SARAPAN

1743 Words
                “Nan ini kamu kok barang nya dikit banget, yang lain dikemanain?” Tanya Pras saat mengangkut barang – barang istrinya naik ke atas mobil, Kinan tertawa renyah.                 “Anak kost mana ada punya barang banyak mas” Jawab Kinan yang hanya dihadiahi anggukan oleh Pras. KINAN POV             Hari pertama jadi istri dari seorang Captain Ilham Mas Prasetyo Adi Nugraha, cukup bikin jantungku rasanya gak sehat. Gak tau kenapa akhir – akhir ini, maksudnya, setelah nikah dengan mas Pras , pergerakannya jadi kayak bikin aku kaget – kagetan sendiri. Setelah semalam kami tidur sambil pelukan terus pagi nya jadi sarapan bareng, tetap aja masih bikin aku ngerasa gak percaya. Gimana ya? Ini Mas Pras looh? Cogannya orang – orang kampung. Sekarang malah jadi suami ku.                  “Nan ini kamu kok barang nya dikit banget, yang lain dikemanain?” Tanya Mas Pras saat mengangkut barang – barang ku naik ke atas mobil, Aku tertawa renyah mendengarnya                 “Anak kost mana ada punya barang banyak mas” Jawab Ku yang hanya dihadiahi anggukan oleh Pras.                 Setelah mengambil barang – barang , kami berdua tidak langsung pulang. Entah dapat ide darimana Mas Pras membawaku untuk menonton Drive In Cinema, alasannya cukup klasik dan sedikit romantis, kata nya. Pengantin baru harus romantis – romantisan. Nanti kalau udah punya anak bakalan susah, ya bener juga. Tapi kan kalau ngomongin soal anak… gimana mau jadi, mas Pras aja gak ada pergerakan.                 Kami nonton di daerah BSD, mas Pras beli tiket, cek sana sini, setelah itu kami di arahkan untuk memarkirkan mobil. Rasanya? Rasanya cukup seru. Kami berdua di dalam mobil, ditemani dengan beberapa cemilan yang Mas Pras beli. Plus, selimut sewaan. Rasanya seperti nonton bioskop beneran, tapi versi lebih romantisnya.                 Saat kami sedang menonton film, mata ku sebenarnya tidak bisa lepas dari wajah tampan milik suami ku, rasa nya aku ingin terus menatap wajah nya. Namun ya tentu saja aku terlalu malu untuk jujur. Terkadang saat mas Pras menengok ke arahku, aku pura – pura hendak mengambil popcorn atau paling tidak aku berusaha celingak celinguk. Padahal jika di pikir, tidak ada yang salah dari semuanya, kami sudah menikah , mas Pras mencintaiku, tapi aku masih malu jika harus se – agresif itu. mengingat bahwa kami berdua adalah sepasang suami – istri akibat perjodohan, tidak sepantasnya aku bisa se – agresif itu.                 “Nan… kenapa lirik – lirik” Ucap Mas Pras tanpa menatapku, aku langsung kelimpungan sendiri, berusaha mencari alasan yang bisa diterima dengan akal sehat.                 “Gak lirik – lirik kok mas, orang aku lagi nonton” Jawabku asal                 “Masa? Kalau beneran nonton barusan ada adegan apa?” Tanya Pras, mampus. Mati aku, aku bahkan tidak memperhatikan film nya sejak awal sehingga aku bahkan tidak tahu yang mana pemeran utama nya.                 “Eh… enggak ta-” CUP                 Mas Pras mencium pipi ku tiba – tiba, aku membeku di tempat selama beberapa detik kemudian berusaha menetralkan detak jantungku yang tiba – tiba berdetak begitu cepat. Jujur, ini adalah kali pertama ku di cium oleh seorang Pria. Maka dari itu, jantungku berdetak tidak karuan.                 “Barusan adegannya kayak gitu, makanya nonton yaa” Ucap Mas Pras sembari mengacak rambutku, aku masih diam , memegang pipi ku yang baru saja ia cium. Demi apapun , wajah ku bahkan menghangat.                 Setelah film nya selesai, kami berdua memutuskan untuk pulang. Sejak di cium tadi, aku bahkan sudah tidak bisa fokus karena detak jantung ku yang bisa dibilang tidak normal lagi. Bagaimana ini? Nanti aku akan seranjang dengan Mas Pras, aku harus apa? Pipi ku sejak tadi masih memerah                 Pertanyaan – pertanyaan tadi masih terus melintas di kepalaku, aku berusaha menetralkan pikiran dan perasaanku sementara Mas Pras hanya senyum – senyum saja sejak tadi. Apa – apaan dia itu ? apakah ia sedang berusaha merayu ku?                 “Film nya bagus ya nan?” Tanya Mas Pras                 “Iya mas, bagus” jawabku asal, aku bahkan tidak mengingat satupun adegan film yang tadi kami nonton karena sibuk menatap mas Pras sekaligus sibuk menenangkan pikiranku yang bisa kubilang sama sekali tidak masuk akal hanya karena di cium oleh suamiku itu. padahal kan seharusnya aku biasa saja, maklumi saja lah, kami ini masih pengantin baru.                 Sesampainya di rumah, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, nampak nya mas Pras memang benar – benar sangat lelah. Aku menyiapkan air hangat untuk ia mandi, setelah itu barulah aku benar – benar memanggilnya.                 “Mas , bersih – bersih dulu ya” Ucapku kepada mas Pras, ia lantas bangun kemudian mengangguk dan melewatiku saat berjalan menuju kamar mandi, setelah mas Pras mandi, kini gilaranku. Setelahnya, aku masih memakai salah satu baju – baju yang diberikan oleh para teman – temanku karena baju – baju di koperku belum sempat ku rapihkan dan mungkin besok saja, aku juga tidak mengingat dimana ku letakan baju tidur yang sering ku pakai.                 “Mau nge teh gak mas?” Tanya ku saat Mas Pras sedang memakai baju nya Ia menggeleng                 “Kamu mau nan? Aku gak usah deh. Mending langsung tidur aja” Jawabnya, aku mengangguk, kalau begitu tidak usah juga.                 Aku naik ke atas ranjang di susul oleh mas Pras, ia langsung memejamkan matanya. Aku? Aku tentu saja terus terusan menatapnya dari samping                 “Nan… lirik – lirik mulu, mau di cium lagi?” Tanya nya. Aku heran karena ia sedang menutup matanya, lantas mengapa ia tau bahwa aku sedang menatapnya?                 “Iya ini tidur kok mas” Ucapku, lantas aku hendak membalikan badan. Dan… CUP                 Mas Pras kembali mencium ku di pipi, dan tentu saja pipiku lagi – lagi memerah karena nya. Ia sendiri hanya tertawa bahagia karena sukses membuat pipi ku memerah lagi. Setelah mencium pipi ku, ia bahkan sudah berani memelukku , menjadikan ku bantal guling nya tanpa rasa canggung sedikit pun. Jantungku kembali berdetak tidak karuan. Aku yakin Mas Pras bisa mendengarkan suaranya.                 “Nan… dibiasain ya kayak gini” Ucap nya sembari memejamkan mata, leherku bahkan terasa kering hanya untuk membalas ucapannya.                 “I..iya mas” Jawabku. Setelah itu aku juga turut memejamkan mataku, berusaha tidur walau jantung ku sedang tidak baik – baik saja. *****                 Aku bangun lebih dulu dari Mas Pras, kebetulan sedang hari senin, dan ini adalah hari terakhir dari serangkaian hari cuti ku. Aku melihat jadwal penerbangan Mas Pras di atas meja rias ku yang entah kapan ia simpan di sana, aku memeriksanya dengan teliti, menghitung hari apa saja ia akan meninggalkan ku sendirian.                 “Selasa, Rabu , Kamis. Oh ini pulang pergi, jadi gak nginep. Hmmm ini ada yang nginep nih tapi masih dua minggu lagi. Yaudah” Ucapku kepada diriku sendiri. Tiba – tiba aku merasakan hembusan napas seseorang di leherku, aku tentu saja terlonjak kaget, namun segera kusadari bahwa si pemilik napas tersebut adalah suamiku sendiri. Ia bangun kemudian berjalan ke arahku, menyimpan dagu nya di atas bahu ku.                 “Eh… mas udah bangun” Ucapku, kemudian aku membalikan badan, dan menatapnya.                 “Sarapan bubur yuk nan di luar” Ucap mas Pras yang kuhadiahi anggukan kecil, aku segera mengganti baju ku dengan yang lebih sopan setelah itu mengambil dompet ku                 “Yuk” Ucapku saat telah selesai, Mas Pras mengangguk, kemudian mengikuti ku dari belakang. Sebenarnya aku sendiri cukup heran, mengapa Mas Pras membawa mobil padahal setahuku di sekitaran sini ada banyak tempat makan yang bisa kami kunjungi. Tidak perlu pakai mobil pun jadi, tapi entahlah, mungkin ia ingin pergi ke tempat yang sedikit lebih jauh.                 Aku masuk ke dalam mobil, duduk manis di kursi samping kursi kemudi. Sementara Mas Pras menyusul setelahku. Ia nampak tampan dengan baju kaos hitam beserta celana pendek yang terlihat sangat pas di badan nya. Cukup terlihat sederhana di tambah dengan sendal jepit hitam nya, tak lupa topi yang juga berwarna hitam semakin membuatnya terlihat tampan. Warna gelap yang ia pakai kontras dengan kulit putih nya, di tambah harum wangi dari parfume yang ia pakai semakin menambah aura ketampanannya.                 “Gak mau lirik – lirik lagi nan?” Tanya Mas Pras tanpa menatapku, ia terlihat tersenyum kecil sambil menatap jalanan di depannya.                 “Ih engga mas, PD banget ih” Jawab ku sambil memalingkan wajah. Semalam aku harus menahan malu sendiri hingga tidur karena kedapatan menatap wajah nya diam – diam.                 Mas Pras membawaku ke suatu tempat yang dekat namun kami harus melewati jalanan sempit, tempat nya cukup bagus, ada danau buatan di tambah dengan rerumputan hijau yang cukup menyegarkan mata. Di sana juga ada banyak penjual makanan yang berkeliling melingkari danau buatan, sehingga para pengunjung seperti ku dengan mas Pras bisa duduk di pinggiran danau, menikmati udara pagi yang masih sejuk.                 Sesampainya kami di sana, kami langsung memesan makanan, kemudian duduk di sebuah karpet yang tersedia di pinggiran danau. Terkesan seperti piknik di pagi hari. Mas terlihat diam , menatap tenang nya air danau dan beberapa anak – anak yang tertawa girang , berlarian kesana kemari dengan gelak tawa mereka yang seperti bersahut – sahutan dengan kicauan burung di pagi hari. Mas Pras terlihat beberapa kali tertawa melihat tingkah lucu anak – anak tersebut. Oh iya, di balik dinginnya Mas Pras, ia juga terkenal dengan hangat nya kepada anak kecil. Di kampung , jika ia sesekali pulang. Biasanya jika hari sudah sore, ia akan terlihat bermain bersama dengan anak kecil di lapangan. Di temani oleh para gadis yang sudah mengagumi nya sejak dulu.                 “Lucu ya nan” Ucap Mas Pras Aku menoleh ke arah nya                 “Lucu apanya mas?” Tanyaku Ia menunjuk anak – anak tersebut dengan dagu nya “Mereka lucu”                 “Iya lucu” Jawabku                 “Gak mau bikin?” Tanya Mas Pras yang sukses membuatku kaget hingga tersedak dengan bubur yang ku makan.                 “UHUUKKK UHUKKKKK” Mas Pras panik, seketika ia menyodorkan ku segelas air mineral, sembari mengelus – elus punggungku lembut, aku mengambil air yang di berikan oleh Mas Pras, kemudian menegak nya hingga habis.                 “Pelan – pelan nan minum nya” Ucap Mas Pras yang belum sanggup ku tanggapi karena sibuk menenangkan diriku yang masih kaget. Ingin sekali ku memberitahunya bahwa aku tidak tersedak, melainkan aku kaget mendengarnya berbicara perihal anak. Ya siapa juga yang tidak mau anak, tapi hanya saja aku begitu malu untuk memintanya terlebih dahulu. Lagian apa susahnya sih bergerak duluan, lagipula aku tidak akan menolak kok.                 “Mau minum lagi?” Tanya nya, aku hanya menggeleng cepat. Kemudian menarik napas dalam – dalam.                 “Mas sih, nanya nya bikin aku kaget” Jawabku yang seketika membuatnya tertawa keras hingga orang – orang menatap kami dengan tatapan aneh.                 “Gak mau ya?” Tanya nya, aku membalasnya dengan tatapan tajam.                 “Masa gak mau sih mas, ih semua orang ditanya mau punya anak apa engga, ya pasti mau atuh” Ia tersenyum – senyum sendiri, kemudian kembali melanjutkan makannya sembari menatap anak – anak tadi, lagi.                 “Nanti di bikin ya” Ucap nya tanpa menatap mataku. Aku hanya diam saja, terserahlah , suami nya kan kamu mas, aku mah ngikut aja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD