MAKAN

1095 Words
            “Turut berduka cita ya nan” Ucap Ratih kepada Kinan, ia memegang bahu Kinan untuk mengucapkan rasa duka nya                 “Iya bu, terimakasih, ibu sehat?” Tanya Kinan. Ratih mengagguk kemudian tersenyum kepada Kinan. Pras ? Pras hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa. Setelah memesan makanan mereka hanya berbincang – bincang sedikit , Pras lebih dominan membuka percakapan di banding ibu nya. Kinan dapat melihat jelas bahwa betapa rindunya Pras akan sosok wanita di hadapannya itu.                 “Bu…” Panggil Pras kepada sang ibu Ibu nya menyahut                 “Iya kenapa?”                 “Pras sama Kinan mau nikah, mohon doa dan restu ibu” Ucap Pras, diluar ekspektasi Kinan, Ibu nya hanya diam. Mematung , menatap Pras dan Kinan bergantian satu sama lain. Dalam hati Kinan sudah yakin, bahwa Ibu Pras, mungkin tidak setuju dengan keputusan mereka berdua.                 “Ibu ada urusan lain hari ini, Pras, nanti sore telfon Ibu”  Ucap Ratih. Pras diam sejenak, kemudian mengangguk, setelahnya ia memandang Kinan.                 “Maaf ya nan” Ucap Pras setelah ibu nya pergi, Kinan tidak mengerti mengapa Pras meminta maaf kepadanya, padahal, menurut Kinan, tidak ada yang salah dari apa yang ibunya ucapkan.                 “Buat apa mas?” Tanya Kinan                 “Ya maaf saja” Jawab Pras, Kinan mengangguk                 “Ayo keluar cari makan” Ucap Pras, Kinan memandang aneh calon suaminya itu, sebab di hadapan mereka masih banyak makanan yang tadi di pesan oleh mereka.                 “Ini masih banyak mas” Ucap Kinan, Pras memandang makanan di hadapannya.                 “Cari yang lain saja” Jawab Pras, Kinan menggelengkan kepalanya. Mas Pras ini belum pernah ngerasain hidup susah kayaknya .  Ucap Kinan dalam hati, ia tak berani protes, takut sang calon suami merasa tersinggung. Akhirnya Kinan mengikut saja, mereka berjalan berdua menuju mobil, entah Kinan mau di bawah kemana. Padahal mereka sudah melewati berbagai macam tempat makan namun tak satupun yang mereka singgahi.                 “Mas… kita mau kemana?” Tanya Kinan, Pras sejenak menolek kepada Kinan, kemudian menatap lurus lagi, jalanan di depannya.                 “Mau makan kan” Jawab Pras, Kinan tak menjawab. Ia tahu bahwa mereka akan makan, tapi bukan itu jawaban yang ia inginkan. Kinan menghela napas, kemudian menyandarkan kepalanya pada pintu mobil, tanpa sadar ia terlelap. Pras menyadari bahwa Kinan tertidur. Namun ia mengabaikan gadis itu, ia tetap fokus pada jalanannya hingga sampai di tempat yang ia tuju. Di tengah perjalanan ponsel Pras berbunyi, pertanda ia menerima sebuah pesan masuk. Karena kebetulan traffict light sedang menunjukan lampu berwarna merah, Pras membuka ponselnya. Membaca pesan apa yang baru ia terima IBU             Ibu gak bisa mas, kalau kamu sama Kinan                 Pras menelan ludah, Bagaimana ini? Sementara bapak , dan mbah suka sekali dengan Kinan. Dan tidak mungkin ku batalkan juga karena sudah terlanjur setuju. Ucap Pras dalam hati.   PRASETYO             Bapak sama mbah, mau Pras sama Kinan bu. Dan Pras udah setuju juga. Mohon doa restunya ya bu.   IBU             Nah itu kamu, lebih suka bapak daripada ibu                 Pras tidak sempat membalas karena ia tersadar orang – orang sudah membunyikan klaksonnya dari tadi, meminta Pras segera maju karena lampu telah berubah menjadi warna hijau. Pras menatap Kinan sekali lagi, wajah gadis itu nampak polos, damai dengan kehidupannya sendiri, padahal Pras tahu jelas bagaimana Kinan tidak bisa menikmati masa remajanya karena harus membantu almarhumah ibu nya untuk berjualan demi melunasi hutang sang bapak yang sekarang entah kemana. Kamu yakin nan, sama saya?  Ucap Pras dalam hati, sembari sesekali menatap Kinan. Ia membelokan mobilnya kedalam sebuah parkiran restaurant yang sering ia kunjungi bersama teman – temannya. Disana makanannya enak – enak, ya walaupun sedikit lebih mahal dari restaurant pada umum nya, tempat yang mereka kunjungi cukup cantik karena memiliki gaya yang classic.                 Pras hendak membangunkan Kinan, namun entah kenapa matanya betah berlama – lama menatap gadis yang nanti akan hidup bersama dengan dirinya dalam jangka yang waktu lama, Pras tersenyum dan menyadari bahwa betapa lucunya hidup ini. Ia teringat dengan teman – temannya di kampung, yang sejak dulu mendambakan Kinan, yang sejak dulu selalu mencuri perhatian Kinan namun tak satupun dari mereka yang dapat meluluhkan gadis di sampingnya itu. Siapa sangka sekian tahun setekahnya, Kinan yang datang sendiri kepadanya, menyatakan bahwa ia setuju menikah dengan Pras.                 Teman – teman lama nya belum ada yang tau soal ini, barangkali , mungkin jika mereka tahu mereka akan sibuk meledek Pras karena dulu, Pras adalah satu – satunya orang yang jika ditanya Kinan cantik ya?  Pras dengan lantangnya akan menjawab Biasa saja . tentu saja berbohong. Ia hanya tidak ingin ikut – ikutan dengan teman – temannya, menunggu Kinan pulang sekolah agar bisa pulang bersama . atau , sengaja ikut lomba 17 agustusan agar bisa satu divisi dengan tidak. Ahh dulu Pras terlalu malas dengan hal – hal seperti itu. Tanpa Pras sadari Kinan tiba – tiba membuka matanya                 “Mas… Pras,  kok gak bangunin aku?” Tanya Kinan, dengan napas yang sedikit ia tahan sebab, wajahnya dan wajah Pras sungguh sangat berdekatan, Pras kaget dan sontak menjauhkan wajah nya dari Kinan                 “I...Ini mau saya bangunin, baru aja” Jawab Pras, terbata – bata, gugup sekali, Kinan dengan santainya hanya mengangguk kemudian tersenyum, melepas seatbelt nya kemudian merapihkan rambut dan juga baju nya.                 “Udah sampai kan ya mas?”  Tanya Kinan. Pras hanya mengangguk, Kinan lagi – lagi tersenyum , memicu detak jantung yang tidak karuan dalam d**a Pras.                 “Ayo… turun” Ucap Pras.                 Mereka berdua berjalan bersama, memasuki sebuah restaurant yang tentu saja belum pernah Kinan kunjungi selama hidup, Kinan terlihat gugup melihat tamu lain berpenampilan sederhana namun sangat menarik, Kinan tidak percaya dengan diri nya sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa jadi istrinya mas Pras, beda level sekali ya kami . Ucap Kinan, dalam hati.                 Kinan hanya mengekor di belakang Pras, mengikuti kemanapun kaki pria itu melangkah, di bandingkan terlihat sebagai calon istri , Kinan mungkin lebih terlihat sebagai asisten Pras. Kini mereka berdua duduk berhadapan, dihidangkan masing – masing satu wagyu ribeye steak di depan mereka, dan segelas minuman yang entahlah apa namanya, Kinan tidak tahu dan tentu saja belum pernah mencobanya, sejauh ini Kinan mentok – mentok meminum coca – cola di kantor atau tidak milktea boba yang sekarang sedang Viral.                 “Dimakan nan, ini kesukaan saya loh. Nanti habis nikah kita bakalan sering – sering kesini” Ucap Pras, Kinan mengangguk. Walaupun ini kali pertamanya makan steak, Kinan tidak bodoh – bodoh amat hanya untuk sekedar memotong daging di hadapannya itu, ya tentu saja berkat drama korea yang selalu ia tonton                 “Mahal ya mas, yang ini?” Tanya Kinan Pras menggeleng                 “Biasa saja” Jawab Pras, Kinan mencibir dalam hati Tidak mungkin bisa biasa saja, pasti ini mahal banget .  Ucap Kinan dalam hati                 “Nan… ibu gak setuju sama kita” Ucap Pras tiba – tiba , Kinan yang sedang asyik makan harus menelan paksa daging yang bahkan belum selesai ia kunyah. Sekarang ia tidak tahu harus menjawab apa      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD