merindukanmu, Honey. Apakah Skylar ada di apartemen malam ini? Kurasa kita butuh waktu berduaan." Aku mengangguk meskipun tak terlihat oleh wanita itu, "Ini apartemennya juga, Alice. Sudah pasti adikku akan berada di apartemen malam ini." "Harusnya aku tidak setuju saat adikmu memutuskan untuk tinggal disana. Kau lihat, Arthur? Sekarang bahkan kita tidak memiliki waktu berdua!" Ucapnya dengan nada berapi-api seperti biasanya. Aku memijat dahiku yang tiba-tiba merasa nyeri. Selalu seperti ini. Alecia akan sangat sensitif jika membahas tentang Skye. Dan hal itu yang membuat aku malas berbicara dengannya. Aku mencintainya. Tidak mungkin hubungan kami selama lima tahun terakhir tak bisa membuat aku jatuh cinta padanya. Cantik, seorang model, berkarakter layaknya pemenang kontes kecantikan. Mungkin dia adalah Aunty Gior pada masa yang berbeda. Ya, aku masih selalu mengagumi Ibunya Thomas hingga sekarang. Namun, mungkin rasa cintaku belum cukup besar untuk membenarkan ketidaksukaannya yang kadang tidak beralasan. Walaupun dibalik itu, aku menyadari jika Skye dan Alice adalah musuh dibalik selimut. Aku berdecak, "Dengarkan aku, Alice. Kau tidak bisa membenci adikku terus-terusan. Bahkan jika kau menyuruhku memilih untuk menemani Skye di apartemen atau bersenang-senang bersamamu, aku masih mempertimbangkan untuk memilih Skye. Dia adikku dan--" "Kau amat sangat menyayangi dia. Jadi menurutmu aku tak berarti apa-apa? Baiklah aku mengerti." Suaranya mulai bergetar, aku tahu tentu saja, wanitaku ini akan menangis. "Kau tahu aku mencintaimu, Arthur. Apa menurutmu kesetianku selama lima tahun tidak berarti? Aku sangat berharap kai segera menikahiku dan melarangku bekerja. Bukan karena aku tak suka bekerja, ini duniaku. Hanya saja rasanya akan lebih bahagia menunggumu pulang bekerja. Namun sepertinya aku terlalu tinggi menggantungkan harapan. Besok aku akan tour produk baru dan pemotretan keliling Eropa. Aku rasa kita tak butuh lagi melepas rindu atau saling mengucapkan selamat tinggal." Dan sambungan itu terputus. Lagi-lagi aku hanya bisa menggeram dan membanting ponselku kembali ke tempatnya. Kuacak rambutku dengan perasaan frustasi. Sial! Kenapa wanita selalu membingungkan? Kali ini cara apalagi yang harus aku gunakan untuk meminta maaf pada Alice? ♂ Kepalaku kembali merasakan nyeri. Kali ini masalah tak henti-hentinya berasal dari seorang wanita. Makhluk yang selalu membuat kaum pria memilih mati daripada berpikir. Itulah yang terjadi padaku saat ini. Baru saja sampai di kantor dan memastikan Skye sampai di kampusnya seperti biasa. Sebuah panggilan datang. Dan kali ini berasal dari universitas tempat Skye menuntut ilmu.  Skye pagi ini dilempari telur busuk dan air toilet. Siapa yang melakukannya? Seorang wanita! Bisa dibayangkan bagaimana moral para wanita dunia saat ini sudah mulai bergeser. Aku sangat yakin kali ini bukan kesalahan Skye. Adikku itu tak pernah mencari masalah. Hanya saja, orang-orang selalu melecehkannya dengan kata-kata. Aku tak tahu apa masalahnya. Pihak universitas hanya menyuruhku datang dan menerima permintaan maaf dari wali pelaku. Akibat sakit kepala yang mendera, terbukti aku tak sanggup mengemudi lagi. Jadilah sopir kantor mengantarku hingga ke universitas. "Dimana Skye, ah maksudku Skylar, Miss?" Tanyaku saat tiba di ruangan dosen pembimbing Skye. Aku sedikit terkejut saat melihat dosen pembimbing Skye yang sering di tuduh sebagai penyihir adalah seorang wanita muda. Dia memberikanku senyuman ramah dan mempersilahkan aku untuk duduk. Disana, tepat di bangku sebelahku sudah terisi oleh seseorang yang mengenakan setelan jas rapi. Aku maju melangkah, dan mengambil posisi duduk. Sedikit terkejut saat menyadari siapa yang duduk di sebelahku saat ini. "Mr. Shopley..." Dia menatapku tak percaya sebelum akhirnya menggeleng. "Aku tak percaya hari ini aku harus meminta maaf pada mantan mahasiswa terbaikku." ♂ "Jadi dia adalah putrimu, ya?" Tanyaku sambil menggaruk tengkuk tak enak. Mr. Shopley tersenyum getir dan mengangguk. Saat ini kami berdua sedang berjalan menuju ruangan dimana Skye dan putri Mr. Shopley berada. Sejujurnya ada sedikit rasa canggung berjalan bersisihan dengan mantan dosenmu selama dua semester. "Dia putri bungsuku. Sejak aku berpisah dari ibunya, sikap anak itu berubah. Sekali lagi aku meminta maaf atas ulah putriku, Arthur." Ucapnya dengan penuh penyesalan. Aku segera menggeleng, "Tidak, Mr. Shopley. Kau tidak harus meminta maaf padaku. Setidaknya ini bukan masalah kita. Aku rasa putrimu yang  perlu meminta maaf pada Skylar. Aku hanya membimbingnya menyelesaikan masalah secara mandiri." Mr. Shopley tersenyum, "Kau selalu bisa diandalkan, seperti biasanya." Kami tiba di sebuah ruangan. Ruangan ini disediakan khusu untuk para murid yang melakukan kesalahan. Mereka melakukan perenungan selama kurang lebih satu jam, tergantung dari penyelesaian masalah dari kedua pihak wali.  Sejujurnya aku merasa sedikit sesak. Ruangan ini hanya berisikan dua orang, korban dan pelaku. Aku berharap mereka tidak saling membunuh didalam sana. Ketika pintu dibuka, seseorang langsung menerobos keluar. "Astaga, Pop! Jika kau terlambat datang satu menit saja, aku akan mati karena bau busuk wanita jalang itu!" Ucap wanita berambut merah itu menggebu-gebu. Aku menilik penampilannya. Rok pendek, tanktop, anting di lidah, hidung serta telinga secara berlebihan. Bahkan aku yakin boots yang dia pakai tidak pantas untuk seseorang yang menuntut ilmu. Bahkan aku sempat berpikir bahwa wanita ini menganut semacam kepercayaan pada aliran setan. Aku menyakini jika gadis ini adalah putri bungsu dari Mr. Shopley. Sedangkan Mr. Shopley hanya menatap anak itu dengan tatapan dingin tak ada kehangatan sama sekali. Tunggu, siapa yang dia maksud wanita jalang?  "Maaf, Nona. Jika kau memanggil adikku dengan sebutan jalang, aku yakin kau keliru. Adikku tak pernah menjual tubuhnya pada pria." Aku membela Skye tanpa memperdulikan tatapan membunuh yang berasal dari Mr. Shopley pada putrinya.  Biarkan saja! Aku justru senang melihatnya dimarahi Mr. Shopley. Apa anak itu tidak sadar jika ayahnya adalah seorang dosen psikopat? Tak lama Skye keluar dari ruangan. Bajunya tampak basah serta rambutnya persis seperti gelandangan. Aku yakin itu efek dari telur busuk itu. Benar, Skye benar-benar bau.  Gadis berambut merah itu tertawa. "Kau lihat, b***h? Bahkan pria ini memasang ekspresi akan muntah saat kau keluar." Ujarnya mengejek Skye. Skye tidak tinggal diam ternyata, dia meremas rambutnya yang lengket. Beberapa saat kemudian, tangan yang dia gunakan untuk meremas rambut sudah menempel manis di pipi gadis berambut merah itu. "b***h! Kau gila?!" Dia berteriak marah pada Skye. Skye hanya diam dan menatap wanita itu datar. "Cukup, Faith! Kau lagi-lagi mempermalukan aku dengan mulut kotormu itu. Kau ikut aku pulang Faith!" Perintah Mr. Shopley kasar. Gadis yang dipanggil Faith itu beringsut menjauh. "Aku tidak akan pulang bersamamu, Pop. Kau akan mengikatku dan mencambuk kaki-kakiku seperti biasanya." Aku kaget. Tentu saja. Apakah benar Mr. Shopley kerap kali memukuli putri bungsunya sendiri? Gadis itu berbalik meninggalkan kami setelah sebelumnya mengacungkan lidah dan jari tengahnya padaku dan Skye. Sedangkan Mr. Shopley hanya menatap kepergian anaknya dengan tatapan dingin mencekam. ♂

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD