APPEAR

1412 Words
Hari ini merupakan pertemuan ketujuh enam orang waktu itu di ruangan yang sama. Mereka “bertujuh” telah sepakat untuk bersama-sama bersedia melakukan penyelidikan “amatir” untuk mengungkap kenyataan di balik fenomena Lost Year yang misterius. “Oii, Kacho* (semacam sapaan di Jepang untuk pemimpin suatu perkumpulan),” panggil William. Ia melanjutkan, “Aku baru saja mendapat kabar dari seorang temanku di luar negeri. Salah satu dari pelaku yang menggunakan cara misterius untuk menghabisi korbannya menyebut diri mereka sebagai God Order,” lapornya setelah Ao meminta dirinya menyelidiki perkembangan dari luar negeri. Tepatnya dari negara asal William juga sekitarnya. “Jika di Jepang masyarakat yang sudah mengetahui soal itu biasa menyebut mereka dengan istilah Rieki Shinmei,” lapor Masuka tak mau kalah. “Apabila kita melihat kematian tidak wajar yang sudah terjadi di Jepang. Ada sekitar sepuluh orang yang menjadi korbannya. Tersebar di bagian utara, selatan, dan juga barat negeri ini. Kemarin juga teman sekelasku tiba-tiba terjatuh saat pelajaran olahraga. Saat diperiksa rupanya dia sudah mati,” tambah kachou yang memiliki nama asli Ao Ryugamine itu sambil mengecek laporan kejadian yang ia tulis dalam laptopnya. “Aku sudah lama curiga dengan cara pelaku dari semua ini berkerja. Kematian yang sudah aku periksa dari negara lain serta kasus-kasus yang sudah lama juga begitu. Sebagian besar dari mereka mati karena henti jantung. Mereka seolah mati karena nyawanya dicabut begitu saja,” gidik Souichirou. “Cara apa yang mereka gunakan? Apakah mereka benar-benar suruhan Tuhan?” tanyanya ketakutan. Shuuya bertopang dagu dan tersenyum sarkastis mendengar pertanyaan Souishirou. Ia bertanya balik, “Lalu, memangnya kau pikir apa? Tidak mungkin ada Dewa Kematian yang kurang kerjaan di dunia ini.” Ao memegang dagunya. “Dewa kematian…? Ada yang tahu bagaimana mereka mencabut nyawa?” tanyanya ke enam orang di depannya. “Jangan bilang kau percaya pada ucapanku, Ao kun. Kita hidup di dunia nyata dan bukannya anime atau manga,” ledek Shuuya geli. Ao tak tampak bersedia merubah pikirannya. Ia masih serius memikirkan topic soal dewa kematian atau shinigami yang baru saja Shuuya cetuskan. Sementara Shuuya sendiri asyik berpikir, memangnya kau pikir kau siapa, Ao kun? Membentuk tim penyelidikan tidak berguna seperti ini untuk menemukan pelaku dari semua yang sudah terjadi di seluruh dunia? Tidak akan ada gunanya. Karena yang mendukung perbuatan pada Rieki Shinmei adalah Tuhan. Jika sampai mengganggu pekerjaanku… kau akan mendapatkan balasan. Tapi, tidak. Tak boleh ada hal buruk yang terjadi padamu. Kau tidak pantas mati. Orang sebaik kau harus tetap hidup untuk mempertahankan keseimbangan dunia. Karena akulah yang menentukan… apakah seseorang itu akan mati. Atau tidak. “Pasti ada rahasia di balik semua ini. Sesuatu yang bisa jadi melampaui akal dan logika,” pikir Ao menatap ke luar jendela. Menatap ke jalan yang sudah tidak seramai dahulu. Shuuya tersenyum puas. “Sudahlah, Ao kun. Kau tidak perlu melakukan ini semua. Kasus ini mustahil dipecahkan oleh manusia biasa seperti kita. Kau pikir sudah berapa badan penyelidikan profesional di luar sana yang berusaha menghentikan fenomena ini? Kau hanyalah anak SMA biasa sok tahu yang berpikir bisa melawan takdir. Pakai mengumpulkan orang-orang secara random seperti ini segala. Itu sangat bodoh, Ao kun. Ini semua memang keputusan Tuhan. Tidak akan bisa dilawan. “Aku keluar,” putus Shuuya mendirikan tubuhnya. Melihat yang lain dengan tatapan bermakna, siapa yang ingin ikut. “Kau memaksaku mengatakannya, Shuuya kun,” balas Ao menghentikan langkah Shuuya yang sebelumnya mantap mencabut diri dari penyelidikan tidak penting yang membuang waktunya. Waktu berharga yang harusnya bisa digunakan untuk menentukan siapa lagi yang pantas mati. Juga orang lain yang siap meninggalkan Ao dengan penyelidikan bodohnya. “Apa maksudmu, Ao kun?” tanya Shuuya serius. Ao menjawab dengan tenang, “Aku sudah tahu soal Rieki Shinmei maupun para God Order sejak lama. Dan satu-satunya alasan aku mengumpulkan kalian semua di sini adalah karena aku mencurigai salah satu dari kalian merupakan Rieki Shinmei!” tudingnya. Braak. William tak segan untuk menggebrak meja di hadapan Ao. “Apa yang sedang kau bicarakan?!” tanyanya emosi. “Ini bukan saat yang tepat untuk bersikap seperti ini, Ryugamine san,” lanjutnya. “Maksudmu… kau sengaja membuat kami menyelidiki ini semua karena curiga bahwa kami sendirilah Rieki Shinmei itu?” tanya Hida Masuka. “Benar,” jawab Ao tegas. Tak ada yang tau apa yang sedang remaja berkacamata itu pikirkan. Tidak Shuuya. Tidak William. Tidak juga yang lain. “Hei apa-apaan ini? Tidak ada bukti bahwa Rieki Shinmei berada di Jepang, bukan?” tanya Masuda. Shuuya melangkah cepat untuk menghampiri Ao. Ia cengkram kerah pakaiannya kuat. “Tidak aku sangka. Padahal… padahal kau… selama ini…” Ao berbisik di sisi gendang telinga Shuuya. Sangat pelan sehingga tak akan ada yang bisa mendengarnya kecuali remaja itu. “Tolong maafkan aku.” Ia melepaskan tangan Shuuya dari kerahnya. Ia berkata sambil menunjukkan lambang pada sebuah lencana, “Sepertinya aku harus mengulang perkenalan diri. Namaku adalah Ao Ryugamine. Aku dibayar oleh IQCI (Badan Internasional Istimewa Investigasi Rahasia) sejak setengah tahun lalu. Untuk menyelidiki fenomena Rieki Shinmei secara khusus dan Lost Year secara keseluruhan.” William dan yang lain saling melihat. Hanya Shuuya yang tetap menatap wajah Ao. Apa yang sedang orang ini bicarakan? Dia pasti sudah tidak waras. Aku adalah utusan Tuhan. Aku akan mencabut nyawa mereka yang pantas mati. Dan akulah pemutus terbaik untuk itu. Aku akan menciptakan kematian ideal bagi manusia. Ao dan Shuuya saling menatap dengan tajam. Sampai seolah bisa mengeluarkan sinar dari tatapan masing-masing. Menyikapi situasi yang jadi berubah dingin itu. William memainkan poni belah miringnya yang cukup panjang. “Bicara konyol apa kau ini, Ryugamine san?” tanyanya. Ao langsung mengalihkan pandangan dari Shuuya ke William dan semua orang di belakangnya. Ia berkata, “Kami telah berhubungan dengan seorang God Order dari negara lain. Semua yang terjadi selama ini bukanlah semata perbuatan manusia. Atas petunjuk darinya aku mendapat petunjuk yang menyatakan bahwa salah satu, salah dua, salah tiga, salah empat atau bahkan kalian semua adalah Rieki Shinmei.” Glek. Semua orang terdiam. Bahkan tak lagi saling memandang. “Kalian pikir aku sendiri mau membuang waktu untuk hal seperti ini?” tanya Ao menyilangkan kedua tangannya di d**a. Brengsek, batin semua orang di sana (kecuali Shuuya) kesal. “Sebentar! Kalau kami memang Rieki Shinmei untuk apa kami menanggapi email itu?” tanya Hida. “Mana aku tahu,” jawab Ao acuh tak acuh. Ia mengemasi barang-barangnya yang berserakan di atas meja. “Kalian sama sekali tidak boleh mengeluarkan informasi yang telah kita bahas di sini. Kalian semua sudah diawasi oleh para agen IQCI yang tersebar di sepenjuru kota. Jika kalian sampai melanggarnya hukuman yang akan diberikan adalah penjara seumur hidup. Pertemuan selesai,” putusnya sepihak. Bersamaan dengan berpisahnya Ao dari atmosfer ruangan itu. Semua yang berada di sana seperti dibekukan oleh waktu. Satu sama lain saling memandang penuh curiga. “Aku harap kita pisahkan masalah di ruangan ini dengan kehidupan kita di luar. Aku pikir itu untuk kebaikan kita juga,” saran Shuuya sebelum mengikuti langkah Ao keluar dari sana. Ꝇ Đ Ʞ Malam hari. Shuuya berada di dalam kamarnya. Usai belajar ia buka loker yang terletak di samping meja. Di bagian paling atas terdapat sebuah pena bulu yang terbuat dari emas dan bertahtakan berlian. Dengan ragu ia ambil pena itu. Tangannya begitu gemetar. Karena itu bukanlah pena biasa. Sekali tintanya tertoreh berarti paling tidak ada satu nyawa manusia yang melayang di dunia. Haruskah ia torehkan? Untuk menyingkirkan musuh yang hendak menghalangi keputusan Tuhan. “Aku harus merundingkan ini dengannya. Sekarang lebih baik aku tidur. Kelelahan akan berdampak tidak baik untuk orang sepertiku,” putusnya. Tidak lama setelah Shuuya putuskan hal itu. Gawainya berdering. “Moshi moshi,” salam Shuuya. “Shuuya san! Perubahan rencana mendadak. Besok kau harus menghadiri jumpa pers untuk menanggapi gossip yang sedang hangat perihal kontroversi hubunganmu dengan model Hatsuka Akane,” ucap si penelpon bahkan tanpa membalas salam pembuka Shuuya. “Kau tahu sudah sekarang jam berapa?” tanya Shuuya malas seraya melirik ke jam tangannya di atas meja. Pria di seberang menjawab kikuk, “Ta, tapi jika tidak secepatnya aku beritahu khawatirnya malah akan…” Dasar manajer bodoh. Aku harus segera membuatnya melakukan kesalahan agar bisa mencabut nyawanya, batin Shuuya kesal. Sambungan mereka berakhir.shuuya mematikan gawainya. Ia letakkan di atas meja agar besok tidak lupa dibawa. Ia beranjak berbaring di atas tempat tidur. sebelum benar-benar memejamkan mata beberapa pikiran menggelayuti benaknya, “Jika orang seperti diriku ketahuan terlibat dalam hal yang diucapkan oleh Ao kun barusan… riwayatku akan benar-benar tamat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD