4. Aretha Melarikan Diri

994 Words
"Sebenarnya om enggak mengerti, apa yang ada di pikiran Aretha? Kenapa ia malah kabur dan menyuruh kamu untuk menggantikannya menikah dengan pria itu?" seorang pria berkata, menatap lurus ke depan dan memperhatikan jalan yang dilewati. Ia adalah Wisnu, ayah Aretha. Tadi pagi saat bangun dari tidurnya Aruna dibuat terkejut dengan hilangnya Aretha, wanita itu tiba-tiba menghilang begitu saja padahal Aruna sudah setuju untuk menggantikannya menikah dengan pria yang dijodohkan dengannya. Namun entah kenapa Aretha malah pergi tanpa mengucapkan satu patah katapun. Bahkan ia juga tidak meninggalkan surat. "Karena kak Aretha enggak mau dijodohkan, Om" jawab Aruna menundukkan kepala. Wisnu melirik ke arah Aruna. "Dia bilang begitu sama kamu?" "Iya" Aruna mengangguk. "Soalnya kak Aretha cinta banget sama kak Rangga dan dia enggak bisa meninggalkannya" jelasnya dengan kepala yang tertunduk. Wisnu mendengus. "Dasar anak tak tahu diuntung, bikin malu orang tua saja. Sudah tahu telah dijodohkan malah tetap berpacaran dengan pria bernama Rangga itu. Dan om yakin pasti pria itu yang mengajaknya untuk kabur" ia berkata dan menatap ke depan. Aruna hanya terdiam dan tetap menundukkan kepala tanpa mengatakan apa-apa. "Dan yang paling membuat om kesal adalah kenapa dia malah menyuruh kamu untuk menggantikannya?" tambahnya, menoleh ke arah Aruna. "Apa yang harus om katakan pada ibu dan ayah kamu? Mereka pasti bakal marah pada om" "Om tenang saja, nanti aku bantu ngomong sama ayah dan ibu. Dan aku yakin mereka bisa mengerti" jawab Aruna tanpa menoleh ke arah pamannya. Namun Wisnu hanya melirik ke arah Aruna dan menatapnya tanpa mengatakan apapun. Beberapa saat kemudian Wisnu menepikan mobilnya dan mematikan mesinnya saat tiba di sebuah rumah. Aruna terdiam dan memperhatikan rumah itu yang begitu besar bak istana, ia tidak pernah melihat rumah sebesar ini seumur hidupnya. Wisnu menghela nafas. "Om enggak tahu harus ngomong apa sama om Yudha, pasti dia kecewa banget karena Aretha malah melarikan diri dari perjodohan ini" ia berkata dengan lemas dan Aruna menoleh ke arahnya. Aruna tersenyum dan memegang bahu Wisnu. "Om tenang saja, aku yakin om Yudha bisa mengerti dengan keadaan ini. Lagipula, itu telah terjadi jadi mau enggak kita harus menghadapinya" Wisnu mengangguk. "Kamu benar, hanya saja om enggak siap untuk menghadapinya" katanya dengan kepala yang tertunduk. Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajah Aruna. "Enggak usah khawatir, Om. Kan ada aku, kita hadapi bareng-bareng, ya?" ia berkata dengan lembut dan mengangkat satu alis. Wisnu menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya. "Baiklah, kalau begitu ayo kita turun. Mereka pasti sudah menunggu kita di dalam" ajaknya dan Aruna mengangguk. Dan kemudian mereka pun segera keluar dari dalam mobil. Setelah berada di luar mereka disambut oleh seorang pria berseragam satpam. "Selamat malam apa ada yang bisa saya bantu?" "Selamat malam" Wisnu tersenyum pada satpam itu. "Saya Wisnu, temannya pak Yudha. Saya datang ke sini karena ada yang harus saya bicarakan padanya. Apakah ia ada di rumah?" tanyanya mengangkat satu alis. "Pak Yudha ada di dalam. Ayo silahkan masuk dan tunggu di ruang tamu" Satpam itu mengangguk dan memberikan gestur pada Wisnu dan Aruna untuk masuk ke dalam rumah itu. "Terima kasih" jawab Wisnu dengan senyum yang terukir di wajahnya. Lalu ia dan Aruna segera melangkah masuk dan berjalan menuju ruang tamu. Sesampainya di dalam Aruna langsung sibuk memperhatikan ke sekitar, ia tidak menyangka jika ia bisa menginjakkan kakinya di rumah yang sebesar itu. Wisnu pun terus berjalan di sebelah Aruna dan menuju ruang tamu. "Wisnu" Mereka langsung berhenti dan melihat seorang pria berumur lima puluh tahunan yang berjalan menghampiri mereka. "Selamat datang kembali di rumahku" pria itu berkata dengan senyum yang terukir di wajahnya. Lalu ia berhenti dan memeluk Wisnu. Ia adalah Yudha, ayah Evan. Wisnu tersenyum dan memeluk teman baiknya itu. "Terima kasih, Yudha" "Sama-sama" Yudha tersenyum dan melepaskan pelukannya. "Ngomong-ngomong, ayo kita duduk" ajaknya memegang bahu Wisnu. Wisnu hanya mengangguk dan duduk di sofa. Sedangkan Aruna, ia duduk di sebelah Wisnu. Yudha tersenyum dan duduk di sofa yang lain. Lalu ia menatap Aruna. "Jadi ini Aretha anak kamu?" tanyanya pada Wisnu dan mengangkat satu alis. "Cantik, ya. Seperti ibunya. Cuma wajahnya sedikit berbeda saat waktu masih kecil" Mendengar pertanyaan Yudha membuat Wisnu mulai merasa gelisah, ia tahu bahwa temannya akan mengatakan seperti itu. "Ngomong-ngomong, Alisha ke mana? Kok enggak kamu ajak?" tambah Yudha beralih menatap Wisnu. "Eum... Alisha sedang ada urusan keluarga jadi dia enggak bisa ikut" jawab Wisnu yang berusaha untuk tetap tenang. Namun sebenarnya ia berbohong, karena Alisha, istrinya, memutuskan untuk tidak ikut setelah mengetahui bahwa Aretha melarikan diri. "Oh, seperti itu" Yudha mengangguk dan tersenyum. "Lho, kok ayah enggak bilang kalau mereka sudah datang?" Mereka langsung menoleh dan melihat seorang wanita yang berjalan menghampiri mereka. Ia adalah Paula, istri Yudha. "Hai, Paula" Wisnu berkata dan tersenyum. "Halo, Wisnu. Lama enggak bertemu" Paula tersenyum dan duduk di sebelah suaminya. Aruna hanya tersenyum dan menundukkan kepala. "Jadi ini Aretha? Sudah besar, ya? Tambah cantik juga" tambah Paula, beralih menatap Aruna dengan senyum yang tidak pudar dari wajahnya. "Terima kasih. Tante juga cantik" Aruna tersenyum canggung dengan kepala yang tertunduk. Namun Wisnu hanya terdiam dan mulai merasa gelisah lagi. Ia tidak tahu harus bagaimana mengatakan yang sebenarnya pada Yudha dan Paula. Ia yakin, mereka pasti akan marah dan kecewa jika mereka mengetahui bahwa yang datang bersamanya adalah Aruna bukan Aretha. Apalagi jika mereka mengetahui bahwa Aretha telah melarikan diri. "Terima kasih, sayang" Paula tersenyum tanpa melepaskan pandangannya dari Aruna. "Oh, ya, kalian mau minum apa? Atau mau langsung duduk di meja makan sambil mengobrol di sana?" Yudha bertanya dan mengangkat satu ini. "Kebetulan sudah hampir memasuki jam makan malam" ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sebaiknya kita mengobrol di meja makan saja sambil menunggu Evan yang masih bersiap-siap" Paula berkata dan menoleh ke arah suaminya. Aruna langsung mengangkat kepala saat mendengar Paula yang menyebut nama itu. "Evan? Jadi nama anak mereka adalah Evan? Kenapa namanya sama seperti nama bosku? Atau jangan-jangan... Ah, enggak mungkin. Enggak mungkin kalau yang dijodohkan dengan kak Aretha adalah pak Evan, bos angkuh itu. Mungkin hanya kebetulan saja namanya sama" ia berkata di dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD