Ken Gerald Orion dengan wajah tampan menawannya dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya, menatap ke depan dengan pandangan datar memasuki tempat pernikahan Tania Orceon Orion dan Kevin Roberto, adik tirinya yang yang menjadi pengantin lelaki dari Tania, adik sepupunya yang diam-diam Ken menaruh rasa cinta dari kecil sampai mereka besar.
Mata tajam Ken semakin tajam menatap ke depan, bagaimana senyuman bahagianya, adiknya Kevin, yang satu ibu dengan Ken namun beda ayah. Senyuman di atas sana itu seharusnya adalah senyuman Ken yang berhasil membawa Tania ke atas altar dan memasangkan cincin juga menikah dengan Tania.
“Kevin sangat bahagia sekali.”
Celetukan dari sammpingnya, ditoleh oleh Ken singkat lalu melepaskan tangan Marien Jovianno, anak dari Azka, sahabat mendiang ayah Ken, Zevanno Dominic Orion, lelaki yang begitu dibenci oleh ibunya. Karena Vanno yang telah menyiksa ibunya dulu dan menghadirkan Ken ke dunia ini tanpa adanya ikatan pernikahan dan malah menjadikan ibunya wanita untuk memuaskan hasrat Vanno.
“Kenapa dilepas? Kita kapan menikah?”
Pertanyaan dari Marien barusan juga tunangan dari Ken, membuat Ken tidak menjawab. Ia menatap sekeliling tempat diadakan pesta pernikahan ini. Seringaian licik terbit dari sudut bibirnya. “Aku harus ke toilet sebentar.” Ken tanpa menunggu persetujuan dari Marien, langsung meninggalkan tunangannya itu.
Ken berjalan menuju salah satu kamar hotel yang memang ditempati olehnya senjak semalam. “Pernikahan? Hahahaha. Tidak ada yang namanya pernikahan. Yang ada hanya sebuah acara yang hancur dan tidak jadi. Kevin, adikku sayang, kau tidak bisa untuk menikah dengan Tania.” Tutur Ken dengan senyuman liciknya.
Ken menatap pada handphone yang ada di tangannya, mulai menghubungi orang-orangnya yang tidak akan bisa dilawan oleh Vander ataupun Azka. Ahh, untuk ayah tirinya— Evan Roberto, Ken tidak peduli. Karena Evan juga tidak akan bisa untuk melawan karena Evan hanya manusia lemah yang bergelut dalam bidang kesehatan bukan bidang kejahatan dan dunia gelap sepertinya.
“Kalian culik Tania Orceon Orion, kalian buat gedung pernikahan ini hancur. Bom! Semuanya meledak. Tapi jangan membunuh keluarga saya.” Perintah Ken yang disanggupi oleh anak buahnya.
Ken mematikan sambungan telepon, mengambil cerutunya, lalu ia berjalan menuju balkon kamar hotel. Matanya menatap ke bawah dan seringai kembali terbit di bibirnya, melihat orang-orangnya sudah memulai aksi.
“Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Tujuh. Delapan. Sembilan. Sepuluh.”
DOR!
DOR!
BOM!
DOR!
“TOLONGGGGG!!”
“AAAAAAA!!!”
Teriakan minta tolong sudah terdengar di telinga Ken dan juga tembakan dan ledakan yang sudah tidak sabar untuk dilihat olehnya. Ken mengeluarkan handphonenya, dan menatap pada pesan yang dikirim oleh orang suruhannya.
Tugas sudah kami laksanakan! Pengantin wanita sudah ada di tangan kami!
Senyuman Ken semakin mengembang, hanya menculik Tania apa susahnya? Tidak ada yang susah oleh orang-orang yang sudah terlatih dan bisa diandalkan oleh Ken. Ken turun ke bawah dan menatap pada ibunya yang sudah menangis histeris di dalam pelukan Evan.
“Hiks! Tolongg… Tania diculik… Ken… Tania diculik…. Tembakan… adik kamu…” ucap Alea menghampiri anaknya dengan cepat dan memeluk anaknya.
“Adik kamu terluka Ken sekarang dibawa ke rumah sakit. Tania. Tania. Dia tidak tahu dimana, dia diculik. Ken! Tolong cari Tania! Mama tidak bisa melihat Kevin gagal menikah dan menjadi gila karena kehilangan Tania. Kamu tolong cari Tania.” Pinta Alea menggenggam tangan putranya.
Ken mengangguk dan mengusap air mata ibunya. “Mama lebih baik ke rumah sakit sekarang. Susul Kevin dan tidak usah di sini karena tempat ini tidak aman, tadi Ken keluar sebentar mencari angin setelah buang air besar. Saat sampai di sini lagi, kenapa malah jadi kacau. Marien mana? Dia baik-baik saja ‘kan?”
Ken mencari tunangannya itu, agar tidak ada yang curiga pada dirinya tentang hilangnya Tania.
“Marien sama orang tuanya sekarang. Dia juga tadi cari kamu. Ya Tuhan! Kenapa jadi seperti ini Ken?” tanya Alea menangis. Padahal ini hari bahagia yang dinanti oleh putranya untuk meminang Tania, setelah Ken mengizinkan Kevin untuk menikah lebih dulu. Sebab Ken ingin menikah tahun depan dengan Marien.
“Mama tenang dulu. Pa, bawa Mama ke rumah sakit sekarang. Biar di sini Ken yang urus. Ken juga mau bertemu dengan Om Vander.”
Evan mengangguk, menuruti apa yang dikatakan oleh putranya. Ia membawa istrinya untuk pergi dari sana menyusul Kevin ke rumah sakit.
Ken melihat kepergian orang tuanya, senyumannya berubah miring, lalu ia berjalan menuju Vander dan Hyena. Kedua orang itu tampak begitu terpuruk dan menangis sekarang.
“Om, Tante,” ucap Ken memanggil sendu.
Pandai sekali Ken bersandiwara, dia memang pantas dinobatkan sebagai best actor. “Om dan Tante tenang dulu, saya akan membantu kalian untuk mencari Tania. Ayo, duduk dulu dan minum air.” Ucap Ken meminta air minum pada orangnya.
Dengan cepat Hyena meminum airnya, dan ia kembali menangis. Anaknya yang diculik dan tidak tahu dimana sekarang. Hyena mengusap air matanya kasar.
“Kamu harus temuin Tania. Tania anakku! Dia seharusnya menikah dengan lelaki yang dia cintai sekarang.”
Mata Ken tanpa sadar menatap sinis pada Tantenya, yang mengatakan kalau Tania harus menikah dengan lelaki yang dicintai oleh Tania. Hm… no! Ken tidak akan membiarkan itu terjadi. Lihat bukan? Pesta pernikahan yang sudah disusun selama tiga bulan hancur dalam sekejap oleh Ken.
“Tante tenang dulu, kami pasti mencari Tania. Tante jangan menangis dan coba untuk percaya kalau Tania pasti ditemukan. Bukankah begitu Om? Tervis?” Tanya Ken pada kedua lelaki yang sedang sibuk memainkan ponsel mereka untuk menyuruh orang-orang mencari Tania.
“Yeah, kamu tenang dulu Hyena. Aku akan mencari anak kita sampai dapat sayang. ini Tervis juga sudah mengerahkan anak buahnya, untuk mencari Tania. Kamu tenang ya.” Ucap Vander mengusap rambut istrinya lembut dan mencium kening istrinya.
Ken melihat apa yang dilakukan oleh dua orang di depannya ia tersenyum tipis lalu memundurkan langkahnya perlahan. Keluar dari dalam gedung dan masuk ke dalam mobilnya. Ken membuka ponselnya dan melihat foto gadis kesayangannya yang masih memejamkan mata.
“Cantik sekali sayang. Aku sudah tidak sabar memiliki dirimu sayang. Kau milikku Tania, dan aku mencintaimu.” Ucap Ken tertawa kecil.
Tok. Tok. Tok.
Kaca mobil Ken diketuk, mata Ken menatap pada Marien, yang mengetuk pintu mobilnya. Ken membuka pintu mobilnya. “Ya sayang, ada apa?” tanya Ken tersenyum.
Marien langsung memeluk Ken dan menggeleng. “Takut.” Adu Marien.
“Tidak usah takut. Aku ada di sini dan kita akan temukan Tania.” Di atas kasurku dan dalam keadaan tanpa sehelai benang nantinya. Lanjut Ken dalam hatinya dan tertawa sinis.