2. Rosemary

1063 Words
“Saya menyarankan agar Rosemary segera mendapatkan perawatan medis atau setidaknya Anda bawa putri Anda ke psikiater.” Kata petugas keamanan di wilayah tersebut yang mendapati keadaan rumah keluarga Gold yang tengah gaduh karena aksi bunuh diri Rosemary Gold. Raymond Gold dan Emma Gold hanya saling menatap satu sama lain. Rosemary merupakan putri satu-satunya di keluarga Gold. Jika, Rosemary benar-benar dinyatakan tidak waras, maka keluarga Gold tidak akan memiliki penerus karena Emma Gold tidak bisa mempunyai keturunan. Tentu saja mereka berpikir keras saat ini. Siapa yang akan mau menikah dengan orang tidak waras atau mantan orang tidak waras? “Terima kasih atas saran Anda. Kami akan membawa Rosemary ke psikiater secepatnya.” Kata Raymond Gold dengan wajah panik. “Kami harus membawa putri kami ke rumah sakit terlebih dulu untuk mengetahui kondisinya saat ini.” “Baiklah, Tuan Gold. Kalau terjadi sesuatu seperti ini lagi, hubungi saja kami.” Para petugas keamanan keluar dari kediaman Gold dan saat itu juga ambulans yang dipanggil telah tiba. Mereka bergegas masuk ke dalam rumah dan membawa Rosemary yang telah hilang kesadaran ke dalam mobil ambulans. Emma Gold menghela napas lelah. Dia bertolak pinggang dan menolak untuk ikut ke rumah sakit karena kecewa akan keadaan. Andaikan saja dia bisa mengandung keturunan Gold yang lainnya, maka sekarang dia tidak akan berpikir keras. “Emma, ayo cepat.” “Raymond, sudah kukatakan berulang kali kalau aku tidak mau menemani anak itu. Kamu pergilah dan urus putrimu yang kehilangan akal sehat itu. Aku sudah cukup lelah dengan semua ini, Raymond. Aku akan pergi ke kamar dan istirahat.” Ujar Emma dengan nada lelah sambil menggelengkan kepalanya. Lantas dia berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Raymond Gold tidak dapat berkata apa pun pada istrinya. Dia hanya menatap punggung Emma yang telah berlalu. “Tuan Gold, kita akan berangkat sekarang.” Kata salah satu petugas medis. Raymond Gold mengangguk, berlalu ke dalam mobil ambulans menemani Rosemary yang masih pingsan, tetapi dia sudah dipasangi alat bantu pernapasan dan ditangani oleh beberapa petugas medis. Rosemary tidak mendengar apa pun, hening dan kedamaian yang dia rasakan membuat air matanya jatuh membasahi kedua pelipisnya. Dia pikir kalau dirinya telah mati dan berada di surga saat ini, dan bukannya berada di dunia n****+ seperti yang dia inginkan. Aku telah mati. Kenapa aku tidak dapat bergerak, tetapi masih bisa merasakan air mataku? Hangat dan basah. Dengan susah payah Rosemary Gold membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit memaksakan keinginannya untuk membuka mata. Dalam keadaan pandangan mata buram, Rosemary Gold melihat nuansa putih mengelilinginya. Apakah ini surga ataukah dunia lain? Dia bertanya-tanya dalam benaknya karena bibirnya tertutup rapat. Tenggorokannya amat sakit akibat tali yang menjerat lehernya dengan kuat, bahkan hanya untuk menelan saliva saja Rosemary tidak mampu. “Rosemary, kamu sudah sadar, Nak?” Raymond Gold bergegas menghampiri Rosemary yang terbaring di ranjang rumah sakit, sedang Rosemary Gold tidak mengetahui kalau dirinya selamat dan dirawat. Lantas Raymond Gold segera memberitahu perawat yang berjaga “Katakan pada dokter kalau putriku telah sadar.” Ujar Raymond Gold dengan panik melintasi wajahnya. Para perawat segera berkerumun ke ruangan Rosemary. Mendadak Rosemary membuka matanya lebar-lebar mendapati keadaan yang tidak dia inginkan. Ternyata aku selamat lagi. Rosemary Gold merasa kecewa ketika dia diperiksa oleh dokter. Dia menampik tangan dokter, membuang muka karena tidak ingin mendapatkan perawatan medis karena dengan begitu dia akan mati, bukan? “Aku bisa menghitung dengan baik dalam sebulan ini sudah lima kali kamu dirawat di rumah sakit kami. Jika kamu terus seperti ini, maka kamu akan dianggap tidak waras.” Kata dokter yang menangani Rosemary sambil menggelengkan kepalanya. “Orang-orang di luar sana sangat menghargai hidup mereka, bahkan beberapa orang kelaparan di luar sana masih tetap bertahan hidup dan memiliki keinginan untuk sekedar bernapas. Meskipun perut mereka tidak mendapatkan asupan sejak berhari-hari.” Tambahnya. Rosemary bergeming. Sementara, Raymond Gold merasa malu pada dokter. “Dokter maafkan putriku. Emosinya sedang tidak stabil.” “Tuan Gold, sebaiknya Anda membawanya kepada dokter Black. Aku takut kalau kejiwaannya .. ..” “Aku mengerti dokter. Terima kasih banyak.” Dokter mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Rosemary yang masih bergeming di atas ranjang rumah sakit. “Dia tidak apa-apa, besok sudah boleh dipulangkan. Ingat untuk membawanya pada dokter Black.” “Baik, terima kasih, dokter.” Setelah memeriksa keadaan Rosemary, semua petugas medis hanya menggeleng kepala dan keluar dari bangsal. Wajah mereka tampak kecewa karena Rosemary terus saja ingin bunuh diri, tetapi keluarganya sangat terlambat membawanya ke psikiater. Mereka berpikir kalau Rosemary akan dinyatakan tidak waras oleh dokter Black. “Rosemary, hentikan ketidakwarasanmu atau kamu akan dianggap tidak waras. Kamu putriku satu-satunya dan penerus keluarga Gold. Jika kamu tidak waras, maka siapa yang akan meneruskan keluarga Gold nantinya?” Raymond Gold berujar kecewa. Dia hampir menangis karena putrinya sudah berada di ambang kewarasan. “Hahahaha~” Tawa Rosemary menggema di dalam bangsal, mengagetkan Raymond Gold. Rosemary seperti kehilangan akal, dia tertawa terbahak-bahak sambil menangis keras di waktu yang bersamaan. “Rosemary!” Raymond Gold terlihat getir melihat tingkah laku putrinya yang mirip orang depresi. Tidak, tidak mau. Raymond tidak mau putri satu-satunya kehilangan akal sehat. “Dokter, dia kenapa? Putriku kenapa?” Raymond panik sampai meraih kerah dokter. Para perawat membantu melerai, tapi tangan Raymond Gold terlalu kuat. “Kami akan melakukan observasi terlebih dahulu sebelum memutuskan. Jika memang kondisi psikologisnya terpengaruhi, maka kami putuskan membiarkannya dirawat oleh ahli jiwa,” papar sang dokter. Raymond Gold syok mendengar hal itu. Jiwanya seperti terangkat dan tubuhnya terasa lemah. “Aku harus bagaimana sekarang?” tanyanya kebingungan. “Anda pulang saja untuk saat ini. Biar kami yang mengawasi.” “Hahahaha!” Rosemary Gold masih tertawa sambil menatap lurus ke depan. Dia sama sekali tidak memperhatikan para perawat, dokter, maupun ayahnya. Rosemary terlihat lebih kacau daripada sebelumnya. Suasana hatinya berubah dari senang lalu sebentar lagi menjadi sedih. Raymond Gold prihatin melihat keadaan putrinya. Sejenak ragu-ragu untuk melangkah ke arah Rosemary. Sepertinya Raymond Gold sedikit sadar telah terlalu sedikit memberikan perhatian pada Rosemary. “Rosemary,” ucap Raymond Gold dengan lirih. Tangannya terangkat pada pipi Rosemary. Namun, Rosemary sama sekali tak menanggapi. Laki-laki itu amat sedih dalam hatinya. Dia mengutuk dirinya sendiri yang sudah tak memperhatikan Rosemary. “Sejak kapan ini terjadi padamu, Nak? Sejak kapan?” Apa gunanya menyesal sekarang? Rosemary Gold memperhatikan ayahnya. Kedua tangannya terangkat dan mendorong bahu pria itu. Raymond menggeleng tetap mempertahankan tempatnya di dekat Rosemary. Namun, Rosemary terus mendorong Raymond.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD