Pangeran Zhellograf
Kerajaan Zdellaghoztte sedang di rundung kesedihan. Pasalnya pangeran Zhellograf kembali jatuh sakit. Sudah banyak tabib yang mencoba menyembuhkan penyakitnya. Namun tidak ada satupun yang dapat berhasil. Raja sudah mendatangkan tabib dari manapun. Ia hampir putus asa dengan perjuangan untuk menyembuhkan anaknya. Sebetulnya penyakit pangeran bukan sembarang penyakit. Akibat kutukan dari penyihir jahat Grozu, pangeran Zhellograf harus menanggung penderitaan yang entah sampai kapan akan berakhir. Salah satu jalan yang harus di tempuh adalah dengan menemukan kembali putri pertamanya. Mungkin itu akan memberikan keajaiban pada pangeran Zhellograf.
Raja Zholagraf memberikan sayembara. Barang siapa yang bisa menemukan putri pertamanya. Ia akan mendapatkan ke untungan yang sangat besar. Jika laki-laki. Ia akan menjadi pangeran kerajaan dan di nikahkan dengam putri pertamanya. Jika perempuan, ia akan di nikahkan dengan pangeran Zhellograf. Tidak hanya itu, sebagian dari harta tahta kerajaan akan menjadi milik pemenang sayembara. Semoga dengan di adakannya sayembara ini. Putri pertamanya akan di temukan.
"Ayah. Sebaiknya, ayah jangan lakukan ini. Mungkin saja kutukan ini tidak akan hilang jika kakak di temukan. Kalau kakak di temukan. Pasti penyihir jahat Grozu akan datang dan membunuh kakak. Aku tidak apa-apa yah. Biarkan aku menderita sampai akhir hayatku," ucap lirih sang pangeran yang mulai putus asa. Ia tidak mau gara-gara dirinya, kakaknya akan celaka.
Pangeran Zhellograf tidak mau ibundannya sedih lagi. Ibundanya lebih menyayangi kakaknya ketimbang dirinya. Entah kenapa, meski dalam kondisi sakit. Ibundanya hanya menanyakan kabar pangeran tanpa mengunjunginya. Padahal pangeran sama-sama lahir dari rahim yang sama seperti kakaknya. Hanya ayahnya lah selalu sayang dan membangga-banggakan dirinya. Meskipun dengan kondisi seperti itu. Tetap saja sang raja terus membanggakan pangeran.
"Kamu jangan berbicara seperti itu pangeran. Ayah yakin kamu pasti sembuh. Kamu harus yakin ramalan yang di utarakan peri Jaisi. Bahwa nantinya akan ada yang bisa mematahkan mantra kutukan dari penyihir Grozu. Ayah yakin itu,"Raja Zholagraf mencoba meyakinkan pangeran yang ia banggakan itu.
Sebetulnya raja Zholagraf tidak begitu yakin dengan ramalan kali ini. Karena dulu saja di ramalkan anak pertamanya pasti laki-laki. Yang terlahir malah perempuan. Hingga membangkitkan penyihir jahat Grozu. Andai saja ia tidak membuang putri pertamanya. Mungkin saja semua malapetaka ini tidak terjadi. Mungkin saja putrinya yang akan menjadi tumbal. Bukan sang pangeran yang menjadi sasaran sang penyihir. Semua menjadi kacau karena kutukan itu. Ratu Niyya selalu bergundah gulana setiap harinya. Wajahnya yang selalu tampak cantik dan ceria, berubah menjadi murung dan bermuram durja. Kesalahan raja di masa lalu memang tidak bisa di maafkan. Ia rela membuang putrinya demi keselamatan rakyatnya. Padahal takdir telah berubah tidak sesuai dengan yang di gariskan.
"Baiklah, untuk kali ini aku menuruti kemauan ayah. Tapi jika sampai pada waktunya. Kakak tidak di temukan juga. Tolong relakanlah aku. Jadikan aku saja sebagai tumbal pada penyihir Grozu," pangeran Zhellograf menyerah. Raja Zholagraf hanya mengangguk pasrah. Tidak ada jalan lain selain itu. Karena kekuatan penyihir Grozu semakin bertambah dan semakin kuat. Para peri saja tidak mampu mengalahkan kekuatan penyihir Grozu. Ribuan abad ia tertidur. Semakin menambah kekuatan yang ia miliki.
********
Panti Asuhan Hana Hikari
"Nada, bunda punya tugas untuk kamu. Apa kamu bersedia melaksanakannya?" tanya bunda Rahma dengan wajah sedikit serius. Sejak kejadian di hutan tempo hari bunda menjadi sedikit dingin padanya. Padahal bunda terkesan penuh senyum dan baik hati. Hmm.. Nampaknya memang ada yang salah. Bunda Rahma sangat membenci pangeran Gustavo Orion. Sampai-sampai ia marah besar pada Nada, ketika tahu Nada bersamanya.
"Apakah kamu bersedia?" ulang bunda Rahma. Nada sedikit terkejut. Pasalnya sejak tadi ia malah asik melamun, tanpa mendengarkan apa yang di katakan bundanya.
"Apa bunda. Maaf bisa di ulang?"
Bunda Rahma menghela nafas panjangnya. "Kamu kenapa sih? Masih memikirkan kondisi pangeran?" terka bunda tepat sasaran.
"Engga kok bunda. Maaf," kilah Nada.
"Bunda tahu kamu sangat mengkhawatirkannya. Tapi bunda engga mau kalau kamu sampai dekat dengannya. Ingat di bukan pangeran yang baik. Bunda ulang sekali lagi. Mulai minggu depan. Ada Kerajaan di sebrang sana. Bernama kerajaan Dzhellaghoztte. Meminta tabib untuk menyembuhkan penyakitnya. Meskipun kamu masih belajar. Tapi bunda yakin kamu pasti bisa merawat sang pangeran. Bunda lebih setuju jika kamu dekat dengan pangeran Zhellograf," ujar sang bunda.
Pangeran Zhellograf? Sepertinya Nada sudah tidak asing lagi dengan namanya. Ah mungkin hanya perasaan Nada saja. Bertemu saja belum pernah. Kenapa tidak merasa asing. Akhirnya Nada mengangguk tanpa berkata. Ia menyetujui perintah dari bundanya. Siapa tahu dugaan Lisna tentang pangeran impiannya salah. Pangeran impiannya bukan pangeran Gustavo Orion. Melainkan pangeran Zhellograf yang sedang sakit.
"Ya udah bunda. Aku pamit main ke bukit dulu. Aku mau susul adik-adik dan Lisna," pamit Nada.
"Ya sudah hati-hati. Ingat! Jangan bertemu lagi pangeran itu!!" masih saja bunda mewanti wanti dirinya.
"Baik bundaku yang cantik," ucapnya sambil ngecup kening dan memeluk bundanya. Semoga saja kedua hal itu bisa meredakan kemarahan bunda.
********
Paling indah memang jika bermain di atas bukit. Nada sangat menyukainya. Kali ini Nada dan adik-adiknya sedang bermain petak umpat seperti biasa. Sekarang giliran Nada yang jaga. Ia meghitung dari satu sampai sepuluh. Kemudian ia membuka matanya. Nada mulai mencari keberadaan adik adiknya dan sahabatnya.
"Sembunyi yang benar yah. Siap atau tidak aku datang," ujar Nada sambil terus mencari.
Nada menyusuri bukit kecil Moregestte. Ia benar benar bangga telah besar di desa yang indah ini. Meski kadang rasa rindu mulai merajiai hati. Rindu pada ke dua orang tuanya. Siapakah mereka? Apa salahnya hingga ia harus di buang dan di acuhkan. Mengapa menciptakan manusia, jika pada akhirnya harus di buang? Rasanya jika ingat itu. Nada tidak ingin bertemu orang tuanya. Tapi di sisi lain. Ia ingin tau siapa mereka. Nada ingin tau alasan mengapa ia di buang. Bukankah seorang anak itu karunia terindah yang Tuhan berikan? Apakah sebenci itu orang tuanya pada dirinya.
Kata bunda Rahma. Nada di temukan di sungai dalam peti. Bunda Rahma tidak menemukan identitas apapun dari Nada. Hanya ada kalung yang melingkar di leher Nada pada saat itu. Semoga ini bisa menjadi petunjuk kelak, jika nanti Nada ingin bertemu orang tuanya.
"Lisna ketemu," teriak Nada senang karena menemukan Lisna sahabatnya.
Kalau Lisna ini di temukan bunda Rahma saat ia sedang perjalanan mencari obat untuk cadangan di rumah. Bunda memang selalu menampung anak anak terlantar. Termasuk Lisna. Nada dan Lisna tidak berbeda jauh. Mereka di temukan saat masih sangat bayi. Sekarang penghuni di panti asuhan Hana Hikari sudah ada tujuh orang. Yaitu bunda Rahma, Nada, Lisna, Khizba, Indah dan Nova.
Ketika Nada sedang mencari adik adiknya. Ia melihat seorang pria turun dari kuda putihnya. Sepertinya ia nampak ke lelahan. Nada mencoba menghampirinya.
"Maaf anda tidak apa apa?" tanya Nada pelan pelan. Bisa saja pria ini berniat jahatkan. Bisa juga dia pura pura ke lelahan memancing perhatian Nada dan menculiknya. Imaji Nada mulai meliar.
"Aku butuh air," lirihnya. Ternyata pria muda itu memang sedang ke lelahan. Tapi tak hanya itu. Nada yakin ada penyakit lain yang menyertainya.
Nada mengambil tempat minum yang ia selempangkan. Ia memberikan minuman itu pada pria muda itu.
Namun pria muda itu malah merebutnya dan menekak habis minuman yang Nada bawa. "Te.. Terimakasih... Maaaf.. Aku sangat ke hausan,"
Nada cemberut. Pasalnya dia juga belum sama sekali meminum, minuman yang ia bawa. Tapi ya sudahlah. Mungkin pria muda itu lebih membutuhkannya.
"Ya sudah tidak apa apa. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Nada lagi. Memastikan agar pria muda itu baik-baik saja.
"Sudah tidak apa. Niatnya ingin kabur. Malah tersiksa sendiri. Haha.. Oh iya. Namamu siapa?" pria muda itu malah terkekeh sendiri.
"Aku Nada, kamu?" ucap Nada tanpa basa basi.
"Aku Zhellograf. A.. Ah bukan. Nama aku Zhello," ralatnya. Pangeran Zhellograf sengaja menyembunyikan identitasnya. Ia tidak mau perempuan yang ada di hadapannya menjadi sungkan karena mertemu pangeran di negeri sebrang sana.
"Zhello?" Nada berusaha mengingat ingat di mana ia pernah mendengar nama pria muda itu. Rasanya ia pernah mendengarnya.
"Salam kenal yah. Kamu tinggal di desa ini? Desa ini sangat indah. Aku baru melihatnya. Apa nama desa ini?" tanya Zhello.
"Ini desa Moregestte namanya. Desa ini di bawah ke pemimpinan kerajaan Moregestte. Sayangnya di kerajaan Moregestte tidak mempunyai seorang raja. Melainkan seorang pangeran yang sedikit angkuh. Namanya Gustavo Orion," jelas Nada mengenai tempat yang ia pijak.
Nada tidak tau, bahwa yang ada di hadapannya sekarang ini adalah pangeran Zhellograf Famoustte Zdellaghoztte. Adik kandungnya. Seperti halnya yang sama. Pangeran Zhellograf juga tidak tahu. Yang ada di hadapannya adalah adik kandungnya yang selama ini di cari oleh keluarganya. Siapa yang menyangka mereka akan di pertemukan seperti ini. Semoga saja kebenaran cepat terungkap. Agar kutukan dari penyihir jahat Grozu akan cepat di patahkan.
"Indah sekali. Aku tidak menyesal nyasar ke desa seindah ini," Zhellograf terpukau melihat sekitarnya yang begitu indah. Desa Moregestte ini sangat indah. Tidak seperti negerinya yang sedikit kacau. Semenjak penyihir jahat Grozu mengutuknya. Negerinya tidak begitu indah seperti desa ini. Udara di desa Moregestte masih terasa asri dan bersih. Banyak tumbuhan dan pepohonan berjajar rapih tumbuh di sekitarnya. Pantas saja udaranya sejuk, karena sumber oksigen yang sangat banyak di serkitarnya.
"Memang kamu berasal dari mana? Aku juga tidak pernah melihat kamu. Oh iya tadi kamu bilang. Kamu kabur? Jangan jangan. Kamu penjahat yang kabur dari tawanan yah?" tebak Nada sambil sedikit mundur dari hadapan pangeran Zhellograf.
"Haha.. Lucu sekali sih kamu. Aku ini hanya rakyat biasa. Yang kebetulan sedang ingin jalan jalan. Tapi malah nyasar kesini. Kehidupan di negeriku sangat membosankan. Aku di kurung bagai tawanan. Sehingga aku tak bisa melihat ke indahan di luar sana. Ternyata ada yang lebih indah dari negeriku," curhat sang pangeran.
"Kamu sedang sakit yah? Wajahmu terlihat sangat pucat?" Nada malah menanyakan hal yang lain tanpa merespon curhatan pangeran Zhellograf.
"Tidak kok. Aku hanya sedikit ke lelahan," kilahnya.
Tanpa basa basi Nada langsung meraih pergelangan tangan pangeran Zhellograf. Ia sangat penasaran dengan dugaanya. Nada mengecek nadi pria muda bernama Zhello ini. Dan benar saja nadinya terdengar aneh. Itu menandakan bahwa Zhello tidak sedang baik baik saja.
"Kamu bohong. Kamu sedang sakit keras kan? Makannya kamu selalu di kurung di rumahmu. Karena jika kamu keluar. Cape sedikit saja bisa memperburuk kondisi badanmu,"
Pangeran Zhellograf terkejut dengan pernyataan Nada. Kenapa ia bisa tau mengenai penyakit yang tidak bisa di sembuhkan itu. Padahal ia tidak pernah cerita. Apa yang barusan Nada lakukan sampai tau tentang penyakitnya.
"Apa yang kamu ketahui tentang aku? Kenapa kamu tau tentang penyakitku. Apa kamu mengenal aku?" berondong pertanyaan terlontar dari mulut pangeran Zhellograf.
"Aku ini anak seorang tabib. Dengan mengecek nadi dan suhu tubuh manusia secara serius. Aku bisa tau kalo orang itu sedang sakit. Lebih baik sekarang kamu pulang dan istriahat. Takutnya penyakit kamu akan kambuh di tengah perjalanan. Dan kamu tidak bisa sampai di negerimu. Apa nama negerimu?" saran Nada.
Oh ternyata Nada ini anak seorang tabib. Pikirannya langsung mengerti. Pantas saja Nada mengetahui penyakit yang ia derita. Pangeran Zhellograf menarik nafas panjangnya. "Aku tinggal di negeri Zdellaghoztte, negeri seberang desa ini,"
"Itukan lumayan jauh dari sini. Bagaimana bisa kamu sampai ke sini? Kebetulah minggu depan aku juga akan ke sana,"
"Apa kamu hafal perjalanan menuju ke sana?"
Nada mengangguk. "Baiklah, demi menjaga keselamatan kamu. Aku akan antar kamu sampai perbatasan negeri Zdellagozhtte dan desa Moregestte. Tentunya akan menempuh waktu yang cukup lama. Kita akan tiba di perbatasan sampai senja. Semoga bunda tidak marah, karena aku ingin menolongmu," tanpa basa basi Nada langsung menaiki kuda milik pangeran Zhellograf.
"Kamu bisa naik kuda?"
Nada mengangguk mantap. Sejak kejadian kemarin. Nada tidak begitu gugup lagi mengendarai kuda. Kuda Pholeptho milik pangeran Gustavo Orion sangat penurut. Semoga saja kuda milik Zhello sama penurutnya.
Pangeran Zhellograf pasrah saja. Ia menaiki kudanya di posisi belakang. Ia memang tidak begitu ahli dalam menunggangi seekor kuda. Ini kali pertama ia menunganggi kuda. Baru kali ini ia memberanikan kabur dari istananya. Ia sudah sangat bosan dengan suasana istana yang begitu begitu saja. Padahal ia sangat menderita dengan penyakitnya yang belum dapat di sembuhkan. Belum lagi ibundanya yang terus bersikap cuek pada dirinya. Tadinya, mungkin dengan keluar istana. Pangeran Zhellograf akan sedikit terhibur. Tapi nyatanya tetap saja ia harus kembali pulang ke negerinya. Pangeran Zhellograf juga tidak mau mengambil resiko. Bisa saja ia mati di desa Moregestte, jika ia tidak di dampingi Nada.
Jantung pangeran Zhellograf berdegup kencang kala perjalanan menuju perbatasan. Ini kali pertamanya juga bertemu dengan perempuan cantik yang begitu baik hati. Ia rela akan di marahi bundanya karena mengantarkan dirinya hingga perbatasan. Apakah ini cinta? Apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama? Ia seperti kena serangan jantung. Jantungnya terus memompa lebih cepat dari biasanya. Semoga saja pangeran Zhellograf tidak kena serangan jantung. Kasian Nada, pasti ia akan panik. Mungkin ya, ini yang di namakan cinta.