Chapter 4

1430 Words
Selamat membaca Pagi harinya, Leylin datang ke alamat yang tertera di kartu nama Rangga. Rangga yang kebetulan baru saja memarkirkan mobil segera menghampiri Leylin yang tengah ditanya oleh penjaga. "Dia teman saya, sekaligus fotografer baru di sini, Pak," ungkap Rangga kepada penjaga. "Oh, temannya Pak Rangga. Kalau begitu, silahkan masuk, Mbak," tutur penjaga ramah sembari membukakan pintu untuk Leylin serta Rangga. "Terima kasih, Pak," sahut Leylin menunduk sopan sebelum melangkah masuk ke dalam. "Kamu pagi-pagi sudah datang," ujar Rangga ringan. "Tidak sopan jika saya datang siang saat hari pertama saya bekerja," jawab Leylin tenang. Rangga hanya manggut-manggut. "Kita ke ruanganku dulu. Ada poin-poin penting yang harus aku sampaikan." Leylin mengikuti Rangga yang berjalan menuju ruang kerjanya. Rangga mengambil sebuah amplop coklat di atas meja kerja, lalu menyerahkan kepada Leylin. "Ini kontrak yang harus kamu tanda tangani." Leylin membaca terlebih dahulu isi dalam kontrak sebelum menandatangani surat itu. Kemudian setelah selesai dan dirasa isi dalam kontrak tidak ada yang aneh dan merugikan dirinya, baru Leylin menandatanganinya. "Ada salah satu model yang harus kamu hindari, kalau bisa jangan mencari masalah dengan dia. Dia seringkali membuat onar dengan model-model lainnya jika merasa tersaingi. Tapi meskipun dia membuat masalah, dia tetap aman karena mempunyai orang dalam yang akan siap siaga melindunginya. Ditambah lagi dia licik dan manipulatif, sekaligus pintar memutarbalikkan fakta. Jadi kamu harus hati-hati." Rangga memperingatkan. "Terima kasih sudah memperingatkan, tapi sepertinya dia tidak mungkin menganggu fotografer biasa seperti saya," ujar Leylin ringan dan tak terlalu mempedulikan hal tersebut. "Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi ke depannya," pungkas Rangga dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Pasalnya jika wanita itu tau jika Reksa sendiri yang memperkerjakan Leylin, wanita itu pasti akan membuat rusuh dan Playing victim dengan Leylin seperti yang dilakukannya kepada Natasha. Dan bodohnya Reksa justru percaya dengan keluguan dan kepolosan palsu adik sepupunya itu. Tapi jika melihat dari sikap Leylin yang tenang. Sepertinya Leylin bisa menghadapi wanita itu dengan mudah. Ketika seluruh perlengkapan sudah lengkap, pemotretan pun segera dilaksanakan dan para model tengah bersiap-siap serta touch up kembali make up mereka. Pemotretan berjalan mulus, sampai akhirnya giliran seorang wanita muda yang kelihatan centil tampak ingin kelihatan menonjol dibanding rekan model yang satunya. Dia sering kali sengaja menginjak kaki model tersebut atau pun menempatkan diri berada di depan model itu agar dirinya tampak lebih tinggi posisinya. Sedangkan model yang diganggu itu hanya diam saja dan tidak mencoba untuk melawan. Leylin yang melihat gerak-gerik wanita muda itu seketika menyadari jika model itulah yang dimaksud Rangga. "Model yang cantik ini siapa namanya? Tolong agak geser ke sana ya, Cantik," puji Leylin tersenyum ke arah Aria. Sontak saja Aria yang dipuji cantik menuruti ucapan Leylin dan bergeser ke arah yang Leylin tunjuk. Aria tidak lagi menghiraukan Natasya, karena sudah terbukti siapa yang lebih cantik di antara dirinya dan Natasya. Akhirnya setelah Aria dan Natasha tidak berdekatan lagi, pemotretan baru kembali berjalan dengan lancar. Leylin memang sengaja memuji Aria agar tidak lagi memperlambat pekerjaannya. Dilihat dari sikap Aria, Leylin bisa langsung mengetahui jika Aria adalah tipe wanita yang tinggi pujian dan sanjungan. Reksa melihat kinerja Leylin dengan menyamar sebagai kru agar tidak diketahui oleh Aria. Karena adik sepupunya itu pasti akan menempel terus dengannya jika melihat dia berada di sini. Karena itu, dia menyamar menjadi orang lain. Setelah pemotretan selesai, Rangga dan Reksa masuk ke ruang kerja Rangga. "Lo beneran datang?" Rangga benar-benar tidak habis pikir. "Kan gue sudah bilang sebelumnya," sahut Reksa ringan. "Tapi ya nggak harus menyamar begini, kan?" "Nggak ada cara lain, Aria pasti akan heboh kalau tau gue datang." "Salah lo sendiri yang masukin dia ke agensi model kita." Rangga mulai mengoceh. "Gue nggak enak sama tante Fina kalau nggak memperbolehkan Aria masuk ke agensi kita." "Gara-gara lo yang sering membela Aria. Dia jadi melunjak dan sering membuat onar sama model-model lainnya. Tadi juga lo lihat sendiri, kan?" "Selama suasana masih kondusif ya nggak apa-apa," jawab Reksa tanpa dosa. Rangga berdecak kesal. Gara-gara menjadi anak tunggal dan ingin memiliki seorang adik perempuan, Reksa menjadi kakak sepupu yang memanjakan Aria. "Itu karena Leylin nyuruh Aria agak menjauh dari Natasha. Coba kalau Leylin diam saja seperti fotografer lainnya, Aria pasti akan tetap mengganggu Natasha." Saat reksa sudah bersiap untuk membalas ucapan Rangga, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. "Masuk," suruh Rangga. Ceklek "Pak Reksa?" Mata Natasha langsung tertuju ke arah Reksa yang memakai baju kru. "Sha, kamu masuk terus tutup pintunya biar si Aria nggak lihat," suruh Rangga saat melihat Natasha hanya diam saja di tengah pintu. Natasha mengangguk dan dengan cepat segera menutup pintu. Dia melangkah menuju sofa dan ikut bergabung duduk bersama Rangga dan Reksa. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Rangga. Natasha tersenyum lembut. "Nggak apa-apa, kok." Dia bisa berbicara santai dengan Rangga karena memang mereka berdua adalah sahabat sejak duduk di bangku SMA. Jadi tidak heran jika Rangga sering membela Natasha. Sedangkan dengan Reksa, Natasha belum lama saling mengenal. Karena itu, dia masih belum terlalu akrab dengan Reksa. Saat itu Natasha bertemu dengan Reksa di rumah Rangga. Dan saat pertemuan pertama mereka itu, Reksa langsung menawari Natasha untuk menjadi model di agensinya. Karena kebetulan saat itu Reksa tengah mencari seorang model. Dan dilihat dari gerak-gerik Natasha, sepertinya saat itu dia juga tertarik dengan Reksa. Karena itu, tanpa banyak bertanya Natasha langsung menerima tawaran Reksa. Meskipun dia sama sekali belum pernah terjun ke dunia modeling. Itu juga yang menjadi alasan kuat kenapa Aria membenci Natasha dan sering mengganggunya. Meskipun usia Natasha lebih tua tiga tahun dari Aria, tapi Aria benar-benar tidak menghormati Natasha. "Fotografer baru!" seru Aria dari kejauhan sembari melambaikan tangan ke arah Leylin yang tengah berjalan keluar. Leylin menoleh ke belakang dan mendapati Aria berlari ceria ke arahnya. "Bagi nomor hp, dong." "Umur kamu berapa?" Leylin bertanya singkat. "Dua puluh satu tahun," jawab Aria bingung karena Leylin tiba-tiba bertanya tentang umurnya. Leylin tersenyum, lalu memegang pundak Aria. "Apa ini cara bicara dengan seseorang yang lebih tua lima tahun?" Raut wajah Leylin seketika berubah horor di mata Aria. "Eh, anu, iya, itu," jawab Aria gugup. "Maaf, Kak ...." Ini pertama kalinya Aria mengucapkan kata maaf kepada seseorang padahal dia sendiri tidak tau kesalahannya apa. Tawa Leylin seketika menggelegar. "Hahaha! Santai aja, aku cuma bercanda," gurau Leylin mengedipkan sebelah mata. Aria memasang wajah cemberut. "Aaaaa! Kak Leylin! Aku udah takut Kakak marah." Aria memukul lengan Leylin sebal. "Katanya mau minta nomor hp, jadi nggak?" Aria mengangguk dengan raut wajah yang masih tampak kesal dengan Leylin. "Oh iya, kapan-kapan kita jalan bareng yuk, Kak?" ajak Aria seketika berubah ceria. Leylin tersenyum. Mereka yang belum mengenal seseorang dari dalam, pasti akan menjudge orang tersebut karena tampak buruk dari luar. Mereka tidak tau jika ada alasan di baliknya. "Oke, kabari aja, ya," sahut Leylin santai. "Siap," ujar Aria riang. "Kamu nggak pulang?" "Aku mau ke ruangan kak Rangga sebentar," sahut Aria ringan. "Oh, kalau gitu aku pulang dulu. Bye ...." "Hati-hati, Kak!" seru Aria saat Leylin sudah berjalan membelakanginya. Leylin mengangkat tangan ke atas sembari menyatukan ibu jari dan telunjuk membentuk huruf O (oke). Aria tampak ceria saat tengah berjalan masuk ke dalam ruangan Rangga. Jarang sekali ada seorang wanita yang cocok dengannya. Saat berada di depan pintu ruangan Rangga, Aria terdiam saat mendengar suara perempuan berada di dalam. Aria sudah bersiap pergi saat mengetahui Natasha ada di ruangan Rangga, namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar suara tawa seseorang yang sangat dia kenal. Sontak saja Aria segera membuka pintu dan mendapati tiga orang di depannya tengah tertawa bersama. "Kak Reksa?" Reksa, Rangga, dan Natasha saling berpandangan satu sama lain. Aria melirik sinis ke arah Natasha yang memasang wajah memelas seperti wanita teraniaya setiap kali berada di depan Reksa. Perempuan munafik seperti inilah yang paling Aria benci. Mereka sering kali menyembunyikan sifat asli mereka dan berlagak seperti wanita penuh kasih sayang di depan orang-orang. Karena itu, tidak ada yang percaya saat dia mengatakan jika perempuan seperti itu hanya pura-pura baik. Karena tidak ada cara lain, akhirnya Aria seringkali mengganggu model-model lain untuk membongkar dan menunjukkan bagaimana wajah asli mereka yang bersembunyi dibalik topeng malaikat itu. Meskipun dia harus dicap buruk karena tingkahnya itu. Tapi itu tidak masalah baginya selama dia bisa melindungi kakak sepupunya dari wanita ular seperti itu. Aria bisa mengetahui semua itu karena dia pernah mendengar ucapan para model yang tengah merencanakan sesuatu untuk bekerja sama mendekati Reksa. Bahkan dia sering kali memergoki mereka memberikan obat perangsang kepada Reksa, termasuk Natasha yang tampak polos dari luar. Tapi tentu saja semua itu gagal berkat Aria yang selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Karena dia tau jika wanita gila seperti itu akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau, meskipun harus dengan cara kotor sekali pun. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD