Sentuhan 'Tak Disengaja

1082 Words
Setelah lebih dari 30 menit melangkah, Bianca mulai kedinginan. Ia menggosok kedua tangan, lalu meniupnya beberapa kali untuk mendapatkan kehangatan. Aro yang paham bahasa tubuh Bianca tersebut, langsung menghentikan langkahnya dan menatap nyonya muda tersebut. Kemudian dengan cepat, ia menutupi kepala Bianca, dengan menarik topi dari jaket bulu angsa yang sudah gadis muda tersebut kenakan. Aro juga menarik kedua sisi tali yang ada pada topi bulu angsa dan mengikatnya lembut di antara bawah dagu dan leher Bianca. Pada saat yang bersamaan, mata keduanya bertemu dan saling menatap. "Hangat," ujar Bianca. "Saya tidak tahu kalau jaket ini ada topinya," sambung Bianca sambil terus menatap Aro. "Anda tidak akan tahu, jika tidak memperhatikannya, Nyonya," sahut Aro sambil terus merapikan sisi topi agar tidak ada udara yang mampu menghampiri leher dan kuduk Bianca. "Bagaimana mungkin kamu bisa menjadi seseorang yang jahat?" tanya Bianca yang sudah menyadari sikap lembut Arogan tersebut. Jari tangan Aro terhenti karena perkataan Bianca, "Sa-saya, saya tidak tahu, Nyonya," jawab Aro yang masih menatap mata indah milik Bianca. Kemudian Aro memegang kepalanya cukup kuat, "Saya tidak bisa mengingat apa pun, kecuali wajah tuan Jack, semua pelatihan, dan juga perintahnya." Aro yang memiliki mata kecoklatan nan indah, layaknya keturunan bangsawan, membuat Bianca terpanah. Ia sangat ingin tahu apa yang terjadi pada laki-laki yang berada di hadapannya tersebut. Semua itu karena antara sikap, perbuatan, dan juga pekerjaan Aro, terasa begitu berseberangan. Bianca semakin yakin, jika Aro sebenarnya bukanlah orang jahat. "Anda masih ingin berjalan-jalan, Nyonya? tanya Aro dengan suara yang lembut seperti biasanya dan saat itu, Bianca langsung mengangguk. Namun kedua kaki gadis tersebut sudah terasa dingin dan kaku karena malam ini, cuaca cukup buruk. Aro terpaksa mengajak Bianca keluar dari kamar dan penginapan karena tahu bahwa gadis tersebut begitu menderita berada di sana. Namun ternyata, kondisi udara di luar juga tidak baik untuk kesehatan serta stamina Bianca. Baru saja Bianca hendak melangkahkan kaki kanan, tanpa sengaja ia menyandung kaki kirinya dan tumbuh Bianca pun langsung hilang keseimbangan serta condong ke depan, hampir terjatuh. Namun dengan cepat, Aro menangkap Bianca dengan memegang pinggangnya pada posisi tubuh yang sedikit menunduk. Tanpa sengaja, bibir Bianca menempel sempurna pada bibir Aro. Mata keduanya terbelalak, tapi tidak ada satu pun di antara keduanya yang mundur ataupun menjaga jarak. Seakan mereka sama-sama terkejut, namun suka dengan apa yang baru saja terjadi. "Maaf, saya tidak sengaja," pinta Aro setelah tiga menit menikmati bibir Bianca yang menempel hangat pada bibirnya. "Saya yang salah. Kaki saya, tidak terasa," sahut Bianca yang merasa tidak enak hati. "Sebaiknya kita pulang saja, Nyonya! Besok siang, kita bisa mengulanginya kembali," rayu Aro yang khawatir pada Bianca. Bianca mengangguk, "Baiklah, saya mengerti." Lalu gadis tersebut berusaha untuk melangkah dan membalik arah menuju penginapan. Namun, kali ini kedua kakinya benar-benar kaku. Aro pun langsung membungkukkan tubuh dan menjadikan dirinya kuda tunggangan untuk Bianca. "I-ini?" "Silakan, Nyonya!" "Terima kasih ... ." "Tidak masalah." "Tapi saya berat." "Hidup saya jauh lebih berat, Nyonya. Jangan ragu, saya punya kuda-kuda yang sudah terlatih sempurna." "Baiklah," sahut Bianca yang langsung naik ke punggung Aro dan mengalungkan tangan pada lehernya. Salju berwarna putih yang dingin, seolah menjadi saksi mati dari perasaan dua insan yang beku karena takdir. Walau begitu, mereka bisa tersenyum malam ini, seolah dunia memberikan kesempatan kepada keduanya untuk lepas dari rantai api kehidupan yang kejam. Di atas punggung Aro, Bianca tersenyum simpul. Bahkan pelukan kedua tangannya pun semakin erat terasa di leher Arogan. Berat, tapi Aro suka dan ia ingin susana yang menyenangkan seperti ini, bisa lebih lama dan panjang ia rasakan. "Bagaimana pendapatmu tentang musim dingin?" tanya Bianca yang ingin merasakan napas hangat Arogan di sekitar wajahnya. "Kamu boleh menjawab apa saja, tidak harus benar." "Sebenarnya saya benci musim dingin, Nyonya. Sebab, ia dimulai terlalu awal dan berakhir terlalu terlambat. Kehadirannya hanya diharapkan dan disukai oleh orang-orang yang memiliki mantel tebal dan sepatu salju." "Ha?" Bianca terperangah mendengar jawaban cerdas tersebut. "Iya. Tapi, tidak bagi mereka yang hanya memiliki sehelai pakaian usang dan robek dibanyak bagiannya," ujar Aro yang menjawab lebih panjang daripada pertanyaan Bianca. Selain itu, jawaban Aro tersebut membuat Bianca terbungkam, sekaligus tersentuh. "Heeemh." "Tepatnya, musim dingin dicintai oleh mereka yang memiliki pakaian hangat dan bergaya untuknya!" "Kata-kata kamu itu, dalam sekali arti dan maksudnya. Saya yakin, jika kamu adalah orang kaya raya, kamu pasti akan menjadi pria yang dermawan." "Tidak, Nyonya. Saya hanya seorang pembunuh." "Apa kamu suka saat melakukannya?" Aro menggeleng, "Itu seperti menancapkan duri salak tepat di dadaa dan tidak pernah bisa ditanggalkan. Sakitnya jauh lebih lama, bahkan abadi," beber Aro terdengar penuh penyesalan. Bianca merebahkan kepala pada pundak Aro. Hanya ada satu kata yang ia rasakan saat itu, ialah nyaman. Kemudian, Bianca memutuskan untuk tidak mempertanyakan apa pun kepada Aro dan hanya menikmati kenyamanan perasaannya saja. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 35 menit, Aro dan Bianca tiba di muka penginapan. Aro sama sekali tidak melihat ke Arah depan, sehingga ia tidak mengetahui bahwa Jack sudah berada di hadapannya sambil memasang wajah masam dan marah. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Jack dengan ekspresi wajah yang sangat kejam. Ia seperti hendak menghajar dan menelan hidup-hidup, kedua b***k peliharaan yang berada di depan matanya. "Tuan ... ." Jack hanya menatap dengan bola mata yang besar dan berapi-api. Saat itu, Bianca turun dari punggung Aro perlahan dan bergerak mendekati Jack Williams. "Kami hanya ... ." Bianca berniat untuk menjelaskan. Namun tamparan keras langsung mendarat di wajahnya yang mungil dan mulus. Tubuh Bianca terlempar dan terjatuh di atas tumpukan salju dingin dan tebal. Ia sulit bergerak, hanya tangannya saja yang tampak memegang wajah yang sudah terkena pukulan. Tiba-tiba saja, Aro merasakan sakit yang lebih besar dari pada Bianca. Kemudian dengan cepat, ia menyatukan lutut di atas salju dan memohon pengampunan untuk Bianca. "Saya mohon, Tuan besar. Hancurkan saja saya, tapi jangan menyakiti Nyonya muda. Sayalah yang bersalah karena meminta beliau untuk ikut, hanya demi membahagiakan hatinya lewat alam," jelas Aro dan Jack langsung menendang kepala Aro dengan kakinya, sangat keras. "Sejak kapan kamu diperbolehkan untuk berbicara? b***k tetap saja menjadi b***k. Jika saya memintamu untuk menggonggong, baru kamu boleh melakukannya." "Maaf, Tuan. Saya bersalah," jawab Aro yang ingin menyelamatkan Bianca. Aro adalah orang yang tahu persis akan tabiat Jack. Laki-laki kejam tersebut akan berhenti menyakiti targetnya, jika amarahnya sudah dilampiaskan kepada orang lain. "Bawa dia! Saya akan membuat perhitungan," perintah Jack pada pengawal lainnya dan saat itu, Aro diseret serta dibawa ke tempat lain yang Bianca tidak ketahui. "Dan kamu perempuan murahan, pergi ke kamarmu sekarang juga!" perintahnya bersama tatapan membunuh. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD