Jelita tersenyum puas setelah pengesahan perjanjian pra nikah yang dia buat bersama Oliver. Oliver juga terlihat lebih lega setelah semuanya selesai.
Salah satu poin yang Jelita ajukan dan di setujui oleh Oliver adalah pasal tentang perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga. Dimana sanksinya apabila Oliver melanggar perjanjian itu maka seluruh aset pribadi milik Oliver akan menjadi milik Jelita. Dan Oliver juga memberikan pasal yang sama terhadap Jelita dimana keduanya masing-masing mempertaruhkan perusahaan milik pribadi mereka sebagai jaminan.
Jelita percaya diri bahwa dia tidak akan pernah selingkuh apalagi sampai melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Karena itu dia yakin sekali bahwa perusahaan miliknya tidak akan pernah jatuh ke tangan Oliver. Tapi jika masa depan sama seperti yang Jelita impikan maka Jelita akan jadi kaya raya sekalipun kehilangan Oliver. Sebab aset pribadi milik Oliver sangat banyak. Oliver nyaris sekaya Regarta secara pribadi dengan tidak mengikutsertakan perusahaan keluarga. Membayangkan itu saja Jelita sudah ingin bersorak rasanya.
Mungkin Oliver tidak akan miskin jika hal itu terjadi sebab laki-laki itu masih memiliki orangtua yang juga kaya raya, tapi Jelita merasakan kepuasan tersendiri jika perusahaan sepatu yang sangat disayangi oleh Oliver sebagai salah satu jaminan itu akan jatuh ke tangan Jelita nantinya. Perusahaan itu sudah mendunia dan menjadi salah satu penghasilan terbesar untuk laki-laki itu. Namanya paling sering di sebut dengan alasan perusahaan tersebut. Karena itu Jelita merasa cukup puas jika perselingkuhan laki-laki itu kelak di bayar tunai menggunakan perusahaan itu dan aset-asetnya yang lain.
Jelita juga menambahkan pasal-pasal lain tentang penggunaan obat-obatan terlarang, tentang hak asuh anak jika terjadi perceraian yang diakibatkan oleh Oliver dan beberapa pasal lainnya yang menguntungkan Jelita. Sayangnya pasal tentang Jelita boleh bekerja selama pernikahan mereka ditolak mentah-mentah oleh Oliver. Apalagi saat Jelita mengatakan ingin jadi Dosen.
Tapi Jelita tidak mau ambil pusing, lagipula Jelita sudah cukup puas dengan pasal-pasal lain yang bisa menyelamatkannya seandainya badai yang dia ketahui benar-benar terjadi dalam Rumah Tangganya.
"Sesenang itu karena perjanjian ini?" Tanya Oliver heran. Jelita tertawa lebar. Dan Oliver ikut tersenyum. Karena setelah sekian lama calon istrinya yang ketus ini akhirnya bisa tertawa lepas seperti saat ini.
"Iya dong, setidaknya kalau nantinya kamu selingkuh atau mengkhianatiku dengan alasan yang lain, kamu akan ku buat miskin. Tidak masalah jika hatiku hancur tapi asetku bertambah banyak." Ucap Jelita puas.
"Apa uang sepenting itu?" tanya laki-laki itu. "Lagipula aku tidak akan pernah selingkuh dari kamu." tambah Oliver lagi.
"Manusia adalah mahkluk yang paling mudah berubah. Tidak ada jaminan bahwa kamu akan terus menginginkanku. Seperti di sinetron yang sering aku tonton juga semua awalnya baik tapi setelah menikah semuanya bisa berubah. Aku hanya berusaha untuk menyelamatkan diriku sendiri karena di dunia ini tidak ada yang bisa dipercaya." Jawaban Jelita membuat Oliver tersenyum. Ini diluar prediksi Jelita karena wanita itu pikir Oliver akan berusahha menghindari pasal perihal perselingkuhan, tapi rupanya laki-laki itu malah tidak keberatan sedikitpun.
"Baiklah terserah kamu, yang penting kita menikah." gumam laki-laki itu kemudian menyeruput kopinya.
Tapi Jelita tidak sepenuhnya percaya bahwa Oliver berubah menjadi baik dan mencintainya. Jelita beranggapan bahwa saat ini Oliver mungkin sudah memikirkan rencana matang untuk kedepannya. Dan mengingat kejadian di masa depan yang Jelita tahu, Oliver adalah tipe yang akan menyerahkan segalanya demi Bulan. Karena itu hanya segelintir harta pribadi tidak akan membuat Oliver risau.
Di kehidupan sebelumnya alasan Oliver tetap menikahi Jelita sekalipun dia sudah bertemu Bulan adalah karena Oliver belum yakin apakah wanita itu benar-benar Bulan. Alasan kedua adalah karena pernikahan sudah diumumkan ke publik dan mengingat calon mertuanya adalah Adrian Setyo Aji, Oliver tidak bisa sembarangan membatalkan pernikahan ini. Karena itu saat Bulan benar-benar kembali, Oliver selalu mengatakan bahwa merencanakan pernikahan bersama Jelita adalah hal paling bodoh dan paling sial yang pernah dia lakukan.
Bulan akan benar-benar muncul dan mendekati Oliver ketika Jelita dan Oliver sudah empat bulan menikah. Jelita hanya merasakan indahnya pernikahan bersama Oliver selama kurang lebih empat bulan lalu sisanya terasa seperti di Neraka. Saat itu Oliver tidak bisa menceraikan Jelita karena Jelita hamil.
Mengingat semua itu, membuat Jelita berencana untuk tidak hamil sampai keadaannya sudah aman. Jelita berencana untuk memakai kontrasepsi diam-diam sebab dia tidak bisa menolak hubungan suami istri yang juga tercantum dalam pasal perjanjian pra Nikah yang diajukan Oliver.
"Kayaknya kamu kebanyakan nonton sinetron deh makanya kamu jadi banyak ketakutan sama pernikahan gitu." Cibir Oliver. Jelita terkekeh.
"Rumah tangga di dunia nyata juga tidak jauh beda dari yang ada di Sinetron mas, makanya aku harus memiliki persiapan matang. Agar seandainya badai besar terjadi di Rumah Tangga kita kelak, aku bisa bertahan."
"Aku suka di panggil mas." Oliver tersenyum lebar. Dia juga memasukkan pasal tentang cara saling menghormati di perjanjian itu. Dan salah satunya Jelita harus memanggilnya dengan sebutan yang penuh cinta. Oliver mengajukan panggilan yang romantis sebenarnya, tapi semuanya di tolak mentah-mentah oleh Jelita dengan ekspresi merinding. Dan keputusan terakhir, Oliver harus puas dipanggil mas sekalipun sebenarnya laki-laki tidak begitu setuju. Tapi dibanding harus dipanggil nama oleh Jelita, Mas cukup membuatnya puas.
"Lihat kan? perjanjian itu tidak hanya menguntungkan buat aku aja kan? perjanjian itu juga lumayan menguntungkan untuk memenuhi hasrat menyebalkan kamu itu. Contohnya tentang nama panggilan itu." Balas Jelita membuat Oliver tertawa.
"Aku padahal cuma mau romantis aja loh, kenapa di bilang hasrat menyebalkan sih? padahal yah Ta, kalau kamu manggil aku Darling atau suamiku itu lebih bagus loh."
"Jangan menyebutkan panggilan menggelikan itu mas ih!" Protes Jelita sambil memasang ekspresi geli. Oliver kembali tertawa puas.
"Padahal pasangan lain minimal manggilnya sayang loh Ta."
"Jangan pasang wajah memelas itu mas, nggak mempan. Sampai dunia kiamat juga aku nggak akan mau panggil kamu suamiku apalagi Darling. Geli banget mas." Protes Jelita lagi-lagi membuat Oliver terkekeh. Laki-laki itu senang setidaknya Jelita sudah mau mengobrol hal tidak penting seperti ini dengan leluasa dengannya. Karena sebelumnya, wanita itu selalu saja memasang benteng tinggi untuk Oliver dan bersikap seolah-olah kehadiran Oliver selalu mengganggu.
Keduanya saat ini sedang ada di sebuah kafe. Beberapa jam lalu setelah perihal perjanjian pra nikah itu selesai di buat, keduanya mengujungi tempat Soufenir yang sebelumnya pernah tertunda.
Jelita menyadari bahwa secara fisik, Oliver sangat menarik. Terhitung hampir semua wanita yang berpapasan dengannya selalu melirik Oliver dengan tatapan tertarik. Di awal pendekatan mereka di kehidupan yang Jelita impikan, wanita itu tidak terlalu memperhatikan ini karena dulu Jelita memang belum mencintai Oliver.
Wanita itu baru menyadari daya tarik Oliver adalah setelah mereka menikah dan Jelita mulai jatuh cinta.
Jelita pernah merasa seperti dia adalah perempuan paling beruntung di dunia karena banyak dari teman-teman kuliahnya dulu memuji ketampanan suaminya. Jelita pernah merasa bahwa menerima perjodohan dengan Oliver adalah keputusan paling tepat yang dia ambil. Tapi semua pikiran itu hancur setelah Bulan hadir. Dan untuk menghindari hancurnya perasaan yang menyakitkan itu, Jelita bertekad untuk tidak mencintai Oliver.
Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa rasa cintanya yang sangat besar pada Oliver tidak bisa sepenuhnya hilang. Karena itu Jelita sering hampir terkecoh akibat perubahan-perubahan kecil Oliver yang tidak sama seperti di kehidupan sebelumnya. Untuk menghindari itu, dalam kehidupan kali ini Jelita berusaha untuk menciptakan benteng tinggi dan menguatkan hatinya agar tidak mudah percaya pada Oliver lagi.
"Fitting baju terakhir besok pagi, kamu nggak lupa kan Ta? Besok aku jemput kamu jam sembilan yah." Ucap Oliver.
"Oke, sekalian besok antar undangan ke Rumah temanku. Anterin sekalian yah mas."
"Temen kamu yang mana?"
"Temen kuliah, kamu kayaknya nggak kenal." Balas Jelita.
Dulu Jelita memang berpikiri bahwa Oliver tidak akan mengenal teman kuliah yang hendak Jelita undang ini, tapi lambat laun Jelita akhirnya tahu bahwa teman kuliahnya yang sekarang sudah menjadi guru di sebuah sekolah itu, ternyata kenalan lama Oliver. Dia adalah teman dekatnya Bulan. Dan di masa depan dia akan ikut andil dalam penderitaan Jelita. Untuk itu Oliver harus ikut mengantarkan undangan kerumah dia karena Jelita penasaran sekali dengan rayt wajah temannya maupun raut wajah Oliver.
Dulu, Jelita mengantarkan semua undangan untuk teman-temannya sendiri melalui sebuah Reuni yang akan di laksanakan tepat dua hari sebelum pernikahan. Selain mengajak Oliver mengantar undangan langsung pada temannya itu, Jelita juga berencana untuk mengajak Oliver datang ke reuni teman kuliahnya agar bisa memerkan Oliver di depan teman-teman kuliahnya. Alasannya adalah mereka tidak bisa menggosipkan Jelita yang mengejar Oliver sampai merebutnya dari Bulan karena mengantar undangan sendiri tanpa kehadiran Oliver.
Awalnya mereka mengucapkan selamat dengan tulus atas pernikahan Jelita dan Oliver, tapi setelah Bulan hadir dan atas hasutan teman Jelita yang juga teman Bulan itu, hal-hal yang terjadi akhirnya disangkut pautkan untuk membuat Jelita terlihat menyedihkan. Mereka bahkan mengatai Jelita sebagai pelakor. Sampai sekarang jika ingat hal itu, Jelita masih kesal.
Karena itu, Jelita ingin membuat yang paling Ular diantara mereka agar tidak bisa berkutik dengan pembuktian itu.
"Oke, besok aku bebas kok sampai malam. Kalau misalnya kamu mau ajak aku ke hotel setelahnya aku juga siap." Jawab Oliver dengan kuluman senyum geli. membuat Jelita mendelik jengkel hingga sebuah tabokan melayang di lengan laki-laki itu.
"Dasar mesum." Cibir Jelita mengundang gelak tawa Oliver. Sebuah tawa yang selalu berhasil membuat wajah laki-laki itu menjadi ratusan kali lipat lebih tampan. Jelita paling suka saat Oliver tertawa, itu adalah bagian favoritnya yang tidak lagi bisa dia lihat setelah pernikahannya berlangsung selama empat bulan. Karena itu entah kenapa sekarang Jelita ingin menikmatinya. Tapi itu terlalu berbahaya karena jika terus melihat keindahan ini, mungkin Jelita akan kembali jatuh cinta hingga bodoh seperti dulu.
"Temani aku reuni juga yah mas, tanggalnya tepat dua hari sebelum pernikahan." Cicit Jelita lirih setelah awa Oliver mereda.
Jelita tidak yakin bahwa Oliver akan setuju, karena dulu Oliver menolak ikut sebab dia harus pergi ke Luar Kota untuk masalah pekerjaan. Tapi kali ini, Jelita akan berusaha mati-matian agar laki-laki ini ikut tidak peduli apapun caranya.
"Boleh, jam berapa?" Jawab Oliver santai. Lagi-lagi membuat Jelita mengernyitkan dahi sebab ini terlalu mudah. Lagi-lagi Oliver berbeda dari kehidupan yang Jelita impikan. Jika laki-laki ini terus sebaik ini, Jelita jadi khawatir.
Wanita itu takut tembok yang dia bangun untuk menghalangi perasaanya kembali tumbuh pada Oliver akan mudah hancur. Karena sejujurnya tidak mencintai Oliver itu sangat sulit. Laki-laki itu terlalu sempurna untuk ukuran manusia. Terutama dalam hal fisik.
***