Jalan Belimbing

1507 Words
"Berubah gimana sih Mbak, emangnya Mas Nurhan power rangers bisa berubah," kata Betari mendengar keluhan yang baru saja Gumilar katakan. "Bukan gitu, Tar, tapi aku tuh ngerasa ada yang beda sama Mas Nurhan belakangan ini," jawab Gumilar sebelum menyedot lemon tea nya seolah wanita itu butuh kekuatan atau mungkin pendingin hati sebelum melanjutkan ceritanya. "Aneh gimana, Mbak? Mas Nurhan nyembunyiin sesuatu dari kamu? atau uang pemberian Mas Nurhan enggak sesuai?" tanya Betari dengan serius, wanita itu menggenggam tangan Gumilar yang ada di atas meja agar Gumilar tahu dia ada untuknya. "Enggak, menyembunyikan sesuatu sih mbak nggak yakin, soal keuangan juga enggak ada masalah. Kan kamu tau sendiri kalau Mbak yang ngurusin pembendaharaan usahanya Mas Nurhan selama ini," jawab Gumilar, Betari tersenyum geli mendengarnya. "Ya terus kenapa? Mbak Gum aja kali yang over thinking keseringan nonton sinetron nih pasti," kata Betari sambil tertawa kecil. "Dari dulu, Mas Nurhan tuh enggak pernah loh melek malem, tapi sekarang sering banget. Awalnya tuh Kita tidur bareng, terus pas aku kebangun Mas Nurhan enggak ada, kadang aku liat dia di teras, kadang di ruang kerja, kadang cuma di kasur sambil main hape," kata Gumilar mengingat keanehan sang suami yang dia rasakan. "Mbak Gum udah bicarakan ini sama Mas Nurhan? Mas Nurhan jawab apa?" tanya Betari penasaran, Gumilar menghela napas panjang. "Udah, tapi ya Mas Nurhan cuma bilang kalau dia abis ngerekap laporan, kadang jawab dia cuma enggak bisa tidur karena keinget kerjaan, ya pokonya gitu gitu lah, sekarang juga kalau ada pertandingan bola malem malem juga Mas Nurhan selalu nonton, padahal dulu lebih milih tidur," jawab Gumilar, Betari tersenyum tenang mendengarnya. "Ya alasannya masuk akal sih mbak," kata Betari, Gumilar hanya diam, "gini, Mbak. Kayaknya tuh karena selama ini Mas Nurhan terlalu baik, Mas Nurhan terlalu sempurna buat Mbak Gum makanya sedikit aja perubahan pada diri Mas Nurhan bikin Mbak Gum over thinking gini." "Iya, ya, mungkin kamu bener, aku aja yang terlalu berlebihan, aku over thinking karena terlalu sayang sama Mas Nurhan," kata Gumilar, Betari mengulum senyum mendengarnya. "Pokoknya selama Mas Nurhan enggak berkurang kadar cintanya sama Mbak dan dia enggak bersikap aneh aneh ya udah deh, Mbak enggak perlu parno gitu. Aku tau banget Mas Nurhan tuh kayak apa ke Mbak," kata Betari, Gumilar tersenyum mendengarnya. "Mbak pernah ngeliat hape Mas Nurhan?" tanya Betari sambil menatap wanita di hadapannya. "Ya pernah, hape Mas Nurhan enggak pernah di sandi," jawab Gumilar apa adanya, sedari dulu memang sepasang suami istri itu selalu terbuka satu sama lain. "Nah, tuh, udah jelas. Kalau Mas Nurhan macem macem pasti Mas Nurhan kunci tuh hapenya," jawab Betari, Gumilar mengangguk merasa apa yang Betari katakan masuk akal, "udah ah jangan mikir yang macem macem dan nyiksa diri sendiri, nanti yang ada kalian malah berantem cuma karena salah paham begini." "Iya, kamu bener aku yakin Mas Nurhan enggak akan macem macem," kata Gumilar memberi afirmasi positif untuk dirinya sendiri. "Kamu sendiri gimana? udah lama loh kamu pisah sama Dana, kamu enggak ada niat buat cari pasangan?" tanya Gumilar sedikit meledek karena melihat Betari yang tersenyum malu malu. "Bukannya enggak mau, Mbak. aku yo juga pengen di cintai kayak Mbak Gumilar, tapi keadaan aku sekarang kan beda yang harus aku pikiran bukan cuma hati aku sendiri tapi juga hati Galuh. Nemuin orang yang bisa menerima aku sih mungkin gampang tapi nemuin orang yang bisa menerima Galuh itu yang enggak mudah," jawab Betari, Gumilar tersenyum penuh pengertian. "Kamu bener, kamu harus lebih hati hati jangan sampai salah pilih lagi," kata Gumilar, Betari mengangguk paham. "Tapi pasti udah ada dong, seseorang yang bikin hati kamu berdesir desir," sambung Gumilar dengan pertanyaan jahilnya. "Apaan, sih, Mbak," kata Betari sambil mengulum senyum malunya. "Ini es krim aku, Bu?" tanya Galuh saat melihat es krim yang baru saja di antar ke meja mereka. "Iya, sayang," jawab Betari, Galuh lalu duduk di kursinya. "Ya ampun, main dari tadi sampe keringetan gini kamu, Luh," kata Gumilar sambil mengusap kening Galuh dengan tissue sementara Betari membuka ponselnya yang baru saja menerima pesan, Betari tampak membalas pesan itu sambil sesekali melirik Gumilar yang sedang mengobrol dengan Galuh. "Ayo, Galuh, kamu abisin es krimnya terus kita pulang. Kamu di rumah sama eyang putri, Ibu ada perlu sama temen ibu," kata Betari pada sang Putri. "Ibu mau ke mana?" tanya Galuh sambil menatap sang ibu yang sedang memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. "Teman kerja ibu di rawat di rumah sakit, terus teman yang lainnya ngajak jengukin bareng bareng," jawab Betari sambil mengusap pipi Galuh yang terkena es krim. "Aku boleh sama Budhe Gum aja? aku mau nunggu Pakde Nurhan," tanya Galuh pada sang ibu, Gumilar hanya tersenyum mendengarnya. "Sayang, kan bentar lagi kamu ngaji. Lagian Pakde Nurhan juga pulangnya malem," jawab Betari membuat Gumilar menatapnya. "Iya, Budhe?" tanya Galuh tidak percaya akan ucapan sang ibu, Betari memberi kode pada Gumilar dengan kedipan mata. "Iya, Pakde pulangnya malem, jadi Galuh pulang aja, ngaji dulu biar pinter. Nanti kapan kapan kan Galuh bisa main sama Pakde lagi," jawab Gumilar karena tahu Betari sengaja berkata demikian agar sang putri tidak merajuk dan mau pulang dengannya. Mereka berpisah setelah Galuh menghabiskan es krimnya. Betari mengajak sang putri pulang dengan sepeda motornya sedangkan Gumilar pulang dengan mobil sang suami. *** Wanita itu menyibukkan diri dengan mengurus laporan keuangan, memisahkan antara laba dan modal yang harus di putarkan lagi lalu memasak untuk makan malamnya dan sang suami. Mengerjakan semuanya dalam kesendirian membuat Gumilar sedikit lupa waktu, wanita itu baru menyadari langit sudah mulai menggelap dan sang suami belum pulang padahal biasanya pada jam segini Nurhan selalu sudah ada di rumah. "Mas Nurhan kok belum pulang, ya?" gumam Gumilar, wanita itu lalu mengambil ponselnya untuk menelepon sang suami. Tidak begitu lama, akhirnya laki laki itu menjawab panggilan sang istri. "Mas, kok belum pulang?" tanya Gumilar setelah menjawab salam yang suaminya berikan. "Iya, sayang, Mas lagi di tempat Pak Susilo ini. Ada sedikit masalah sama mesin mesin di sini, mungkin mas pulang masih agak lama. kamu enggak usah nunggu Mas, kamu makan aja dulu. Istrinya Pak Susilo udah masak mie instan buat kita semua di sini," kata Nurhan dengan suara yang terkesan terburu buru, Gumilar tahu itu pasti karena suaminya sedang sibuk mengurus pekerjaannya. "Ya udah, Mas hati hati, ya. kalau gitu aku makan dulu, aku tunggu mas pulang aja nanti," kata Gumilar berusaha menutupi rasa khawatir yang selalu dia rasakan setiap sang suami pulang terlambat. Akhirnya Gumilar makan malam sendirian, ingin ke rumah sang ibu mertua tapi teringat wanita itu sedang ke rumah putranya yang lain. Gumilar lebih sering melirik jam dinding yang terus berputar tanda waktu terus berjalan, meski sudah mengalihkan perhatiannya dengan menonton televisi tapi tetap saja dia selalu kepikiran sang suami sampai akhirnya ponselnya di atas meja berbunyi. Sebuah voice note dari nomer ibunda Betari masuk, Gumilar langsung memutarnya. "Ibu ... kapan ibu pulang?" Suara Galuh terdengar di voice note itu, gadis kecil itu pasti salah kirim tujuannya untuk sang ibu tapi malah padanya, Gumilar tersenyum lalu langsung menelepon nomor tersebut dengan panggilan video. "Hallo, Budhe, kok budhe yang telpon aku?" tanya Galuh saat menerima panggilan video Gumilar. "Karena kamu salah kirim pesan suara, seharusnya kirim ke ibu malah kirim ke budhe," jawab Gumilar sambil tertawa kecil. "Emang iya ya," sahut Galuh yang akhirnya menertawakan dirinya sendiri. "Ibu kamu kamu belum pulang?" tanya Gumilar, Galuh menggelengkan kepalanya. "Ya ampun Galuh, di suruh tidur malah nelpon budhe Gum!" omel Bu Siti ibunda Betari, Gumilar tertawa mendengarnya. "Orang budhe yang video call," jawab Galuh tidak mau di salahkan. "Ya udah, tapi sekarang udah malem sekarang tidur," kata Bu Siti. "Udah dulu, ya, Nduk. Bu lek mau ngelonin Galuh," kata Bu Siti. "Iya, Bu lek," jawab Gumilar lalu mengakhiri panggilan. Wanita itu menatap angka yang ada di pojok atas ponselnya, Bu Siti benar sekarang sudah malam tapi Nurhan belum juga sampai rumah. Akhirnya Gumilar kembali menelepon sang suami. "Mas, belum selesai? kamu masih di rumah Pak Susilo?" tanya Gumilar, "tapi kok rame kayaknya, kamu udah di jalan?" "Em ... iya, Sayang, tapi motor mas ban nya bocor mas lagi cari tambal ban ini," jawab Nurhan. "Loh, Mas di mana sekarang? aku jemput ya," kata Gumilar begitu khawatir. "enggak usah, Sayang, ini udah malem kamu jangan keluar. kamu tunggu aja di rumah, ya," jawab Nurhan cepat, laki laki itu juga begitu khawatir pada sang istri. "Iya, tapi kamu di mana, Mas, emang ada tambal ban yang masih buka jam segini?" tanya Gumilar memikirkan nasib sang suami kalau kalau laki laki itu tidak menemukan tukang tambal ban. "Mas di jalan Belimbing, itu di depan ada tambal ban. Kamu enggak usah khawatir, kamu tidur aja dulu, Sayang," kata Nurhan lembut. "Iya, Mas, aku tunggu Mas aja," jawab Gumilar pasrah meski hatinya begitu mencemaskan sang suami. Gumilar menghela napas berat sambil mendekap ponselnya di d**a. Sekitar satu jam kemudian Nurhan baru sampai halaman rumahnya, laki laki itu terkejut karena ada sepeda motor lain yang berhenti di belakang sepeda motor yang dia kendarai. "Sayang, kamu dari mana?" tanya Nurhan pada sang istri. "Kamu yang dari mana, Mas? Aku cari kamu di tambal ban yang ada di jalan Belimbing tapi kamu enggak ada."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD