Negeri Dzellaghoztte
Seminggu sudah berlalu. Saatnya Nada menunaikan tugasnya ke negeri Zdellaghzotte. Ia harus menemui raja Zholagraf sebagai raja di kerajaan Zdellaghoztte. Nada harus berusaha menemukan cara untuk menyembuhkan pangeran Zhellograf. Nada baru sadar, ternyata pria muda yang waktu itu ia tolong adalah pangeran Zhellograf. Anak dari raja Zholagraf. Kadang dunia memang terasa sempit. Untung saja Nada berhasil menolongnya.
Saat Nada bercerita hal ini pada bunda Rahma. Beliau langsung senang dan sangat antusias. Ia sangat bangga karena anak asuhnya bisa menolong anak raja. Bunda lebih setuju jika Nada dekat dengan pangeran Zhellograf, di bandingkan pangeran Gustavo. Kata bunda meskipun pangeran Zhellograf sakit. Itu lebih baik. Dari pada harus dengan pangeran Gustavo yang penyakit sombongnya sudah mendarah daging. Padahal menurut Nada, selama seminggu ini pangeran Gustavo sudah sedikit mengalami perubahan. Dengan ideanya untuk lebih akrab dengan Nada dengan menyebutkan nama saja tanpa embel embel pangeran. Mereka sudah seperti teman dekat. Kadang Gustavo sering bercerita tentang kehidupanya di kerajaan Moregestte. Kadang Nada juga yang memulai cerita tentang kehidupannya di panti asuhan Hana Hikari.
Tepat hari ini, Nada harus pergi ke negeri Zdellaghoztte. Bunda Rahma menitipkan Nada kepada pak Budi. Beliau adalah kusir yang biasa mengangkut bahan pokok di perbatasan antara desa Moregestte dan negeri Dzellaghoztte. Nada juga sudah menjelaskan perihal amanah ini pada pangeran Gustavo. Nada minta maaf karena untuk sementara tidak bisa menemani beliau mencari benda pusaka itu. Ternyata tidak segampang yang Nada pikirkan. Benda pusaka itu belum juga ketemu sampai seminggu ini. Permata biru memang sering mereka temui. Tapi permata biru yang pangeran Gustavo inginkan belum ketemu. Bahkan untuk sekedar petunjukpun tidak ada.
Pangeran Gustavo meminta izin pada Nada untuk ikut dirinya ke negeri Zdellaghoztte. Katanya ia juga belum pernah ke sana. Pangeran Gustavo hanya bekerjasama dengan kerajaan Zdellaghoztte dari segi ekonomi saja. Memang kerajaan itu perekonomiannya sedang menurun akibat sawah dan ladangnya tidak menghasilkan apa apa. Katanya sawah dan ladangnya melayu dan di hinggapi beberapa hama. Sehingga membuatnya merugi. Akhirnya sang raja mengutus utusannya untuk meminta kerja sama pada kerajaan Moregestte. Entah ada angin apa dengan pangeran Gustavo. Ia langsung setuju untuk kerja sama. Biasanya ia tidak mau menolong kerajaan yang berada di ambang kehancuran. Mungkin takdir.
Pangeran jadikan itu sebagai alasan. Selain itu, ia juga ingin mencari permata biru di negeri Dzellaghoztte. Kalau memang di desa Moregestte tidak ada. Mungkin saja di negeri Dzellaghoztte ada. Alasan ketiga adalah Nada. Ia tidak mau satu satunya orang yang menjadi petunjuknya untuk mendapatkan permata biru. Harus pergi ke negeri asing sendirian. Selama seminggu ini ia merasa nyaman di samping Nada. Ia merasa mempunyai teman untuk berbagi. Hidupnya yang dingin dan sepi. Tidak ia temukan lagi semenjak bertemu dengan Nada. Pangeran Gustavo juga sering mendengarkan Nada tak sengaja bersenandung tentang nyanyian putri. Bak bagai tersihir kedalam lagunya. Sangat indah. Bagai mantra yang membuatnya berubah lebih baik.
Dalam perjalan menuju kerajaan Zdellaghoztte. Nada melihat sekitarnya. Ia mengedarkan padangannya ke sudut kota. Ternyata negeri ini sedang dalam pemulihan. Sawah dan ladangnya seperti baru saja di tanami. Banyak rumah rumah yang nampaknya bekas ke bakaran. Ada apa dengan negeri Zdellaghoztte. Dulu waktu kecil ia pernah mendengar cerita dari bunda Rahma tentang kerajaan Zdellaghozte. Katanya kerajaan itu sangat indah.
Kerajaan Dzellaghoztte sangat terkenal akan kejayaannya. Raja dan ratunya sangat ramah dan baik hati. Tapi konon katanya setelah putra pertamanya lahir. Kerajaan mulai kacau. Empat tahun setelah itu muncul penyihir jahat berama Grozu. Ia mengutuk pangeran Zhellograf dan menghancurkan seluruh penjuru negeri Dzellaghoztte. Pantas saja. Negeri ini sekarang seperti kapal pecah. Kehancuran di mana mana. Mungkin saja memang negeri ini sedang dalam tahap pemulihan. Pantas saja kerajaannya meminta kerja sama pada kerajaan Moregestte dari segi ekonomi. Padahal biasanya kerajaan negeri lebih kaya di bandingkan kerajaan desa. Ya sudahlah yang penting sikap angkuh pangeran Gustavo tidak membuatnya pelit untuk membantu perekonomian negeri Dzellaghoztte.
Sebetulnya Nada kurang percaya dengan cerita bunda Rahma soal penyihir dan lain sebagainya. Tapi setelah melihatnya sendiri dalam perjalan menuju kesana. Ia sedikit percaya. Mungkin selama ini memang benar ada yang namanya penyihir. Kasian sekali negeri ini. Semoga saja Nada bisa membantu menyembuhkan penyakit pangeran Zhellograf. Setidaknya itu bisa meringankan sedikit beban kerajaan Dzellaghoztte.
********
Setibanya di kerajaan Dzellaghoztte. Nada langsung di sambut hangat oleh pengawal dan dayang dayang di sana. Sang raja juga menyambutnya dengan hangat. Ternyata mereka sudah menunggu nunggu kedatangan Nada. Nada tidak melihat pangeran Zhellograf. Mungkin saja pangeran Zhellograf sedang terkapar lemah di ranjangnya. Ya, benar saja. Katanya sudah dua hari pangeran Zhellograf tidak sadarkan diri. Betapa malangnya nasib pangeran itu.
Nada melihat ke sekitar penjuru istana. Kastilnya cukup megah. Lebih megah dari kastil milik kerjaan Moregestte. Nada sedikit heran. Dari tadi ia belum bertemu dengan ratu. Kemanakah beliau? Apa beliau juga di kutuk oleh penyihir jahat itu?
"Kamu pasti sedang mencari keberadaan ratu?" tanya salah satu dayang yang sedang menemani Nada menuju kamar pangeran Zhellograf.
"Iya. Kenapa beliau tidak kelihatan. Apa beliau sedang sakit?"
Dayang itu sedikit mendekat pada Nada. "Beliau ada di belakang kastil. Ratu lebih suka merawat bunga bunganya dari pada merawat pangeran Zhellograf," katanya setengah berbisik.
"Kok bisa? Bukankah pangeran Zhellograf anaknya?" tanya Nada mulai kepo.
"Stttt.. Jangan keras keras. Bisa gawat kalau kedengaran raja atau pangeran," dayang itu lebih merendahkan suaranya. "Dulu empat tahun sebelum pangeran Zhellograf lahir. kakak pangeran Zhellograf katanya di nyatakan meninggal. Ratu sangat sedih karena kehilangan pangeran pertamanya. Padahal ia sangat yakin kalau pangeran baik baik saja. Tapi kenapa bisa meninggal. Dan ratu tidak sempat melihat jenazah sang pangeran," cerita sang dayang meski dengan suara yang sangat kecil. Nada mencoba mendengarkan story kerajaan ini.
"Tapi empat tahun kemudian. Pangeran Zhellograf lahir. Dan mendatangkan sebuah petaka. Hal itu membangkitkan penyihir Grozu dari lembah kematian. Terungkaplah semua rahasia yang di sembunyikan raja Zholagraf. Ternyata anak pertama ratu bukanlah seorang pangeran. Melainkan seorang putri. Menurut tadir dan garis keturunan. Kerajaan Zdellaghoztte akan di karuniai anak pertama itu seorang pangeran. Tapi takdir malah mengkhianati garis keturunan. Yang lahir malah seorang putri. Anda tau nona apa yang raja perbuat dengan putri itu?" tanya sang dayang pada Nada.
"Apa yang beliau lakukan?" bagaikan dogeng Nada mendengarkan cerita sang dayang. Namun ia juga penasaran.
"Raja membuangnya. Itu membuat ratu murka. Semenjak itu ratu mulai tidak perduli pada pangeran Zhellograf. Padahal raja sangat membangga banggakan pangeran Zhellograf. Tapi tak sedikitpun ratu meliriknya. Selain kehancuran yang kerajaan ini dapatkan. Pangeran Zhellograf di kutuk oleh penyihir Grozu dengan penyakit yang sulit di sembuhkan. Mungkin nona ini sudah ke sekian tabin yang datang ke sini untuk mencoba menyembuhkan pangeran Zhellograf. Tapi saya baru kali ini melihat tabib muda seperti anda. Semoga saja kali ini anda bisa berhasil menyembuhkan pangeran Zhellograf yang tengah menderita selama ini," ujar dayang itu sembari menatap Nada penuh harap.
Dayang itu memegang tangan Nada sedikit erat. "Saya percaya. Anda bisa mengubah takdir ini. Selamatkan kami dari ambang ke hancuran. Makannya saya bercerita tentang semua hal ini. Karena anda berbeda dari biasanya. Biasanya tabib yang datang itu wanita atau pria separuh baya. Tapi kali ini gadis cantik seperti nona. Semoga ramalan peri Jaisi benar. Akan datang pangeran langit dan putri pemimpi untuk mematahkan mantra kutukan penyihir Grozu," ucapnya bersemangat. Nada belum sepenuhnya percaya. Tapi Nada memang akan bertekad untuk menyembuhkan pangeran Zhellograf.
"Silahkan nona. Kita sudah berada di depan kamar pangeran Zhellograf. Maaf nona. Soal cerita yang tadi. Anda jangan bilang tau dari saya," pinta sang dayang.
"Baik lah. Kalau begitu aku langsung masuk kamar pangeran nih?"
Dayang itu mengangguk mantap. "Masuklah. Sekarang ini pangeran sedang tidak sadarkan diri. Sekali lagi saya mohon bantuannya yah nona," lagi lagi dayang itu menggantungkan harapnya pada Nada. Senang sih ia di harapkan bisa menolong pangeran Zhellograf. Tapi Nada takut mengecewakan kerajaan ini. Bagaimana kalau sampai dirinya tidak bisa menolong pangeran Zhellograf. Mereka pasti akan menelan kekecewaan lagi. Tapi, demi harapan yang mereka gantungkan pada Nada. Ia akan berusaha lebih keras untuk menyembuhkan pangeran Zhellograf. Sesusah apapun ia akan tempuh sampai pada titik kemampuannya.
********
Nada melihat pangeran Zhellograf terbaring tak berdaya di ranjangnya. Wajahnya sangat pucat seperti mayat hidup. Sungguh malang nasibnya. Kenapa mala petaka justru menimpanya. Padahal ia tak salah apa apa.
Nada mulai memeriksa pangeran Zhellograf. Dan benar saja nadinya sangat lemah. Kondisinya terlihat semakin memburuk dari sebelumnya. Minggu kemarin pangeran bisa sampai desa Moregestte saja itu suatu keajaiban. Karena mengingat jarak tempuh, dari negeri Zdellaghoztte ke desa Moregestte itu sangat jauh. Apalagi katanya pangeran baru pertama kali mengendarai kuda. Sebelum di perintahkan ke kamar pangeran Zhellograf. Nada di beri tau raja Zholagraf, bahwa seminggu yang lalu pangeran kabur dari istana. Ia di temukan terkapar tak jauh dari perbatasan negeri Zdellaghoztte dan desa Moregestte. Itu berarti tak lama setelah Nada meninggalkan pangeran di perbatasan. Kondisinya kian memburuk. Ya ampun. Harusnya Nada antar pangeran Zhellograf sampai ke kastil kerajaan Zdellaghoztte. Mungkin saja kondisi pangeran tak separah ini. Sampai sampai sekarang sudah dua hari tak sadarkan diri. Nada merasa bersalah.
Tubuh pangeran Zhellograf sangat panas. Tapi tangan dan kakinya sangat dingin seperti es. Detak jantungnya tidak menentu. Sangat lemah, kadang juga berhenti sebentar. Walau berhenti hanya lima detik. Itu akan mempengaruhi sistem peredaran darah pangeran. Baru kali ini Nada mendapatkan kasus pasien seperti pangeran Zhellograf. Ia pasti sangat menderita. Nada tau ini penyakit kutukan. Andai saja ada obat yang bisa menyembuhkan pangeran Zhellograf. Setidaknya sedikit meringankan rasa sakitnya.
Nada menyeka wajah pangeran Zhellograf dengan perlahan. Ia mengamati wajah mulus sang pangeran. Kulitnya putih bersih bahkan bisa di bilang putih pucat. Hidungnya mancung, pipinya tirus, rambutnya juga tercukur rapih. Memang aura pangeran itu berbeda. Pasti semuanya sangat terawat. Wajahnya tampan dan rupawan. Meski sakit. Itu tidak mengurangi ketampanan sang pangeran. Sayang saja, kalau selama ini. Pangeran Zhellograf hanya bisa berbaring di kamar megah ini. Ia tidak bisa menikmati hidupnya. Hanya penderitaan yang ia rasakan. Pantas saja pangeran Zhellograf mencoba kabur dari istana. Ya karena ia jenuh. Pangeran Zhellograf ingin suasana yang membuat dirinya bahagia. Makannya dia sangat terpesona dengan keindahan desa Moregestte.
Nada kembali bersenandung. "Nyanyian Putri, pengabul mimpi. Pembawa senyum, penghapus sedih. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Bernyanyi-nyanyi di atas langit.. Bersama bintang, keajaiban datang.. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Duka pun hilang.. Bahagia datang..” Nada mengakhiri nyanyiannya. Hatinya sedikit tenang setelah menyanyikan lagu itu. Benar kata Lisna. Nyanyian ini seperti mantra baginya. Buktinya ia sedikit tenang setelah bernyanyi lagu itu.
Tak lama Nada merasakan gerakan dari tangan pangeran. Apa mungkin pangeran akan sadar. Pangeran Zhellograf mulai mengerjap ngerjapkan matanya. Perlahan ia membuka matanya. Syukurlah pangeran sadar.
"Syukurlah anda sudah sadar. Anda masih ingat saya kan?" tanya Nada.
Pangeran Zhellograf mengangguk lemas. "Kamu Nada dari desa Moregestte. Kenapa kamu ada di sini?"
"Aku tidak tau kalau anda seorang pangeran. Kalau saja aku tau. Aku tidak akan meninggalkan ada di perbatasan. Aku akan temani anda hingga ke istana. Maaf pangeran aku hampir saja membuat anda celaka," sesal Nada.
"Tidak apa apa. Sebetulnya waktu itu aku sengaja tidak mengaku sebagai pangeran. Kamu mungkin akan sungkan padaku," sahut pangeran masih dengan nada paru.
"Saat kita bertemu. Aku bilangkan aku akan ke negeri Zdellaghoztte? Ya, sekarang aku di sini. Bunda mengamanahkan aku untuk ke sini. Untuk merawat pangeran yang sakit. Ternyata andalah orangnya. Pantas saja saat anda menyebut nama anda. Aku merasa tak asing. Zhello alias pangeran Zhellograf. Maafkan kecerobohan aku sekali lagi pangeran," takdir memang aneh. Mereka di tertemukan lagi. Namun sayang mereka belum tau kenyataan sesungguhnya. Bahwa mereka adalah kakak beradik.
"Berhenti meminta maaf Nada. Ini semua bukan kesalahan kamu. Justru aku lah yang salah. Sudahlah semua sudah berlalu. Aku senang bisa bertemu anda di sini. Bantu aku untuk sembuh dari penyakit aneh inu yah Nada," pintanya penuh harap. Banyak sekali yang menggantungkan harapan padanya. Dari mulai raja Zholagraf, dayang istana dan sekarang pangeran Zhellograf. Nada harus berusaha lebih keras lagi untuk menyembuhkan pangeran Zhellograf. Apalagi tadi setelah mendengarkan cerita tentang kerajaan inj dari dayang istana. Apakah mungkin Nada ini sang putri pemimpi?
Nada buru buru menepis pikiran itu. Mana mungkin ia putri pemimpi. Ia hanya gadis miskin dari desa Moregestte. Gadis beruntung yang di tolong bunda Rahma untuk melanjutkan hidupnya. Orang tuanya saja membuangnya. Mana mungkin kan ia seorang putri. Apalagi putri pemimpi yang bisa mematahkan mantra kutukan penyihir jahat.
Aneh, akhir akhir ini Nada selalu di hadapkan hal yang mustahil baginya. Hal yang selama ini ia tak percaya. Dari mulai cerita dari pangeran Gustavo tentang kerajaan langit. Rasi bintang dan para peri. Sekarang kerajaan yang katanya di kutuk oleh penyihir jahat bernama Grozu. Hmmm.. Nada masih mencerna semua itu. Ia seakan hidup di negeri dongeng.