Story About Orion
Waktu berlalu begitu cepat. Seperti bumi lepas pada porosnya. Tidak terasa seminggu sudah Nada berada di istana. Nada semakin dekat dengan ratu Niyya. Sementara pangeran Zhellograf masih belum mau menemuinya. Untungnya obat yang ia racik masih mau di minum oleh pangeran Zhellograf. Dayang yang menemaninya selalu melaporkan prihal kesehatan pangeran Zhellograf. Untungnya raja Zholagraf sedang tidak ada di tempat. Ia sedang di luar istana untuk beberapa hari. Syukurlah, kalau tidak. Mungkin ia akan mempertanyakan tentang pengobatan pangeran Zhellograf. Karena Nada tidak terlihat keluar masuk kamar pangeran Zhellograf. Semoga pangeran Zhellograf segera mau menemui Nada. Sebetulnya Nada sangat khawatir dengan kondisi kesehatannya. Ia ingin memantau langsung kondisi pangeran Zhellograf.
"Hari ini bertemu lagi pangeran Gustavo?" tanya ratu Niyya.
Nada mengangguk. "Iya ibunda. Hehehe sekarang aku katanya mau di ajarkan ilmu bela diri. Semoga aku cepat bisa yah,"
"Iya Nada. Ibunda selalu mendo'akan yang terbaik untukmu. Jaga diri kamu baik baik. Lain kali ajak beliau kemari. Kenalkan dengan ibunda. Mumpung raja sedang tidak ada di tempat," ucap ratu Niyya. Ternyata ratu Niyya juga suka mencari kesempatan dalam kesempitan haha. Dasar mentang mentang anak dan ibu. Wataknya tak jauh berbeda.
"Siap ibunda. Jangan lupa pesan Nada. Hari ini ibunda harus ke kamarnya pangeran Zhellograf untuk mengecek kondisinya mewakili Nada," pinta Nada. Semenjak Nada dekat dengan ratu Niyya. Ia mulai sedikit berani dan meminta sesuatu pada ratu. Kalau anak angkat mah, sah sah saja kan meminta sesuatu pada ibunya.
"Baik Nada, ibunda tidak akan ingkar janji," ujar ratu Niyya.
"Baiklah. Aku pamit pergi dulu ibunda. Pangeran Gustavo pasti sudah menunggu di depan kastil," pamit Nada.
"Oke. Hati hati sayang," ratu Niyya mengecup kening Nada layaknya seperti anak sendiri.
Hal itu membuat Nada sedikit risih sebetulnya. Tapi tak apalah. Kan kata ratu Niyya juga mumpung tak ada raja Zholagraf. Hehe
Dayang Dina ikut tersenyum melihat adegan tersebut. Semua semakin membaik semenjak kejadian di kamar putri waktu itu.
********
Pangeran Gustavo Orion sudah menunggu di depan kastil Zdellaghoztte. Ia bersiul siul sambil tersenyum senang. Pasalnya hari ini ia akan msngajarkan ilmu bela diri pada Nada. Tentunya itu membuat pangeran Gustavo lebih bersemangat. Entah kenapa, nampaknya Nada juga merasakan hal yang sama seperti pangeran Gustavo.
Nada berjalan menuju pintu gerbang keluar kastil. Ia berjalan dengan senyum merekah di bibirnya. Ia senang sekali mendapatkan dukungan dari ibunda angkatnya alias ratu Niyya. Nada tidak memungkiri lagi. Ia resmi jatuh cinta pada pangeran Gustavo. Kalaupun nantinya ternyata pangeran Gustavo tidak memiliki perasaan yang sama denganya. Biarlah Nada menyimpannya sebagai kenangan yang terindah dalam hidupnya.
Nada tau, alasan pangeran Gustavo mendekatinya karena meminta bantuan untuk mencari benda pusaka itu. Bukan karena cinta. Aahhh ya sudahlah. Nada tidak perduli. Yang jelas ia sangat senang merasakan debar debar jantung yang tak menentu setiap di dekat pangeran Gustavo. Biarlah begitu saja untuk saat ini.
"Sudah siap?" tanya pangeran Gustavo saat Nada sudah di depan mata.
"Siap dong!" sahut Nada penuh semangat. Kemudian Nada di persilahkam naik kuda layaknya pangeran yang mempersilahkan putri untuk menaiki kuda. Hal itu membuat Nada tambah senang. Setelah Nada naik. Pangeran Gustavo ikut naik.
"Ayo Pholeptho kita tempur!" serunya seraya menghentakan pengedali kuda agar Pholeptho melaju sedikit kencang.
Angin menerpa sangat kencang. Berembus kencang menerpa wajah keduanya. Kali ini Nada tidak takut lagi. Ia percayakan semua ini pada pangeran Gustavo. Nada yakin, selama di samping pangeran Gustavo. Ia akan aman dan baik baik saja.
********
Sampailah mereka berdua di tengah tengah hutan. Rasanya hutan ini telah di renovasi dan di rapihkan. Bukan seperti hutan biasa. Ada busur panah. Ada orang orangan dari jerami. Dan seperti alat tempur lainnya.
"Kamu pasti heran kan? Sebelum ke sini. Aku yang merapihkan tempat ini beberapa hari sebelumnya. Aku sengaja merancang tempat ini menjadi seperti sekarang. Biar memudahkan kamu aja," jelas pangeran Gustavo pada Nada.
Jelas sudah pertanyaan yang berputar di kepala Nada. Ini sungguh luar biasa. Pangeran Gustavo sendiri yang menyiapkan ini semua? Hebat!
"Kok kamu bisa kepikiran kaya gini. Aku aja engga kepikiran loh! Aku pikir belajar semacam silat gitu atau karate. Hehhe," Nada malah cengengesan.
"Hahaha Nada Nada. Melawan penyihir itu butuh senjata. Kalau melawan orang biasa sih, cukup dengan tangan kosong. Kalau kamu yang baru mengenal penyihir melawannya dengan tangan kosong. Bisa bisa kamu bisa di culik dan di jadikan tumbal. Bahaya bukan?" terang pangeran Gustavo.
"Ih serem amet di jadiin tumbal. Emang penyihir minta tumbal juga? Aku pikir setan doang,"
Lagi lagi pangeran Gustavo di buat geli oleh pemikiran Nada. Lucu sekali perempuan polos yang ada di hadapanya ini. Ia benar benar tidak tau sama sekali tentang penyihir. Karena selama ini. Ia menganggap penyihir hanya ada di negeri dongeng saja.
"Iya Nada, penyihir itu pakai tumbal juga untuk menabah kekuatannya. Ia akan menyerap energi dan kecantikanmu. Apalagi penyihir berkekuatan. Ia sangat suka gadis seperti kamu," ujar pangeran Gustavo sedikit menakut nakuti.
Nada mergidik. Ucapan pangeran Gustavo sedikit membuatnya merinding disko. "Udah udah. Sebelum aku di jadikan tumbal. Ayo kita latihan untuk memusnahkannya,"
"Oke baiklah," pangeran Gustavo mengambil busur dan panahnya. "Dulu waktu aku di negeri kelahiranku. Aku sangat mahir dalam memanah. Aku selalu memanah tepat pada sasaran. Tidak pernah meleset. Meski aku dalam kondisi panik atau kesakitan. Aku selalu memanah sesuai arahan yang aku mau," pangeran Gustavo mulai bercerita.
Di kerajaan langit, pangeran Gustavo memang sangat ahli dalam memanah. Keahliannya dalam bidang ini tidak perlu di ragukan lagi. Bukan hanya ayah Neptune saja yang bangga atas keahlian Orion satu ini. Bahkan peri peri dan bidadari di buat jatuh hati padanya.
Karismanya terlihat saat ia melepaskan busur pada pasarannya. Dan tepat tidak pernah melasat sama sekali. Dari kecil Orion memang di ajarkan mandiri oleh ayah Neptune. Ibunya meninggal saat melahirkan Orion. Ibu Orion adalah manusia yang di angkat menjadi setengah dewi. Sebetulnya cinta Neptune dan ibunya Orion di tentang oleh ayahnya Neptune alias kakeknya Orion. Karena belum ada sejarahnya seorang anak dewa mencintai seorang manusia.
Ayahnya Neptune murka saat tau Neptune jatuh cinta pada manusia. Tapi mau bagaimana lagi. Semakin cinta di larang bukan semakin hilang. Tapi akan semakin menjadi. Sehingga ayah Neptune membuat perjanjian dengan ibunya Orion tanpa sepengetahuan Neptune.
Ayahnya Neptune akan merestui hubungan mereka dengan syarat. Mereka tidak boleh memiliki keturuan. Ibunya Orion setuju, ayahnya Neptune mengangkatnya sebagai dewi. Namun ternyata. Kenyataan berpihak lain. Lima tahun berlalu saat Neptune dan ibunya Orion bersatu. Ibunya Orion mengandung Orion. Kabar itu meluas seantero langit. Tentu ibunya Orion harus menerima konsekuensi atas tindakannya. Jiwanya akan hilang. Karena sesuai perjanjian. Jika ia memiliki keturunan. Maka nyawanyalah taruhannya.
Saat Orion terlahir ke dunia. Barulah Neptune mengetahui tentang perjanjian ibunya Orion dengan ayahnya. Ia sangat marah. Dan meminta agar ayahnya menghidupkan kembali istrinya. Namun hal itu tidak bisa di lakukan. Karena sudah terikat perjanjian jiwa. Maka dari itu. Neptune menjadi keras pada Orion. Ia mendidik Orion bagaikan panglima perang. Orion di didik keras oleh ayahnya. Tak boleh cengeng, tak boleh mengeluh, tak boleh menangis, apalagi sampai jatuh cinta.
Karena cinta akan membuatnya hancur setelah dibuat mabuk kepayang. Cinta itu hanya indah pada awalnya saja. Tapi mempunyai akhir yang sangat dramatis. Akhir yang sangat pilu dan menyakitkan. Semua itu tidak boleh Orion rasakan.
Maka dari itu, Neptune pun tidak membuatnya mudah dalam naik tahta. Ia sengaja menurunkan permata biru dari langit untuk menguji keahlian Orion. Ia harus bisa bertahan hidup sebagai manusia setengah dewa. Dengan keterbatasan jika bersama manusia lainnya.
Neptune sengaja akan menghilangkan kekuatan Orion, saa Orion menggunakannya di depan manusia. Neptune ingin agar Orion bisa mengendalikan kekuatan langitnya di depan manusia. Kalau di depan peri atau penyihir sih. Sah sah saja. Orion bisa menggunakan kekuatannya semaunya.
Dengan misi ini Neptune berharap agar Orion bisa lebih kuat dari ayahnya. Kuat sebagai manusia maupun sebagai dewa.
Sebetulnya menjatuhkan permata biru dari langit. Mengundang resiko yang sangat banyak. Penyihir akan berlomba lomba mencarinya. Para peri juga akan mencarinya. Karena permata biru itu bukan sembarangan permata. Permata itu akan memberikan kekuatan dua kali lipat dari biasanya. Dan akan membuat yang memiliki permata biru itu. Menjadi dewa langit. Tapi Neptune sangat yakin. Sebelum peri dan penyihir itu menemukan permata biru itu. Orion lah yang akan menemukannya. Orionlah yang akan menjadi raja sekaligus dewa langit.
Neptune segaja mendidiknya mejadi kuat. Agar nantinya Orion menjadi raja dan dewa langit yang tangguh seperti dirinya. Namun tanpa cinta dan kasih sayang.
Menurut Neptune, cinta hanya bisa membuatnya menjadi lemah tak berdaya. Pantas saja Orion menjadi angkuh dan sombong. Mungkin itu karena didikan ayahnya yang sangat keras tanpa cinta dan kasih sayang. Bagaimana reaksi Neptune saat nanti tau, kalau anaknya telah jatuh cinta pada manusia. Sama seperti dirinya saat itu.
Sejarah akan terulang kembali. Anak dewa telah jatuh cinta pada manusia. Apakah Orion akan mempertahankan cintanya. Atau melepaskannya dengan lapang dada? Apakah Neptune akan bersikap seperti ayahnya dulu? Menjual jiwa kekasihnya agar naik menjadi dewi dengan syarat tidak boleh memiliki keturunan?
Semua itu masih menjadi misteri. Petunjuk permata biru berada saja masih belum jelas. Hanya nampak aura di dalam diri Nada saja yang akan membantu Gustavo Orion untuk menemukan permata biru itu. Namun sampai detik ini. Belum ada tanda tanda di mana permata biru itu berada.
"Yes berhasil!" seru Nada saat busur panah menacap tepat sasaran.
"Good! Kamu cepat belajar juga yah!" puji pangeran Gustavo sambil mengacak ngacak rambut Nada.
"Ih.. Jadi kusut tau rambut aku!" protes Nada sambil memasang muka yang cemberut.
Melihat ekspresi Nada, pangeran Gustavo langsung tertawa "Hahahaa,"
Nada semakin manyun. "Terus gimana nih cara ngebedain penyihir lemah sama penyihir berkekuatan?" tanya Nada penasaran.
"Oh iya. Begini.. Yang pertama kamu cukup lihat dari jubahnya. Ini sangat terlihat kentara sekali. Jika ia memakai jubah. Sudah di pastikan dia penyihir berkekuatan. Tapi jika tidak. Biasanya dia baru akan menjadi penyihir. Dia masih amatiran, tidak akan bisa menyakitimu lebih dalam. Apalagi menjadikan kamu sebagai tumbal," jelas pangeran Gustavo.
"Yang kedua, pancing kekuatan sihir. Kalau penyihir lemah. Dia belum bisa menggunakannya dengan baik. Jika penyihir berkekuatan. Sudah pastinya ini perlu ke hati hatian. Karena salah salahnya nanti kamu di sihir jadi kodok," canda pangeran Gustavo.
"Serius Gustavo!" protes Nada. Lagi asik asiknya mendengarkan penjelasan dengan serius malah di bercandain.
"Hahaha.. Jangan terlalu serius Nada," pangeran Gustavo paling suka bercanda dengan Nada. "Nah yang ketiga, biasanya penyihir lemah hanya mengganggu. Datang dengan tertawa yang menakut nakuti. Seperti yang kita temui sebelum sebelumnya. Mereka hanya penyihir lemah yang hanya mengganggu dan usil saja. Kalau penyihir berkekuatan. Dia akan menyulik dan menyekap kita. Paling parah akan melukai dan menyerap energi kita,"
"Seperti yang aku bilang. Mereka akan menyerap energi dan aura kecantikan seorang gadis. Oh iya bukan hanya gadis. Tapi pemuda tampan macam aku juga bisa," jiwa pedenya mulai keluar lagi.
"Bukannya biasanya penyihir itu wanita yah? Kenapa mencari tumbal seorang lelaki muda?" tanya Nada.
"Karena mereka butuh makanan. Aura cantik atau tampan harus mereka dapatkan. Minimal seminggu sekali. Kalau dalam satu bulan tidak menyerap energi dan aura kecantikan atau ketampanan. Mereka akan menjadi jelek dan kekuatan mereka akan melemah," terang pangeran Gustavo.
Nada mengangguk angguk mengerti. "Ada satu penyihir yang sangat kuat. Dan aku tau itu tak mudah untuk mengalahkannya. Kamu pernah cerita sama aku kok,"
"Penyihir Grozu?"
"Ya, tepat sekali. Dia telah mati ribuan tahun yang laku. Dulu dia adalah ratu kerajaan Zdellaghoztte. Ia bersekutu dengan iblis. Dan membuat kekacauan di negeri Zdellaghoztte,"
"Tunggu. Tunggu," Nada memotong cerita pangeran Gustavo. "Kok kamu tau sedetail itu tentang kerajaan Zdellaghoztte? Bukannya aku yah kemarin yang cerita tentang kerajaan Zdellaghoztte. Apa sebenernya kamu udah tau semuanya? Jadi cuma aku yang baru tau?"
"Nada, aku menghargai kamu yang curhat sangat menggebu gebu. Aku sebetulnya sudah tau sejak lama. Ada saatnya saat kita diam dan memahami. Dan ada saatnya kita bercerita apa yang terjadi, dan menceritakan kenyataan yang terjadi. Maaf karena aku baru bisa jelaskan sekarang. Mungkin sekaranglah waktu yang tepat. Saat kamu tau semuanya. Saat kamu harus percaya. Bahwa penyihir itu bukan hanya ada dalam dongeng saja," ucap Gustavo.
Nada sedikit merasa kecewa. Tapi benar juga ucapan pangeran Gustavo. Ia sadar. Kalau kemarin kemarin ia sempat menyangkal terus tentang keberadaan penyihir dan mahluk yang tak masuk akal lainnya.
"Tunggu. Jadi bener kamu ini pangeran langit? Anak dewa langit?"
Deg!
Pertanyaan itu spontan membuat pangeran Gustavo terkejut. Bagaimana ia harus menjawab pertanyaan Nada? Kenapa juga dia harus ingat soal anak dewa langit? Apakah ini saatnya identitas pangeran Gustavo terbongkar?