Jello memasuki restoran Prancis tempatnya bertemu dengan klien yang kata Gavin sangat penting dan harus dirinya yang mengurus semua kerja sama dengan klien satu ini. Jello sangat malas, membuang waktunya untuk bertemu dengan pertemuan di dalam restoran ini dan akan melakukan basa-basi yang sangat lama sekali.
Jello berjalan tegap dan membuat beberapa wanita menatap pada Jello dengan tatapan minat mereka. Wanita-wanita itu sedang membayangkan Jello menjadi kekasih mereka dan menghangatkam ranjang mereka. Jello mendengkus melihat tatapan lapar dari beberapa wanita itu.
Di luar atau depan orang lain, Jello akan menjadi pria dingin dan tampak sempurna di depan orang lain. Tapi, di depan keluarganya dan sahabatnya—Gavin. Jello akan terlihat seperti pria rapuh, karena ditinggal oleh Bella sekian lama. Dan tidak pernah bisa menemukan Bella.
Jello mengambil duduk di depan pria yang tampak sebaya dengannya atau lebih muda setahun darinya. Mungkin usia pria ini diperkirakan 33 tahun. Dan usia Jello sekarang 34 tahun. Jello tertawa dalam hatinya, seharusnya saat usianya sekarang, dirinya sudah memiliki anak dan hidup bahagia dengan istrinya.
Tapi, wanita yang dicintainya pergi dan tidak tahu ke mana.
“Maaf, saya telat. Anda menunggu lama?” tanya Jello, mengalihkan perhatian pria di depannya dari ponsel dan menatap dirinya.
Pria yang berada di depan Jello terkejut menatap wajah Jello. Setelah itu, pria itu tersenyum misterius dan mengangguk pada Jello.
“Tidak apa-apa. Saya baru tiba lima menit yang lalu,” ucap pria itu bernada sopan.
“Ternyata anda masih sangat muda. Saya kira sudah …” Jello tertawa pelan. Jello masih mengerti basa-basi yang membuat bisnisnya sampai sekarang mengalami kesukesan.
“Tua? Orang-orang banyak menyangka saya sudah tua. Ah, ya, kau panggil saja aku Mikail. Tidak usah pakai Mr. seperti orang lain memanggil diriku,” ucap pria yang bernama lengkap Mikail Tefaron itu.
Jello mengangguk. “Kau bisa memanggilku Jello saja. sepertinya umurku kita sama, “ ucap Jello.
Mikail tertawa pelan dan mengangguk. “Baiklah Jello. Aku menerima kerja sama dengan perusahaanmu. Aku melihat perusahaanmu sangat sukses. Dan aku tidak menyangka, perusahaanmu akan mengajukan kerja sama dengan perusahaanku,” ucap Mikail.
Jello tertawa pelan. “Aku juga tidak menyangka, perusahaanmu akan menerima kerja sama dengan perusahaanku. Kau juga seorang pengusaha sangat sukses di usia mudamu ini,” ucap Jello balik memuji Mikail.
Mikail tertawa pelan. “Aku bisa sukses karena istri dan putraku, mereka selalu mendukungku dan tidak pernah mematahkan semangatku,” ucap Mikail.
Jello terkejut dan menatap sendu pada Mikail. Mikail tampaknya memiliki keluarga yang sangat harmonis. Bagaiman pria itu menceritakan tentang istrinya dan juga putranya.
“Kau sudah menikah dan punya anak?” tanya Jello antusias.
Mikail mengangguk. “Ya. Aku sudah mempunyai istri dan seorang putra.” Mikail tersenyum manis membayangkan kedua orang yang mengisi hidupnya beberapa tahun ini.
Jello mengangguk dan tersenyum lirih. Seandainya Bella masih menjadi istrinya dan dirinya tidak melakukan kesalahan di masa lalu, maka dirinya dan Bella masih tetap bersama dan memiliki seorang anak. Jello hanya bisa berandai dan terus berandai.
“Kalau kau sudah menikah dan punya anak?” tanya Mikail dengan senyuman penuh artinya.
Jello tersenyum miris. “Aku seorang duda dan tidak memiliki anak,” jawab Jello pelan.
“Ah … maafkan aku. Aku tidak tahu. Mantan istrimu meninggal atau apa?” tanya Mikail.
“Dia tidak meninggalkan. Dia pergi meninggalkanku, karena perbuatanku,” ucap Jello tersenyum paksa.
Mikail mengangguk dan tidak mau bertanya lagi pada Jello, prihal masalah pribadi pria itu. Tampaknya Jello tidak nyaman.
“Lebih baik kita membicarakan kerja sama perusahaann kita. Baru nanti mengobrol masalah lain,” ucap Mikail tertawa pelan dan diikuti oleh Jello.
Keduanya mulai membicarakan kerja sama perusahaan mereka dengan serius. Walaupun ada sedikit beda pendapat, namun, keduanya bisa mencari solusinya tengahnya dan membuat keduanya setuju dan tersenyum. Hampir sejam keduanya membicarakan tentang kerja sama perusahaan mereka, akhirnya selesai juga dan dengan Jello dan Mikail sama-sama menanda tangani surat kerja sama perusahaan mereka.
Jello meminum minumannya, setelah sejam lebih dirinya hanya terfokus pada pembahasan kerja samanya dengan Mikail. Jello merasa sangat haus dan merasa kerongkongannya terasa kering. Begitu juga yang terjadi pada Mikail.
“Jello, kau mau makan malam di rumahku besok malam? Kebetulan istri dan putraku baru tiba kemarin. Aku mau memperkenalkanmu dengan mereka,” ucap Mikail menatap Jello dengan tatapan penuh harapnya.
Jello tampak berpikir sebentar. Jello sebenarnya ingin menolak, tapi, melihat tatapan penuh harap dari Mikail. Membuat dirinya segan menolak ajakan pria itu. Dan akhirnya Jello mengangguk, membuat senyuman Mikail mengembang.
“Ah … kau harus merasakan masakan istriku yang sangat lezat. Dia sangat pandai memasak,” ucap Mikail mengebu.
Jello tertawa kecil dan mengangguk. “Aku tidak sabar merasakannya. Memangnya istri dan putram kemarin-kemarin tinggal di mana? Kau bilang mereka baru tiba kemarin.”
“Mereka tinggal di London, dan mulai kemarin mereka akan tinggal di sini,” jawab Mikail memberi tahu Jello.
Jello mengangguk. “Jadi, kau dan keluargamu akan tinggal di negara ini mulai sekarang?” tanya Jello penasaran.
“Iya, kami akan tinggal di sini. Istriku awalnya tidak mau ikut tinggal di sini. Tapi, aku memaksanya. Akhirnya dia mau tinggal di sini,” ucap Mikail.
Jello mengerutkan keningnya mendengar ucapan Mikail. “Memangnya kenapa?” tanya Jello penasaran. Kenapa istri Mikail tidak mau tinggal di Los Angeles. Padahal tidak ada yang salah dengan Los Angeles.
“Aku tidak bisa mengatakannya padamu. Yang jelas dia merasa tidak mau untuk tinggal di sini,” jawab Mikail menatap Jello dengan senyuman penuh artinya.
Jello mengangguk dan tidak akan memaksa Mikail lagi dengan rentetan rasa penasaran miliknya. Jello memakan makanan di depannya dan sekali-kali Jello akan mengirim pesan pada orang-orang suruhannya untuk mencari Bella. Tapi, mereka masih belum menemukan Bella dan tidak tahu Bella di mana.
Jello mendesah kasar. Sampai kapan Bella bersembunyi darinya. Jello merasa heran, kenapa dirinya tidak bisa menemukan Bella. Padahal Bella hanya wanita biasa dan tidak punya kekuasaan. Tapi, Jello tidak bisa menemukan Bella. Seolah Bella ditelan bumi.
Saat ibu Bella meninggal dunia tiga tahun yang lalu, Bella tidak datang kepemakaman ibunya. Atau Jello tidak menegetahui Bella datang kepekaman ibunya. Bella seakan bisa menghapus jejaknya dan tidak bisa ditemukan oleh siapa pun.
“Jello!”
Jello tersadar dari lamunannya dan menatap pada Mikail. Jello memikirkan tentang Bella, dan tidak sadar kalau dirinya masih berada pertemuan dengan Mikail.
“Kau melamun?” tanya Mikail.
Jello tersenyum tipis dan tidak menjawab pertanyaan Mikail. Jello berdiri dari tempat duduknya, dan melihat jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jello harus pulang sekarang, ah, dirinya tidak pulang. Tapi, mencari keberadaan Bella.
“Aku harus pergi sekarang. Terima kasih untuk makan siangnya atau sore,” ucap Jello tertawa pelan.
Mikail ikut tertawa. “Sepertinya terlalu lambat untuk dikatakan makan siang dan terlalu cepat untuk dikatakan makan sore,” ucap Mikail.
Jello mengangguk dan permisi. Untuk pergi dari restoran tersebut. Mikail menatap punggung Jelli yang menjaug dan mendesah kasar. Mikail berdiri dan tempat duduknya, dan keluar dari restoran. Dirinya harus pulang karena Jeremy—putranya sudah menelepon sedari tadi.
Mikail tersenyum geli. Membayangkan wajah Jeremy yang merenggut , karena Mikail tidak mengangkat telepon bocah berusia lima tahun itu.
*olc*
Selamat membaca. Jangan lupa buat komentar. Kenapa, aku bikin Jello dan Bella pisah enam tahun. Karena 2/3 tahun itu terlalu singkat. Kayak hubungan aku sama doi selalu singkat. Hahaha.
Yuk. Tebak siapa Mikail? Wkwkwk.
*olc*