“Aku tidak tahu soal itu, Mas. Sungguh.” Jantung Ziya berdebar kencang. Aliran darah seakan berhenti mengaliri tubuh hingga kulitnya tampak memutih tak berdarah. Mahesa menarik wajah ke hadapan Ziya dan membuat pandangannya selevel dengan pandangan wanita itu. Sorot matanya yang memancarkan amarah menciutkan nyali Ziya untuk bergerak, apalagi berusaha memberontak. Ziya berada dalam zona ketakutan. “Kamu pikir rekening itu tercipta sendiri?” “Demi Tuhan, aku tidak tahu soal itu.” Ziya masih terus menyangkal. Evil smirk terukir di bibir Mahesa. Sindiran pedas pun terlontar kemudian. “Oh, iya? Berarti ada dua Ziya yang menjadi kekasih adikku.” Bibir Ziya bergetar. Semua penyangkalan yang ingin ia ucapkan tertahan di ujung lidah. Mahesa tidak akan memercayai semua yang akan dikatakan