“Kamu datang jam berapa?” tanya Shaka, “Lalu bagaimana ceritanya bisa masuk dan ketiduran di ruangan saya?” Zivaa merasa tenggorokannya tercekat, padahal Shaka bertanya dengan nada yang biasa saja tetapi ia seakan tengah menjalani proses intograsi di tengah sidang. “Maaf, Pak. Saya tidak sadar kalau tertidur saat menunggu Bapak.” Hanya sebatas kalimat penyesalan itu yang bisa Zivaa berikan. Gadis itu berpikir dengan mengatakan alasan yang sebenarnya bahwa ia terlalu lelah menempuh perjalanan selama hampir dua jam juga tidak akan merubah apa-apa. “Yang kasih akses kamu masuk siapa?” “Saya kan memang sudah diberitahu bapak sandi ruangannya,” ujar Ziva. “Masa gitu aja lupa,” lanjut gadis bertubuh mungil itu, mengejek si dosen dengan suara bisikan lirihnya. “Siapa yang lupa?!” Shaka memb