Satu jam telah berlalu semenjak Casilda mendengarkan ucapan sang sutradara dari lantai satu. Kini, wanita berpipi bakpao itu tengah menonton acara komedi di TV sekali lagi, tapi tawanya sama sekali tidak terlihat.
Isi pikirannya nyaris kosong, dan tatapannya hampa.
Pernikahan rahasianya dengan Arkan sang Top Star, memang sejak awal tak ada harapan kebahagiaan seperti pasangan suami istri pada umumnya. Niat Arkan menikahinya, murni karena balas dendam semata. Tidak ingin melihatnya bahagia dengan pria lain.
Hanya itu. Tapi, Casilda mengakui tekad Arkan dalam hal balas dendam, sampai begitu tega mengkhianati tunangan tercintanya.
Dari pemikiran itu, Casilda semakin yakin kalau dendam Arkan memanglah sangat dalam. Lebih dalam daripada palung Mariana, dan lebih tinggi dari langit lapis tujuh.
Sementara Casilda masih memikirkan hatinya yang setengah mati dihiburnya agar tidak merasa patah hati sendirian, di lantai satu, acara syuting akhirnya mulai berganti adegan.
Di halaman belakang yang berumput luas, terlihat Lisa memeluk sebelah lengan Arkan dengan sangat mesra.
Arkan memakai kemeja putih lengan panjang dan celana hitam panjang yang menawan. Di sebelahnya, ada Lisa yang super cantik dengan dres merah alaminya sebatas lutut.
“Karena kalian berdua akan segera menikah setelah bertunangan hampir setahun ini. Apakah kalian memutuskan akan langsung memiliki anak? Atau menunda kehamilan dulu seperti beberapa supermodel di luar sana? Bukankah karir Lisa sekarang sedang naik daun? Dengar-dengar, katanya tahun ini, Lisa juga menjadi brand ambassador sebuah perusahaan jam tangan dunia. Apakah itu benar?”
Seorang wanita dengan rambut pendek dan berwajah segar, mengikuti pasangan selebriti yang tengah berjalan-jalan santai itu.
Lisa tertawa anggun dan cantik, memeluk lengan Arkan lebih kuat.
“Ya, ampun. Beritanya sudah tersebar, ya? Walaupun bukan rahasia, tetap saja ini mengagetkan saya. Tidak menyangka kalau akan ada yang menanyakan hal itu secara langsung, padahal jadwal pekerjaan kami belumlah ditentukan,” jawab Lisa anggun.
Sang pewawancara terkejut, “kami? Apakah itu artinya Anda akan melakukan syuting dan pemotretannya bersama tunangan Anda?”
“Sayang?” tanya Lisa, mendongak menatap ke arah Arkan yang sejak tadi memasang senyum terbaiknya.
“Um. Benar. Kami berdua ditunjuk sebagai brand ambassador perusahaan jam tangan itu. Semuanya berkat Lisa yang merekomendasikan saya. Awalnya saya menolak karena jadwal sudah penuh. Tapi, karena sesi kali ini butuh pasangan, demi Lisa saya pun menyetujuinya. Setelah saya melihat produk yang akan dipromosikan, ternyata kebetulan adalah merk yang selalu saya gunakan.”
“Wuah sebuah kebetulan yang hebat! Inilah yang namanya definisi dari sebuah takdir! Kalian berdua adalah pasangan yang sempurna! Sekarang malah disatukan pada sebuah pekerjaan yang luar biasa. Siapa yang tidak akan merasa iri dan kagum, bukan?”
Di saat sang pewawancara sibuk berceloteh tentang banyak hal, mata Arkan sang Top Star membelalak kaget melihat hal mengejutkan melalui kaca tembus pandang di ruang tamu di belakang para kru yang sibuk merekam.
Di mansion yang dindingnya serba kaca tembus pandang itu, di sisi ruangan lain, tepatnya pada bagian depan pintu masuk mansion sang aktor, terlihat sebuah gumpalan besar tengah menggantung di sana menggunakan tali yang terbuat dari beberapa pakaian yang disambungkan.
Casilda! Berani sekali dia kabur di saat seperti ini! maki Arkan dalam hati, sudah terasa api hitam berkobar di hatinya melihat aksi nekat istri gendutnya itu kabur melalui pagar depan lantai dua.
Arkan syok dan panik begitu melihat beberapa kru wanita yang hendak berbalik ketika Casilda masih sedang berjuang menuruni pagar lantai dua, dan hampir saja terjatuh dari tali kain buatannya. Kaki sang istri menggapai-gapai kesusahan di udara, lalu tubuhnya tiba-tiba terbalik dengan kepala di bawah.
Jantung Arkan hampir copot!
“LISA, SAYANGKU!” teriaknya tiba-tiba, membuat semua mata tertuju ke arah keduanya.
Tidak menunggu lama, dengan wajah panik dan pucat, segera meraih pinggang Lisa, dan menarik tubuhnya agar masuk ke dalam pelukannya.
Wajah sang aktor seketika dimajukan ke depan wajah Lisa sang supermodel.
Semua napas membeku melihat adegan romantis itu, bahkan Lisa sendiri yang kaget dengan adegan yang dikiranya tidak akan pernah dilakukan oleh pujaan hatinya, kini mulai memejamkan mata dan membalas semuanya.
Sang sutradara yang terpana dengan adegan ciuman tersebut, menggerakkan tangan kanannya sambil tetap mengamati keduanya di depan sana, memberi kode kepada yang lainnya agar terus merekam tanpa henti.
“Ya, ampun! Hampir saja kepalaku bocor!” gumam Casilda begitu sudah berhasil menjejakkan kakinya ke lantai dasar, lalu tali yang dibuat dari sambungan pakaian itu, akhirnya dilemparkan ke lantai dua dengan mudah karena di ujungnya sudah diberi pemberat lebih dulu.
Begitu Casilda menepuk debu dari tangannya, menaikkan pandangan memeriksa apakah semua kru masih berada di sisi lain mansion, wanita berpipi bakpao yang kini tengah memakai salah satu pakaian training abu-abu milik suaminya, tertegun syok menatap adegan romantis sang suami bersama Lisa sang supermodel.
Casilda bisa merasakan hatinya retak untuk kesekian kalinya. Tapi, hei, suaminya itu memang seorang playboy, kan? Mau berharap apa?
Ini bukan pertama kalinya melihat pria itu mencium wanita lain di depan matanya secara langsung.
Yang membuat Casilda kesal dan merasa panas adalah belum juga genap berapa hari suaminya terlibat skandal dengan wanita lain, kini sudah mencium Lisa di depan semua orang?
Mereka berdua memang tunangan resmi, dan diakui oleh semua orang, tapi bisakah Arkan sedikit menghormatinya?
Casilda mendecakkan lidah malas dan kecewa.
“Benar, juga. Dia ingin membuatku jatuh cinta dan patah hati, kan? Lalu mengemis kepadanya agar melakukan itu sampai akhir?”
Hening sesaat.
Mata wanita ini masih melihat pemandangan mesra dan romantis suaminya bersama Lisa dari dua sisi kaca dinding tembus pandang.
Hati Casilda mendingin hingga ke titik beku. Ekspresinya mendatar tanpa emosi.
“Terserah dia mau melakukan apa,” bisiknya lirih, lalu berbalik pergi dengan ketidakpedulian di hatinya.
Semua orang di halaman belakang itu bertepuk tangan penuh antusias, sangat gembira melihat adegan penuh keromantisan barusan.
“Hebat! Hebat! French kiss yang luar biasa!” puji sang sutradara kagum, wajahnya merona malu-malu, segera memberikan dua jempol kepada Arkan yang kini tengah dipeluk mesra oleh Lisa.
“Aku tidak menyangka dengan kejutan ini. Terima kasih,” gumam Lisa, anggun dan dewasa, kedua pipinya merona bagaikan buah persik matang.
Arkan yang baru sadar dengan tindakannya, hanya bisa tersenyum dipaksakan.
“Ini bukan hal spesial, jangan berlebihan,” balasnya dingin, berbisik kepada Lisa dan diam-diam hendak melepaskan pelukan sang tunangan yang sudah mirip permen karet.
Lisa yang tengah berbunga-bunga setelah sekian lama menyimpan keperawanan bibirnya, akhirnya sudah mabuk kepayang sampai tidak peduli dengan gerakan Arkan yang hendak melepaskan pelukannya. Mengira kalau tunangannya itu hanya sedang malu saja setelah sekian lama menolak menampilkan kemesraan seperti ini di depan umum.
Arkan sendiri, yang masih berusaha meladeni Lisa dan sang pewawancara, matanya sudah melirik kembali ke arah pintu depan mansion, menyadari sosok istrinya sudah hilang dari tempatnya.
'Sialan! Ke mana perginya si Gendut itu!' makinya membatin, tangan kirinya mengepal kuat hingga buku-bukunya menonjol. Tapi, merasa lega karena tampaknya Casilda tidak terluka sedikit pun.
Dia sudah memperingatinya untuk tetap berada di kamar, dan apa yang diperbuatnya sekarang? Wanita itu benar-benar suka melawannya! Kalau dia pingsan di luar sana, bagaimana? Tidak ada yang bisa mengangkutnya selain dirinya!
'Benar-benar istri yang menyusahkan,' batin Arkan lagi, menggertakkan gigi diam-diam, membayangkan merantai Casilda di kamarnya.
Sepanjang sisa syuting tersebut, pikirannya mulai tidak bisa fokus. Yang ada di pikirannya hanyalah Casilda dan Casilda.
Bagaimana dia akan menangkapnya?
Bagaiama dia akan menghukumnya?
Bagaimana dia akan membuatnya jera agar tidak mengulangi sikap membangkangnya itu?
“Sayang, ada apa denganmu? Sejak kita berciuman, kamu sepertinya tidak fokus?” tanya Lisa cemas, begitu mengejar Arkan ke lantai dua usai syuting mereka akhirnya selesai.
Sang aktor tidak peduli dengan pertanyannya, tetap berjalan menuju arah kamar.
“Cukup. Jangan masuk sembarangan ke kamar orang lain. Lain kali, perhatikan hal ini baik-baik,” peringat Arkan dengan kening ditautkan kesal.
Lisa tertegun kaget dengan sikap dingin tunangannya, keringat gelisah melihat perubahan mendadak sang pria.
“A-Arkan? Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba bersikap begini? Lagi pula, aku sudah biasa masuk ke kamarmu tanpa izin. Kenapa sekarang bermasalah?” tanyanya bingung.
Wajah Arkan sangat dingin, tampak seolah tidak berminat meladeninya.
“Mulai sekarang hal itu adalah masalah. Aku tidak suka ada yang masuk ke kamarku tanpa izin. Tidak peduli siapa. Aku harap kamu memahami apa itu privasi. Syutingnya sudah selesai, kan? Aku masih ada keperluan di luar. Terima kasih atas kerja samanya hari ini,” ucap Arkan dingin, lalu hendak masuk ke kamar, tapi sebelah lengannya dicegat oleh Lisa.
“Apa maksudmu berkata begini? Apakah ciuman tadi hanyalah akting? Jawab aku!” desis Lisa tak percaya, kedua pupilnya menyusut dan bergetar syok.
Ciuman liar dan romantis mereka di hadapan semua orang sama sekali tidak ada artinya bagi Arkan? Tidak mungkin!
Wajah sang aktor jadi semakin tidak enak dipandang.
“Kenapa? Bukankah tunangan kita juga adalah sandiwara? Ciuman itu tentu saja adalah akting. Kenapa masih saja mempertanyakannya?”
Kata-kata itu sangat dingin. Sedingin pisau es yang menusuk hati Lisa.
Bagaimana mungkin ciuman pertamanya hanyalah sebuah akting, dan tak bermakna sedikit pun? Sementara dia sangat mencintai Arkan, sudah berharap sangat lama hal romantis itu terjadi!
Lisa sang supermodel tertegun linglung hingga tidak tahu harus berkata apa usai mendengar pengakuan sang tunangan.
Dengan kasar, Arkan menyentak bahunya lepas dari cengkeraman Lisa.
“Aku sibuk. Kalau tidak ada keperluan lain, sebaiknya kamu pulang dan beristirahat. Besok masih harus syuting, kan?” terang Arkan dingin, lalu menutup pintu tepat di depan wajah sang tunangan.
Lisa benar-benar terpukul!
Untungnya, di lantai dua ini tidak ada yang melihat kejadian memalukan tersebut.
Air mata Lisa berjatuhan bagaikan mutiara putus, wajah cantiknya mendatar hampa dengan perlakuan dingin sang tunangan.
“Siapa? Siapa wanita itu, Arkan?” bisiknya lirih, tatapan mata meredup sedih.
Arkan Quinn Ezra Yamazaki memang adalah playboy kelas atas yang selalu membuat semua wanita bertekuk lutut di hadapannya. Bahkan dirinya adalah salah satunya, tapi tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi salah satu dari korban pria itu sendiri.
Wajah cantik dan penuh air mata sang supermodel tiba-tiba berubah bengis dan sangat kejam. Penuh dendam dan kecemburuan!
Kedua mata gelap berkilatnya menatap marah pada pintu yang dihempaskan oleh sang tunangan barusan.
“Siapa pun wanita itu, aku tidak akan membiarkannya mendapatkanmu, Arkan! Kamu adalah milikku selamanya! Semua wanita yang berani menggodamu akan aku pastikan hidup dengan sangat menderita!” desisnya geram dengan wajah mengerikan.
Kedua tangan wanita cantik ini mengepal kuat di sisi tubuhnya.
Dia adalah wanita yang mendapatkan apa pun yang diinginkannya di dunia ini, dan itu termasuk Arkan sang Top Star!
Jika ada yang berani melawannya sudah pasti akan cari mati dengannya!
Di dalam kamar, Arkan sang Top Star yang sudah sangat emosi dan marah kepada istrinya, segera memeriksa isi ruangan, dan meraih sebuah kertas kecil dengan pesan pendek di sana:
Casilda: Tuan Arkan, saya akan kembali secepatnya. Berada di kamar membuat saya bosan, dan kebetulan saya punya keperluan sebentar. Terima kasih atas pengertiannya.
“Ratu. Casilda. Wijaya!” desis Arkan dingin, mata sangat gelap, kertas kecil itu diremas kuat-kuat.
Sepeninggal Lisa, Arkan akhirnya pergi memeriksa bagian balkon di mana sang istri sempat bergelantungan seperti seekor monyet bodoh.
Kedua tangan mencengkeram kuat tali darurat yang digunakan oleh Casilda beberapa saat lalu, dan ternyata itu adalah sekumpulan pakaian mahal dan bermerk milik sang aktor yang diikat satu per satu hingga menjadi panjang.
“Dasar istri kurang ajar!” geram Arkan murka, mata membesar sangat marah. Gigi digertakkan kuat-kuat.
***
Di jalan, karena disertai dengan kecemburuan dan curiga di hatinya, Lisa sang supermodel mengendarai mobilnya sendirian.
Air matanya kembali meluruh, meski kemarahan dan kekesalan masih memenuhi wajah cantiknya.
Pikiran yang melayang dan juga mengemudi seperti kerasukan, akhirnya kecelakaan kecil pun terjadi.
Saat hendak menyebrangi sebuah perempatan, Lisa menabrak sebuah mobil dari arah samping kirinya, langsung saja membuat bunyi mengerikan di udara.
Untungnya, mobil sang supermodel hanya menabrak bagian lampu depan mobil tersebut.
Karena tabrakan barusan, Lisa kini memeluk kemudi dengan tubuh terasa sakit semua akibat hantaman yang menimpa tubuhnya.
“Keluar! Cepat keluar! Buka pintunya!” teriak seseorang, sibuk memukul jendela mobil Lisa.
Lisa yang sedikit pusing, dan masih memeluk gemetar kemudinya, menoleh ke arah jendela mobil, langsung kaget melihat seseorang berkacamata dingin di luar sana, terlihat sangat tidak sabaran sambil mencoba terus membuka pintunya kasar berkali-kali.
“Tidak! Tidak! Aku tidak bersalah!”
Karena penglihatannya agak kabur, rasa takut yang ada di hatinya semakin parah. Sosok di luar pintu jadi sangat menakutkan. Dengan panik, Lisa segera menginjak gas meninggalkan tempat kejadian.
“Sialan!” maki dokter Archer geram, mencengkeram kuat kedua sisi kepalanya dengan gaya yang keren, wajah tampannya sangat cemas dan gelisah melihat ke arah mobil yang baru saja berhasil kabur dari hadapannya itu.